Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Sunday, January 29, 2023

Rise of Empire : Ottoman, season 1 Ep 6 Bagian 2

Season 1 : Conquest of Constantinople

Episode 6/Finale : (Ashes to Ashes)
Bagian 2

Mehmed terjatuh dari punggung kudanya, Giustiniani segera memerintahkan untuk membunuhnya. Komandan tentara bayaran dari Genova itu tahu betul bahwa mental pasukan akan melemah jika pemimpinnya terbunuh. Mehmed bangkit menangkis setiap serangan yang ditujukan padanya, pasukannya segera membantu dan menyerang balik, di antara mereka terdapat Zaganos Pasha dan Bartaoğlu yang masih setia. Pasukan Giustiniani keluar gerbang St. Romanus menyambut serbuan pasukan Turki.

Pasukan elite Janissary terus menyerbu, mereka adalah pasukan yang paling terlatih, fanatik, setia dan paling ditakuti. Kekuatan pasukan Janissari mulai menyudutkan pasukan Konstantinopel hingga mereka terdesak, tidak ingin pasukannya mati sia-sia, Giustiniani memerintahkan mundur masuk kembali ke dalam benteng, pasukan konstantinopel kocar-kacir. Ketika gerbang St. Romanus ditutup sebagian pasukan Konstantinopel masih berada di luar benteng dan menjadi sasaran empuk pasukan Turki lalu mereka masuk benteng lewat celah-celah benteng yang rusak. Dalam suatu kesempatan sebuah tembakan melukai Giustiniani, Ia terjatuh, pedangnya terlepas, saat hendak bangkit sebuah panah berhasil bersarang di pundaknya. Anak buah Giustiniani menolongnya, membawanya mundur dari medan tempur. Sementara itu warga Konstantinopel semakin panik dan berusaha melarikan diri dari peperangan itu.

Selama pengepungan kekuatan pasukan Giustiniani menjadi andalan Konstantinopel, sehingga kaisar Constantine menghalangi mundurnya sang komandan dari medan tempur karena hal itu pasti akan meruntuhkan mental seluruh pasukan. Namun, Giustiniani tetap mundur dan menyarankan hal yang sama pada kaisar karena semuanya sudah tidak ada gunanya, kota itu pasti akan hancur. Melihat kekalahan di depan mata, Sphrantzes menyarankan agar kaisar melarikan diri tapi kaisar menolak dan mempersilakan jika Sphrantzes ingin pergi. Kaisar Constantine terlihat terjun ke medan pertempuran dan tak pernah terlihat lagi.

Gelombang pengungsi warga Konstantinopel telah menaiki kapal, termasuk Therma yang mencemaskan keberadaan ayah dan kekasihnya. Di antara para pengungsi itu ada Giustiniani, Ia meninggalkan medan perang dalam keadaan terluka dan akhirnya mati. Sebagai tentara bayaran sebenarnya Giustiniani sudah melakukan tugasnya sampai maksimal, sayangnya Ia mundur di saat paling genting ketika pasukan justru sangat membutuhkan keberadaannya sehingga mental pasukan benar-benar runtuh. Adapun armada pasukan dari Venesia yang digadang-gadang sebagai bala bantuan dari Eropa tidak pernah tiba.

Pada tanggal 29 Mei 1453 Mehmed memasuki kota Konstantinopel, saat itu umurnya 21 tahun, Ia menamai dirinya kayser-i Rum (kaisar roma yang baru) namun para pengikutnya bangsa Ottoman (Turki) akan selamanya mengenalnya sebagai "Fatih" yang artinya "sang penakluk". Mehmed atau Muhammad Al Fatih telah berhasil melakukan apa yang telah dilakukan orang lain selama 1700 tahun dan gagal yaitu menaklukkan Konstantinopel. Dengan kekalahan kaisar Constantine maka nama Konstantinopel berubah menjadi Istanbul ibu kota kekaisaran Ottoman (Turki Usmani).

Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel Mehme langsung memasuki Hagia Sophia, di sana Ia terkagum-kagum dan benar-benar merasa diberkati dengan kemenangan ini. Setelah itu barulah Mehmed duduk di singgasana tahtanya di istana Konstantinopel. Orang pertama yang menghadap Mehmed adalah Loukas Notaras yang mengakui dirinya sebagai Grand Duke dan panglima tertinggi angkatan bersenjata, Ia datang membawa sekotak koin emas sebagai hadiah untuk Mehmed dan menawarkan jasanya. Sambil tersenyum Mehmed menghampiri Notaras sambil bertanya mengapa harta itu tidak diberikan kepada kaisar Constantine ketika sangat dibutuhkan, kenapa Ia justru menimbun harta saat anak-anak dan wanita kelaparan. Notaras berusaha membela dirinya dengan mengatakan bahwa selama ini Ia dan Halil Pasha berusaha menghentikan pengepungan agar pertumpahan darah cepat dihentikan. Mehmed justru semakin marah, Ia menyuruh anak buahnya membawa pergi Notaras dan berkata bahwa Loukas Notaras terlihat lebih baik tanpa kepalanya.

