Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Tuesday, September 8, 2020

ANTARA AKU, SI NONI DAN PANGERAN DARI PERSIA (Bagian Empat)

 

Sekitar tahun 2001, selesai KKN, saya tinggal di sebuah gang, menempati rumah mungil bersama adik-adik.  Malam hari selepas magrib, beberapa anak tetangga datang untuk belajar Iqro.  Jumlahnya sekitar 10-15 orang, dengan militansi yang luar biasa.

Kadang-kadang, saya terlambat pulang, sampai di rumah ketika sudah magrib, dalam keadaan belum mandi, bahkan ada kalanya terpaksa sholat magrib di jalan. Anak-anak itu tidak mau tahu, pokoknya harus harus ngaji. Walhasil mereka tetap masuk rumah, menunggu saya selesai sholat, mereka menunggu sambil membaca buku dan majalah anak-anak.


Bacaan yang bisa kami sediakan sebagian besar adalah majalah bekas, ada juga yang berupa kumpulan buletin, bonus dari majalah ibu-ibu. Sedangkan buku-buku ceritanya adalah hasil berburu diskon dan buku-buku murah yang dicetak pada kertas buram. Ceritanya tentang kisah para Nabi, fabel, dan dongeng nusantara maupun internasional. Di salah satu buku itulah saya menemukan seorang "Pangeran dari Persia".


Kisah sang Pangeran itu akan saya ceritakan ulang, dan tentunya tidak sama persis dengan yang tertulis di buku, karena keterbatasan ingatan saya. 


Tersebutlah raja Persia saat itu memiliki seorang putra yang sudah beranjak dewasa.  Sebagai calon penerus tahta, maka raja mendidik pangeran dengan berbagai macam pelajaran dari guru-guru terbaik.  Hingga suatu ketika sang raja menguji kemampuan putranya. Hasilnya ia puas dengan kecerdasan dan pengetahuan sang pangeran.  

Kemudian sang raja mengajukan satu pertanyaan; 


"Apakah engkau bisa membuat sesuatu, yang apabila orang lain melihatnya maka orang itu akan mengingat dirimu"?.


Pangeran itu terdiam, selama ini ia hanya belajar, ia menguasai berbagai ilmu pengetahuan, tapi rasanya ia tidak bisa membuat apa-apa, semua yang ia butuhkan sudah tersedia, tidak perlu membuat apapun.

Raja yang mengetahui hal itu, melanjutkan;


"ketahuilah, kemampuan membuat sesuatu itu penting, seseorang akan bisa dikenali dari apa yang ia buat".  

"Untuk itu, mulai hari ini belajarlah membuat sesuatu"


Sejak hari itu, sang pangeran rajin berkeliling kerajaan untuk melihat apa saja yang dibuat orang-orang.  Dia mengamati bahwa orang-orang ternyata sibuk bekerja, membuat sesuatu.  Ada yang membuat makanan, minuman, pakaian, perhiasan, perabotan rumah tangga, alat musik, lukisan dan lain-lain.   Pengamatannya terus berlangsung, sampai akhirnya ia menentukan pilihan pada sesuatu yang ingin ia kuasai cara pembuatannya, dan membuat orang lain mengingat dirinya.


Ia tekun belajar. Setiap pagi ditinggalkannya istana dan pulang ketika senja.  Hingga tibalah saat ia menunjukkan hasilnya kepada Raja.  Sang Pangeran datang menghadap ayahnya sambil membawa sesuatu yang ia buat dengan tangannya sendiri.


Bersambung

No comments:

Post a Comment

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...