Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Sunday, September 13, 2020

MUHDI (Review Buku)



Ayah adalah pemimpin keluarga, hal ini sudah difahami oleh kita semua. Sayangnya banyak orang yang membatasi peran kpemimpinan itu hanya dalam hal tanggung jawab pemenuhan nafkah, sehingga sebagian besar ayah tidak atau jarang terlibat aktif dalam hal pengasuhan anak. Kehadiran ayah dalam kehidupan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Meskipun cara ayah mendidik anaknya berbeda dengan cara sang ibu, namun, justru itulah yang menjadikan ayah seistimewa ibu. Kehilangan sosok ayah menjadi sebuah kehilangan yang besar bagi sebuah keluarga, namun kenangan yang dibangun bersama ayah dan nilai-nilai yang diwariskan akan hidup selamanya.


Buku "Muhdi" menceritakan kisah-kisah inspiratif bagaimana seorang ayah mendidik sepuluh anaknya. Lebih tepatnya buku ini menceritakan pengalaman dan kenangan masing-masing anak bersama sang ayah. Muhdi adalah seorang ayah yang bekerja sebagai PNS Departemen Agama di Banten. Ia secara bersahaja berusaha memberikan semua yang terbaik bagi anak-anaknya terutama dalam hal pendidikan, dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. Kesepuluh orang anak-anak Muhdi membagikan kisah mereka dengan bahasa tutur masing-masing. Delapan anak laki-laki dan dua perempuan, yang sekarang sudah dewasa, mengabadikan saat-saat istimewa mereka bersama ayah sebagai bentuk catatan kerinduan ketika sang ayah telah pergi untuk selamanya.

Parenting ala santri, demikian label yang disematkan pada buku yang ditulis dalam rangka mengenang empat puluh hari kepergian sang ayah ini. Keseharian hidup sang ayah dan keluarga sebagai santri NU yang lekat dengan kesederhanaan dan keteguhan dalam menerapkan nilai-nilai islami, diceritakan dengan bahasa yang ringan dan mengalir. Ada kisah yang dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, bahkan menangis, mengikuti kisah anak-anak Muhdi, terutama pengalaman di masa kanak-kanak dan remaja.
Sosok almarhum Muhdi menjadi sampul muka buku ini, sementara foto masing-masing anak dan keluarganya dicantumkan dalam setiap sub judul yang berisi kisah mereka secara berurutan, dari anak pertama sampai ke sepuluh.

Secara tampilan, buku ini memang terkesan biasa saja, hal ini mungkin bisa dimaklumi karena keseluruhan proses dari menulis, editing dan penerbitan terkendala waktu yang sangat terbatas. Adapun sebagai sebuah buku yang ditulis dan diterbitkan sendiri oleh sebuah keluarga, berdasarkan pengalaman nyata dan telah dirasakan manfaatnya, buku ini layak untuk dibaca terutama oleh para ayah dan calon ayah di sekitar kita. Buku ini juga mengingatkan bahwa selamanya kenangan bersama ayah terlalu manis untuk dilupakan.

No comments:

Post a Comment

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...