Orang berikutnya yang menghadap Mehmed adalah Halil Pasha yang datang untuk memberinya selamat atas kemenangan besarnya. Ketika Halil Pasha menanyakan apa yang akan dilakukan Mehmed dengan Konstantinopel, dengan tegas Mehmed menjawab Ia akan menjadikan kota ini ibu kota kekaisarannya yang baru.
Mehmed mengingatkan Halil Pasha tentang kejadian di masa lalu ketika sultan Murad II mengambil kembali tahtanya. Saat itu sebagai gurunya, Halil Pasha berkata bahwa kelak kekuasaan akan kembali pada Mehmed dan Ia akan menyingkirkan apa yang menjadi perangkapnya. Mendengar itu Halil Pasha menyadari bahwa Mehmed akan menghukum dirinya, Ia berkata akan pergi ke pengasingan dengan sukarela. Alih-alih mengasingkan, Mehmed justru memerintahkan agar Halil Pasha dipertemukan dengan sahabatnya yaitu Loukas Notaras.

Ibu Mara menepati janjinya untuk menemui Mehmed di singgana Konstantinopel, dan sang kaisar baru menyambut ibunya dengan bahagia. Mehmed memang layak mendapat gelar Al Fatih karena keberhasilannya menaklukkan konstantinopel. Kelak selama 300 tahun kekuasaan dinasti Ottoman bertahan dan menyebar, menguasai dan mendominasi sepertiga wilayah eropa, sebagian Afrika Utara, seluruh Timur Tengah, menuju Teluk Persia, bahkan mencapai Asia Tenggara.

Dari episode 1 sampai episode 6 drama ini isinya perang terus, serbu-kalah-serbu lagi, serbu-menang-serbu lagi, wajar saja ya namanya juga drama tentang perang. Menariknya, drama ini meskipun tema utamanya adalah penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih (Mehmed) tapi penggambaran karakternya mendapatkan porsi yang seimbang antara pihak Ottoman maupun Konstantinopel, jadi adegan-adegannya tidak melulu fokus pada pihak Mehmed. Di sisi lain bagi mereka yang sudah membaca kisah kepahlawanan Muhammad Al Fatih mungkin akan merasa bahwa penggambaran karakter Mehmed di drama ini masih kurang heroik dan kurang religius, fokus drama ini memang sepertinya hanya pada strategi perang dengan tambahan sedikit sekali bumbu kisah-kisah lain. Untuk mereka yang kurang suka membaca, menonton drama ini bisa menambah pengetahuan tentang perlistiwa penaklukan terbesar yang pernah terjadi di dunia.
(Tamat)










Saturday, January 28, 2023

Rise of Empire : Ottoman, Season 1 Ep 6 (Finale) Part 1

Season 1 : Conquest of Constantinople

Episode 6/Finale : (Ashes to Ashes)

Part 1

Kepanikan melanda seisi benteng Konstantinopel, Armada kapal dari Venesia yang diharapkan sebagai bala bantuan tak kunjung tiba, padahal kabar kedatangannya sudah beredar berminggu-minggu. Setelah memastikan bahwa mereka harus mempertahankan bentengnya tanpa bantuan Kaisar memilih tetap bertahan, meskipun Loukas Notaras menawarkan agar kaisar dan seisi istana mengungsi ke Galata. Giustiniani yakin Mehmed akan menyerang benteng sisi darat melalui gerbang St. Romanus sehingga ia menempatkan lebih banyak pasukan dan tambahan meriam di sana. Tambahan meriam itu berasal dari meriam yang dipakai Loukas Notaras untuk mempertahankan sisi benteng yang menghadap selat Tanduk Emas.  Semula Loukas Notaras menolak menyerahkan meriam-meriamnya tapi kaisar lebih mendukung strategi pertahanan yang diusulkan Giustiniani.


Pasukan Mehmed mulai menyerang dengan tembakan meriam ke arah benteng yang rusak untuk semakin melemahkannya dan membuka jalan masuk. Di dalam benteng warga sipil berlarian mencari perlindungan, Giustiniani meminta Therma untuk pergi bersama sebanyak orang yang bisa dibawanya keluar Konstantinopel menuju ke Chios sebuah pulau di Yunani.  Therma sebenarnya tidak ingin meninggalkan Giustiniani tapi Ia meyakinkan bahwa keselamatan Therma akan memberinya semangat lebih untuk menang.  Kisah cinta Giustiniani-Therma ini satu-satunya kisah romantis yang diselipkan di sepanjang season 1 mulai dari episode 1 sampai 6.

Semantara itu Mehmed terus membakar semangat pasukannya untuk mengerahkan seluruh kekuatan mereka, Ia mengutip hadits Nabi : 

"Kalian akan menaklukan Konstantinopel, sungguh luar biasa pemimpinnya nanti, betapa luar biasa pasukannya nanti"

Mehmed meyakinkan pasukannya inilah takdir mereka dan mereka akan membangun zaman baru dari abu.  


Serangan gelombang pertama dari pasukan Mehmed adalah dari pasukan Bashi-Bazouk (kepala gila), mereka ini ada pasukan sukarelawan yang garang dan serangannya tak terduga. Giustiniani berhasil mempertahankan benteng dari serangan Bashi-Bazouk, pasukan kepala gila berakhir tragis di tangan pasukan Giustiniani.

