Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Wednesday, September 9, 2020

TUNGGU AKU DI AFRIKA

 


Ibuku bekerja sebagai petani kopi, Arabica dan Robusta. Jadi jangan tanya kenapa aku suka kopi sebab kopi adalah sarapan kami sejak kecil, minuman untuk menjamu tamu juga pelepas lelah di siang atau sore hari.

Hari-hari ibuku adalah mengurus rumah tangga dan kebunnya, telapak tangannya menjadi tebal dan kasar akibat kerja keras membersihkan rumput, memupuk, membuang tunas, memetik kopi ditambah urusan lain-lainnya. Hebatnya hampir tiap malam ibu masih sempat mendongeng untuk kami, mulai dari cindelaras sampai cinderella, Mahabarata hingga kisah 25 Nabi dan Rasul, tak ketinggalan si Kancil, Ramayana, Walisongo dan dongeng-dongeng yang kelak kuketahui sebagai karangan ibu sendiri.


Jika tiba masa libur sekolah kami ikut ibu ke kebun, tahulah aku bagaimana susahnya membersihkan rumput alang-alang yang di dalam tanah akarnya menjalar kemana-mana,putih wanginya bunga kopi, manis kulit buahnya, dan pedasnya gigitan semut hitam di mata. Kata ibuku kalau tak mau kerja keras jadi petani sekolah lah yang pintar. Dan jika petaninya pintar hasil pertaniannya bisa meningkat ya :-) .

Warga kampung kami memang rata-rata bertani kopi, di pagi hari kami berangkat bersama menuju kebun masing-masing dan sepakat untuk pulang bersama juga pada siang harinya. 

Dulu zaman aku SD (pertengahan 80-an -90an) tidak ada yang membawa jam tangan ke kebun, yang jadi patokan waktu adalah melintasnya pesawat terbang di langit. Pesawat pertama melintas antara pukul sembilan sampai sepuluh, pesawat kedua melintas antara pukul sebelas sampai dua belas. Maka kesepakatannya adalah setelah pesawat terbang yang kedua kami segera menyelesaikan pekerjaan dan berkumpul di satu titik koordinat, menunggu kawan kemudian pulang bersama.


Kebun ibuku bersebelahan dengan kebun kakaknya (Pakde ku), jika hendak pulang bersama titik temunya adalah gubuk di kebun Pak De.  Jika kebetulan bapakku bisa menemani ibu ke kebun dan bekerja di bagian kebun yang berbeda maka aku biasa mendengar kalimat ini " mengko tak tunggu neng Afrika yo" (Nanti ku tunggu di Afrika ya).

Yang dimaksud adalah pohon tinggi besar yang kelihatan dari arah manapun kebun ibu, daunnya rimbun berhadapan, hijau berkilat,tepi daun bergerigi, buahnya hampir seperti melinjo dengan bau yang khas. Suatu hari nanti aku tahu pohon itu memang berasal dari benua Afrika,nama ilmiahnya Maesopsis eminii.


Cinta Manis 22 September 2015

#Catatan_perantau#

No comments:

Post a Comment

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...