Pada serangan gelombang kedua Mehmed mengirimkan pasukan reguler yang terkenal dengan kedisiplinannya. Namun, pasukan reguler ini juga rupanya dapat dikalahkan pasukan bayaran pimpinan Giustiniani. Setelah empat jam pertempuran pihak Konstantinopel masih unggul, hal ini membuat Sprantzhes dan kaisar Cinstantine yakin bahwa mereka bisa bertahan dari serangan Turki. Tapi, Mehmed mengambil keputusan akhir, melanjutkan gelombang serangan ketiga dengan mengirim pasukan elite Janissary.  Halil Pasha menentang keras keputusan ini karena Janissary adalah pasukan terakhir mereka, jika pasukan ini kalah dalam pertempuran artinya mereka kalah dalam perang ini. Alih-alih menuruti nasehat Halil Pasha, Mehmed justru memimpin sendiri serangan pasukan Janissary.

Dengan gegap gempita pasukan Janissary maju menyerbu benteng Konstantinopel.  Mehmed memimpin pasukannya, Ia memacu kudanya dengan gagah, namun naas, tiba-tiba Mehmed terlempar dari punggung kuda tunggangannya dan terhempas ke tanah.  Melihat kejadian ini Giustiniani segera mengambil kesempatan, Ia perintahkan pasukannya untuk membunuh Mehmed secepatnya.

(Bersambung)

Friday, January 27, 2023

Rise of Empire : Ottoman, Season 1 Ep 5

Season 1 : Conquest of Constantinople (Penaklukan Konstantinopel)

Episode 5: Ancient Prophecies (Nubuat Kuno)


Mehmed mengawasi pasukannya yang sedang menyergap pasukan Giacomo Coco, di sebelahnya ada Penguasa Galata Lord Lomellini. Mehmed berkata pada Lomellini pada suatu malam Usman leluhur Mehmed bermimpi sebatang pohon besar muncul dari tanah. Dari akarnya muncullah empat pegunungan, lalu empat sungai, di sekitar sungai-sungai itu muncullah kota-kota indah berkelip-kelip. Dedaunan pohon besar itu berubah jadi pedang yang gemerlap, tiba-tiba angin kencang bertiup, semua pedang-pedang itu menunjuk ke satu kota, Konstantinopel.

Pasukan penyergap konstantinopel kalah telak, sebanyak 200 orang tewas. Alih-alih membakar kapal-kapal Turki, Greek Fire justru membakar kapal mereka sendiri. Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi konstantinopel.

Perang terus berlangsung, korban terus berjatuhan di kedua belah pibak. Pada minggu ke-6 pengepungan dengan membawa bendera putih Zaganos Pasha menuju benteng meminta bertemu dengan Giustiniani. Namun, ketika Giustiniani menemuinya ternyata orang itu adalah Mehmed sendiri. Mehmed mengingatkan Giustiniani bahwa perang ini bukanlah perangnya dan menawarkan imbalan yang jauh lebih besar daripada yang ditawarkan kaisar Constantine dengan syarat Giustiniani meninggalkan Konstantinopel. Sebelumnya, selain imbalan uang sebagai tentara bayaran, Kaisar Constatine menjanjikan pulau Lemnos sebagai hadiah bagi Giustiniani jika berhasil mengusir pasukan Turki Usmani. Tawaran Mehmed ditolak oleh Giustinani tapi Mehmed memberinya waktu berpikir sampai senja hari.

Giustiniani benar-benar menolak tawaran Mehmed, sementara itu Ia pun makin dekat dengan Therma. Kondisi Konstantinopel makin memburuk, bahkan sang Kaisar bangkrut. Untuk membayar tentara yang Ia sewa semua logam mulia kerajaan ermasuk benda relik keagamaan dilebur lalu dicetak menjadi koin. Namun sebuah berita baru telah dikonfirmasi, kapal-kapal Venesia benar-benar telah berada di laut Mediterania dan bersiap menuju Konstantinopel. Berita ini membuat Mehmed khawatir karena bala bantuan itu bisa menggagalkan misinya.

Halil Pasha menyarankan Mehmed untuk menawarkan gencatan senjata dan meninggalkan medan perang. Menurut Halil Pasha Mehmed tidak mungkin bisa menang dengan kondisi seperti saat ini, lebih baik mundur dan nanti kembali lagi ketika pasukan Turki lebih kuat dan Konstantinopel dalam keadaan lebih lemah.

Armada pasukan Venesia diperkirakan akan sampai dalam waktu enam hari, kaisar Constantine meminta Giustiniani bertahan selama enam hari itu melawan pasukan Mehmed sampai bala bantuan tiba. Pada tanggal 20 Mei 1453 Mehmed menerima sebuah pesan, setelah membacanya Mehmed bergegas menemui langsung si pengirim pesan itu yang tak lain adalah ibunya, Mara Brankovic. Kepada Mehmed Mara meminta agar misi penaklukan dilanjutkan dan saat ini adalah saat yang tepat untuk menyerang dan meraih kemenangan karena tanda-tanda kemenangan itu telah muncul di langit. Mara menyemangati Mehmed dan berjanji kelak Ia akan menenmui Mehmed di singgasana tahtanya di Konstantinopel.

Pada Malam tanggal 20 Mei itu terjadi gerhana bulan darah (Blood Moon eclipse). Di kalangan masyarakat konstantinopel sejak lama telah ada ramalan bahwa suatu saat nanti Konstantinopel akan jatuh pada malam gerhana bulan darah. Selain itu ada pula legenda bahwa kaisar pertama Konstantinopel yang bernama Constantine lahir dari ibu bernama Helena dan Konstantinopel tidak akan jatuh kecuali pada masa kepemimpinan kaisar dengan nama anak dan ibu yang sama. Sebaliknya, bagi masyarakat Turki pada masa itu peristiwa gerhana bulan dianggap sebagai pertanda baik dan isyarat kemenangan.


Halil Pasha terus mendesak agar Mehmed melakukan gencatan senjata dan mengambil keuntungan dari gencatan senjata itu daripada gagal sama sekali. Tapi Mehmed bergeming, baginya gagal itu ketika seratus ribu pasukan Venesia benar-benar sampai ke Konstantinopel dan Ia yakin takdirnya sebagai penakluk Konstantinopel telah tertulis. Pada tanggal 28 Mei 1453, beberapa jam sebelum serangan besar-besaran ke Konstantinopel sebuah peristiwa unik terjadi. Seberkas cahaya muncul di atas atap Hagia Shopia, seakan-akan cahaya itu keluar dari Hagia Shopia ke langit. Orang-orang Konstantinopel dilanda kepanikan, pemandangan itu mereka artikan bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka. Sebaliknya Mehmed semakin yakin bahwa kemenangan sudah di depan mata.

Episode 5 ini ceritanya makin menegangkan karena tinggal satu episode lagi untuk final season 1. Lagi-lagi kasih sayang seorang Ibu Mara dan kesetiaannya pada kesultanan Turki Usmani ditampilkan dengan apik di sini. Bagaimana Mara jauh-jauh datang dari Serbia untuk bertemu langsung dengan Mehmed dan menguatkan Mehmed tepat di puncak keraguannya akibat desakan mundur dari Halil Pasha.
Di sisi lain Mehmed yang cerdas bisa membaca kondisi psikologis pasukannya dan pasukan musuh lalu memanfaatkannya untuk meraih kemenangan.

#KLIP2023
#KelasLiterasiIbuProfesional

Wednesday, January 25, 2023

Rise Of Empires : Ottoman, Season 1 Ep 3

RISE OF EMPIRES : OTTOMAN

(Resensi Drama)

Season 1 : Conquest of Constantinople

Episode 3: Into The Golden Horn 

Konstantinopel adalah ibu kota kekaisaran Romawi timur yang disebut juga Byzantium. Kota besar ini dikelilingi benteng berlapis-lapis yang terkenal super kokoh pada zamannya. Sebelum Mehmed sudah terjadi 23 kali pengepungan dan semuanya gagal. Konstantinopel terletak di semenanjung Bosporus, wilayah perairannya terhubung dengan laut Marmara dan selat tanduk emas (The golden Horn) di sisi timur laut. Jika sisi benteng yang berada di perbatasan darat sangat kuat maka tidak demikian dengan sisi benteng yang berhadapan dengan laut. Namun di selat Tanduk Emas itu Romawi punya pertahanan andalan yang belum pernah bisa ditembus.

Dua tahun sebelum pengepungan konstantinopel Mehmed memulangkan ibu tirinya Mara Brankovic ke negeri asalnya Serbia. Mehmed melakukan itu bukan untuk mengusir sang ibu melainkan untuk menjadikannya sekutu di wilayah Balkan. Mara adalah istri ketiga sultan Murad II, Ia menyayangi Mehmed seperti anak sendiri. Ngomong-ngomong kalau menyebut kata Balkan aku jadi ingat buku "Di Pelosok-pelosok Balkan" karangan Karl May. Sebelum pulang ke Serbia Mara menasehati Mehmed agar mempelajari kegagalan para pendahulunya dalam misi penaklukan konstantinople. Ibu Mara ini memang kelihatannya benar-benar tulus mencintai dan menyayangi anak sambungnya.

Kapal-kapal yang datang dari Genova mengangkut suplai pasukan dan logistik untuk konstantinopel telah bergerak dari arah barat Mediterania. Jika kapal ini sampai lolos masuk ke konstantinopel itu akan bisa memperkuat mereka. Mehmed menugaskan Laksamana Baltaoğlu Süleyman untuk menghadang bala bantuan tersebut di laut Marmara. Baltaoğlu memiliki julukan Putra Kapak Perang, juga pernah berkarir di pasukan elit janissary. Ia berjanji akan menenggelamkan kapal-kapal itu. Sementara itu dari sisi darat Mehmed memerintahkan untuk menggali terowongan di bawah benteng konstantinopel dengan maksud untuk melemahkan pertahanannya. Lusinan penambang profesional dari Serbia ditugaskan dalam misi khusus ini.

John Grant dari Skotlandia adalah orang yang ditugaskan pihak Romawi untuk menangkis serangan bawah tanah pasukan Mehmed. Dengan menggunakan teknik sederhana berupa tong air yang diletakkan di atas tanah John Grant dengan mudah bisa mengetahui di mana lokasi penggalian terowongan. Ketika terowongan itu tembus ke dalam benteng Grant dan anak buahnya menumpahkan "Greek Fire (Api Yunani)" zat kimia sejenis Napalm ke dalam terowongan lalu menyulutnya. Lusinan penambang dari Serbia tewas terbakar mengenaskan. Tidak hanya di darat, di laut Marmara pertempuran sengit juga tengah berlangsung. Kalau menyebut nama Marmara aku selalu teringat tragedi kapal Mavi Marmara, kapal dengan misi kemanusiaan untuk Palestina yang justru diserbu oleh pasukan komando Israel.

Awalnya misi penghadangan armada Genova sepertinya akan sukses, angin Laut Marmara berhenti bertiup sehingga kapal-kapal Genova itu tidak bisa bergerak dan armada pasukan Turki merangsek menyerbu. Armada Genova memutuskan untuk merapatkan kapal-kapal mereka membentuk kastil terapung yang nampak seperti sasaran empuk. Tapi, kapal Genova lebih besar dan lebih tinggi dari Kapal Turki sehingga membuatnya lebih mudah untuk menembak dan tanpa diduga angin laut Marmara bertiup kembali menyebabkan armada Genova kembali bergerak. Kapal-kapal dayung Turki tertinggal dan pasukan yang berhasil mencapai kapal Genova dengan mudah dapat dikalahkan bahkan Bartouğlu terluka parah.

Kapal-kapal Genova berhasil masuk ke Golden Horn dan disambut dengan gegap gempita, harapan warga konstantinopel kembali menyala-nyala, mereka merayakannnya dengan pesta. Semula Mehmed hendak mengeksekusi mati Bartouğlu atas kekalahan yang memalukan itu, tapi mengingat jasa-jasanya selama ini hukumannya menjadi lebih ringan yaitu dicambuk seratus kali. 

Konstantinopel  melindungi selat tanduk emas dengan rantai besi sepanjang 800 meter yang membentang dari Akropolis sampai daerah koloni Genova menara Galata. Jika kapal musuh datang rantai ini akan diangkat dan direnggangkan sehingga kapal musuh tersangkut dan dengan mudah ditembaki oleh angkatan laut romawi yang berjumlah 30 kapal. Sebaliknya jika kapal sekutu yang datang maka rantai ini akan diturunkan sehingga kapal bisa masuk. Inilah yang menyebabkan penyerbuan lewat selat tanduk emas menjadi hil yang mustahal eh, hal yang mustahil.

Jauh di Serbia sana, Mara Brankovic berusaha meyakinkan ayahnya agar tidak melanggar perjanjian damai dengan kesultanan Turki. Diam-diam Mara mengirimkan berita kepada Mehmed agar mewaspadai kemungkinan pengkhianatan negara-negara Balkan. Kekalahan demi kekalahan membuat Halil Pasha menyarankan agar Mehmed melakukan gencatan senjata. Ide gencatan senjata ini juga disarankan oleh penasehat kaisar Constantine yaitu Loucas Notaras. Mehmed sang sultan Muda bergeming, sejujurnya Ia tak suka diplomasi layaknya generasi tua seperti Halil Pasha itu.

ed telah mempelajari strategi perang sekaligus kegagalan yang dialami 23 pasukan pengepungan sebelumnya, malam itu Ia minta dipanggilkan kartografer (pembuat peta) dan juru tulis. Lalu Mehmed memanggil Zaganos Pasha, menyampaikan padanya sebuah ide rahasia yang akan mengubah keadaan. Ide itu sangat gila sekaligus brilian.

Dari episode satu nih Mehmed kalah terus, tapi tetap saja sang sultan muda ini kukuh dengan niatnya. Salah satu motivasi kuat yang mendorong semangat Mehmed adalah nubuah kejatuhan konstatinopel yang terdapat dalam sebuah hadits nabi. Mehmed bertekad dia lah yang akan mewujudkan nubuwah itu. Semangat orang muda dan pantang menyerah benar-benar lekat pada sosok Mehmed. Ia juga rupanya anak yang patuh menuruti nasehat ibunya untuk belajar dari kegagalan demi kegagalan generasi sebelumnya.


#KLIP2023

#KelasLiterasiIbuProfesional

#RiseofEmpire

Rise Of Empires : Ottoman, Season 1 Ep 2

RISE OF EMPIRES : OTTOMAN

(Resensi Drama)

Season 1 : Conquest of Constantinople

Episode 2: Through The Walls

Pada episode ke dua ini cerita mulai melambat dan terdapat beberapa flash back. Selama enam hari pasukan Mehmed menghujani tembok terluar benteng konstantinopel dengan peluru meriam basilika. Tembok itu rusak di sana-sini tapi masih kokoh berdiri. Giustiniani yang memimpin pertahanan pasukan kaisar Constantine memerintahkan agar tembok yang runtuh dibangun kembali dengan menyusun reruntuhannya dan taktik ini berhasil meredam efek kehancuran akibat tembakan meriam basilika. Senjata andalan Mehmed buatan Orban ternyata tidak sesempurna yang diharapkan. Giustiniani ternyata memutuskan untuk tidak hanya bertahan dalam benteng, Ia melakukan sesuatu di luar kebiasaannya yaitu menyerang balik pasukan Mehmed. 



Benteng konstantinople terdiri dari beberapa lapis, ada tembok luar, tembok dalam juga parit-parit. Giustiniani memutuskan strategi pertahanan mulai dari tembok luar, meskipun resikonya mereka bisa terkena hantaman the bear, sebutan untuk meriam basilika. Serangan balik Giuatiniani ternyata sangat efektif tentara Mehmed seperti masuk dalam ladang pembantaian. 


Mehmed bermaksud membalas kekalahan pasukannya, Ia perintahkan agar the bear ditembakkan lagi. Sayangnya, salah satu meriam meledak saat ditembakkan dan membuat Mehmed terluka, adegan beralih ke masa lalu. Diceritakan masa kecil Mehmed yang saat itu masih tinggal di luar Ibu Kota dipanggil untuk tinggal di istana serta menjadi putra mahkota menggantikan kakaknya yang meninggal dunia. Sejak saat itu Mehmed kecil digembleng dengan pendidikan dan disiplin yang keras. Di istana yang dingin, keras dan asing itulah Mehmed kecil mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari ibu tirinya, Mara.


Pada tahun 1444 saat Mehmed belum genap berusia 13 tahun Sultan Murad II memutuskan untuk pensiun dan menyerahkan tahta kepada putranya. Meskipun masih sangat muda rupanya Mehmed sudah memiliki tekad yang kuat serta mulai menyusun rencana taktis untuk mewujudkan cita-citanya menaklukkan konstantinopel. Rencana itu mendapat penolakan keras dari para mentri pimpinan Halil Pasha. Atas saran Halil Pasha, sultan Murad II mengambil kembali tahtanya. Mehmed sang sultan muda tentu saja kecewa, tapi cita-citanya tidak ikut padam. Pada saat itu Mara, orang yang selalu dipanggilnya ibu, menguatkan Mehmed dan meyakinkannya bahwa suatu saat nanti tahta kesultanan akan kembali jadi miliknya.


Pengepungan terus berlanjut. Dulu sultan Murad II melakukan pengepungan selama tiga bulan dan gagal. Kali ini setelah dua minggu menggempur benteng Mehmed memutuskan untuk menyerbu ke dalam. Dari dalam benteng konstantinopel, menimbang besarnya jumlah pasukan kesultanan Turki penasihat kaisar yang bernama Lucas Notaras mengingatkan kaisar bahwa belum terlambat untuk menyerah kepada Mehmed, ia menyarankan itu karena bala bantuan dari eropa belum kunjung tiba.


Ketika penyerbuan ke dalam benteng terjadi ratusan prajurit kesultanan Turki tewas di tangan pasukan bayaran pimpinan Giustiniani, misi penyerbuan gagal. Mehmed mulai merasa makin lama peluangnya untuk menang akan makin kecil. Paling tidak ada tiga alasan bagi Mehmed kenapa penaklukan itu harus selesai dan sukses dalam waktu cepat. Pertama Ia tidak ingin mengorbankan puluhan ribu pasukannya, kedua terjadi perpecahan di kalangan prajurit antara yang ingin meneruskan pengepungan dan yang ingin menghentikannya, yang terakhir ini dipimpin oleh Halil Pasha. Alasan ketiga adalah semakin lama pengepungan artinya memungkinkan datangnya bala bantuan dari eropa ke Konstantinopel. Pada masa yang cukup pelik itu Zaganos Pasha menemui sang sultan sambil membawa surat dari kepulauan Aegea isinya adalah kabar bahwa armada Genova sebagai bala bantuan untuk kaisar Constantine telah tiba di Dardanella dan bergerak menuju Konstantinopel.


Menurutku sampai di episode dua karakter Mehmed di dokudrama ini diperankan dengan baik oleh Cem Yiğit Üzümoğlu, dan sebagai tokoh pahlawan Ia juga digambarkan sebagai manusia biasa, bisa sakit, terluka, kecewa. Namun tetap saja penggambarannya sebagai tokoh pahlawan juga sangat kuat. Ia tampan, gagah, cerdas, ambisius dan pantang menyerah.


#KLIP2023

#KelasLiterasiIbuProfesional

Rise of Empire : Ottoman, Season 1 Ep 4


RISE OF EMPIRES : OTTOMAN (Resensi Drama) 
 Season 1 : Conquest of Constantinople 
 Episode 4: Loose Lips Sinks Ships 


 Judul episode ke empat ini cukup unik "Loose Lips Sinks Ship" yang kalau diterjemahkan secara bebas artinya bibir yang longgar menenggelamkan kapal. Ini adalah sebuah peribahasa pada zaman perang dunia yang artinya kira-kira tidak bisa menjaga rahasia akan menimbulkan bencana. Bibir siapa yang tidak bisa menjaga rahasia dan menyebabkan bencana akan terungkap di episode ini.
  
Perang adalah tipu daya, selain kekuatan militer untuk bisa memenangkan perang juga dibutuhkan strategi yang tepat, kepemimpinan yang bagus, serta kesolidan pasukan. Di episode empat ini Mehmed benar-benar mencurahkan semua kemampuannya untuk tetap teguh dan memenangkan misi penaklukan Konstantinopel.
Pengepungan benteng Konstantinopel telah memasuki pekan ke 3 dan benteng yang masih terus dihujani tembakan meriam basilika itu tetap berdiri. Mehmed berusaha membuka front lain yaitu dari laut. Ide gila yang Ia sampaikan pada Zaganos Pasha adalah memindahkan kapal perang Turki dari laut Bosporus ke dalam selat Tanduk Emas (Golden Horn) tanpa harus melewati rantai penghadangnya. Jadi sejumlah 76 kapal perang akan diangkat ke darat lalu ditarik melalui hutan sepanjang 2,5 Km di wilayah Galata tepatnnya di belakang pegunungan Pera dan nantinya dicemplungkan lagi langsung ke sisi dalam perairan Tanduk Emas. 

Pohon-pohon sepanjang jalur yang akan dilintasi kapal ditebang dan dijadikan semacam bantalan rel lalu dilapisi lemak hewan agar licin. Untuk menyamarkan kegiatan ini meriam basilika terus ditembakkan dan serangan pasukan ke benteng tetap dilancarkan. Sedangkan untuk menjaga kerahasiaan misi istimewa ini Mehmed menjadikan penguasa Galata Lord Lomellini sebagai sekutunya dan menjanjikan hadiah khusus baginya nanti ketika Konstantinopel ditaklukkan. Sementara itu beredar kabar bahwa armada kapal dari venesia sedang menuju konstantinopel. 

Setelah berhari-hari pembuatan jalan untuk kapal pun selesai, hanya dalam waktu satu malam 76 kapal perang Turki berhasil dipindahkan ke perairan Tanduk Emas, peristiwa ini mengguncangkan konstantinopel. Prajurit yang berjaga di benteng dialihkan sebagian untuk mempertahankan sisi benteng sepanjang pantai Tanduk Emas. Konstantinopel dilanda kecemasan, bahkan bila armada Venesia datang mereka tidak akan bisa berlabuh. 
Konstantinopel merencanakan penyergapan kapal Turki, misi itu dikepalai oleh perwira angkatan laut Venesia bernama Giacomo Coco. Untuk melakukan penyergapan mereka harus melewati perairan yang masuk wilayah Galata yang saat itu adalah daerah koloni Genova (Genoa). Orang-orang Genoa ingin ikut dalam misi penyergapan ini dan minta rencana penyergapan dirancang sempurna hingga penyergapan itu tertunda selama beberapa hari. 

Pada tanggal 28 April malam hari, bertepatan dengan hari ke 23 pengepungan, misi penyergapan dilakukan. Coco dan anak buahnya berencana menggunakan Greek Fire (Api Yunani) untuk menyabotase kapal-kapal Turki dan membakarnya sampai tenggelam. Greek Fire adalah zat yang digunakan oleh John Grant untuk membakar para penggali terowongan (episode 2). Sebelum menjalankan misinya Giacomo Coco menitipkan surat kepada Giovani Giustiniani agar disampaikan kepada anak dan istrinya jika nanti Ia tak kembali hidup-hidup. 

Saat hari benar-benar gelap dan adzan Isya berkumandang, Giacomo Coco memimpin anak buahnya mendekati kapal-kapal Turki dan memerintahkan mereka menyiapkan Greek Fire. 



Namun, tiba-tiba lampu di menara Galata menyala, Giacomo Coco menyadari misi penyergapannya bocor tapi semuanya sudah terlambat, meriam basilika menembaki kapal-kapal kecil pasukan Giacomo Coco yang memuat Greek fire dan pasukan pemanah menghujani mereka dengan panah api. Pasukan penyergap itu justru disergap balik oleh pasukan Turki.

#KLIP2023
#KelasLiterasiIbuProfesional

Friday, January 20, 2023

Rise Of Empire : Ottoman (Resensi Drama) Season 1 Ep 1

Judul : Rise of Empires : Ottoman 
Jumlah Musim : 2 
Jumlah episode: 12 
 Genre : Dokudrama 
 Negara asal: Turki 
 Bahasa asli: Inggris, Turki 
 Penulis : Kelly McPherson 
 Sutradara: Emre şahin 
 Pemeran utama : Cem Yiğit Üzümoğlu 
 Durasi : 45 menit 
 Jaringan distribusi : Netflix 

Serial ini menceritakan tentang kebangkitan dan masa kejayaan kesultanan Turki Usmani pada masa kepemimpinan sultan Muhammad Al Fatih (dalam drama ini disebut Mehmed). Terbagi menjadi dua musim (season) tayang, season pertama bertajuk The Conquest of Constantinople terdiri atas 6 episode. Season kedua Mehmed vs Vlad juga terdiri atas 6 episode. Masing-masing episode memiliki judul sesuai dengan tema besarnya.
Sebagai serial dengan kategori dokudrama maka selain adegan-adegan seperti layaknya serial lain, dalam serial ini terdapat juga narasi dari beberapa tokoh. Buat saya pribadi awalnya komentar dan narasi para tokoh ini terasa agak mengganggu karena tiba-tiba muncul di tengah jalannya cerita, kenapa keterangan yang mereka sampaikan kok tidak dimasukkan saja dalam adegan atau dalam bentuk narasi baik teks atau suara saja di awal. Tapi, dokudrama ternyata memang begitu, karena berdasarkan fakta sejarah yang pernah terjadi. Jadi ya dinikmati saja tayangannya. 
Resensi ini dibuat berdasarkan tayangan dramanya ya, jadi kalau ada yang tidak sama atau tidak ada ceritanya di fakta sejarah itu biasa saja, karena dalam dokudrama fakta-faktanya memang didramatisir.

Season 1: The Conquest of Constantinople 
Episode 1 : The New Sultan 

Pada tahun 1451 Mehmed, sang pangeran berusia 19 tahun yang sedang menjabat sebagai gubernur Manisa Provinsi Aegea menerima berita wafatnya sang ayah sultan Murad II. Ia dan orang kepercayaannya Zaganos Pasha bergegas kembali ke Ibu Kota untuk mengklaim tahta. Berdasarkan tradisi saat itu, jika seorang sultan mangkat maka tahtanya tidak hanya bisa diwarisi oleh keturunannya melainkan seluruh dinasti kerabat kerajaan bisa saja mengklaim tahta. Salah satu kerabat Mehmed yang memiliki hak klaim itu adalah pangeran Orhan yang pada saat itu "ditawan" di konstantinopel oleh kekaisaran Romawi. 

Mehmed memulai pemerintahannya dengan membasmi pemberontakan di Anatolia. Kemudian tekanan mulai datang dari pihak Romawi, mereka meminta pembayaran tiga kali lipat sebagai biaya pemeliharaan dan keamanan pangeran Orhan. Romawi mengancam akan membebaskan dan membiayai serta mempersenjatai pangeran Orhan untuk mengklaim tahta. Artinya jika pangeran Orhan dibebaskan maka kesultanan turki terancam mengalami konflik horisontal paling mengerikan yaitu perang saudara.

Mehmed menolak permintaan Romawi bahkan membalasnya dengan membangun benteng di depan selat Bosphorus, prinsipnya semua yang di dalam benteng adalah milik Romawi sedangkan semua yang di luar benteng adalah miliknya (Kesultanan Turki). Hal ini sama saja dengan menabuh genderang perang, maka Constatine segera menggalang dukungan dari wilayah-wilayah kekaisaran Romawi. Sementara itu Mehmed pantang mundur, Ia berhasil mendapat dukungan wazir agung Halil Pasha yang dulunya juga wazir agung sultan Murad II, cita-citanya sudah jelas, menaklukkan konstatinopel.

Mehmed mulai mengumpulkan pasukan dan bergerak bertahap menghancurkan pos-pos Romawi, Ia juga meng-upgrade persenjataannya dengan mempekerjakan Orban dan Jacob, Ayah beranak pembuat senjata asal Hungaria. Orban menawarkan sebuah senjata baru yang diyakini bisa menjebol benteng konstantinopel, meriam basilika. 
Diam-diam Constantine juga rupanya punya senjata rahasia, tentara bayaran dari Genova yang dipimpin oleh Giovanni Giustiniani Longo, aslinya orang ini adalah bajak laut dan buronan di negrinya sendiri. Sebagai penyemangat, Contantine menjadikannya kepala pasukan Darat. 

Pada tanggal 2 April 1453 pasukan Mehmed sampai di depan benteng konstantinopel. Di antara pasukan itu terdapat kesatuan khusus yang paling ditakuti, Janissary. Di dalam benteng Giustiniani berkenalan dengan Therma, putri dari George Sphrantzes, seorang sejarawan sekaligus perwira romawi. Empat hari kemudian pada tanggal 6 April 1453 Mehmed mengirim utusan dan penawaran terakhir untuk gencatan senjata kepada kaisar Constantine. Isi penawaran itu adalah seluruh rakyat konstantinopel tidak akan disakiti, tidak dijarah hartanya dengan syarat kaisar Constantine menyerah, membuka gerbang dan mencium tangan sang sultan. Tawaran ini ditolak, dan Mehmed memerintahkan agar Meriam basilika ditembakkan. 

Secara umum episode satu ini tidak banyak nuansa dramanya, ceritanya maju terus mengisahkan langkah-langkah Mehmed menuju penaklukan konstantinople. Satu-satunya bagian yang agak ringan justru pada saat sultan bertemu Orban si pembuat meriam basilika. Saran saya kalau mau nonton drama ini jangan sambil ngemil, nanti tahu-tahu cemilan habis ceritanya belum selesai. 

#KLIP2023 
#KelasLiterasiIbuProfesional

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...