Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan
Showing posts with label REVIEW BUKU. Show all posts
Showing posts with label REVIEW BUKU. Show all posts

Thursday, January 4, 2024

FUNICULI FUNICULA Jika engkau bisa kembali ke masa lalu, apa yang ingin kau lakukan?. Apakah kau ingin memperbaiki kesalahan? Menerima cinta yang dulu kau tolak? atau sebaliknya menolak cinta yang dulu kau terima? Meminta maaf? atau sekedar bertemu lagi dengan seseorang yang telah pergi?. Namun jika kau benar-benar bisa kembali ke masa lalu namun kedatanganmu itu tidak akan bisa mengubah kenyataan yang telah terjadi, apakah kau tetap ingin melakukannya?
Setidaknya ada empat perempuan yang memilih melakukannya, Fumiko, kotake, Hirai, dan seorang perempuan bergaun putih. Mereka memilih tetap kembali ke masa lalu, dan itu mereka lakukan di sebuah kafe kecil yang antik di sudut Tokyo, nama cafenya Funiculi Funicula. Ketika saya dan anak-anak berkunjung ke Gramedia Lampung, anak sulung saya memasukkan buku ini ke dalam tas belanja. Sejenak saya berpikir "kok, sepertinya Funiculi Funicula ini ada hubungannya dengan dunia tumbuhan atau sistem reproduksi". Rupanya secara tidak sadar ingatan saya sedang menggali sisa-sisa pelajaran di bangku kuliah dulu tentang sistem reproduksi manusia dan menemukan istilah funiculus spermaticus. Buku ini adalah terjemahan dari novel jepang yang judul aslinya Kohi Ga Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) karangan Toshikazu Kawaguchi yang terbit pada tahun 2015 di Tokyo. Edisi terjemahan bahasa Indonesia diberi judul Funiculi Funicula sesuai dengan nama kafe yang menjadi setting novel. Fumiko Kiyokawa memutuskan kembali ke masa lalu (tepatnya seminggu yang lalu) untuk menemui kekasihnya Goro Katada yang saat itu menyatakan akan pergi ke Amerika untuk meniti karir impiannya dan meninggalkan Fumiko, kekasihnya. Adapun Kotake adalah seorang perawat yang suaminya menderita Alzheimer dini dan lupa dengan keberadaan istrinya. Kotake ingin kembali ke masa ketika Fusagi suaminya masih mengingat dirinya dan membawa sebuah surat yang Ia kira adalah surat cinta yang tidak sempat diberikan Fusagi kepada Kotake. Lain lagi dengan Hirai, Ia memilih kembali ke masa lalu untuk menemui Kumi adiknya yang selama ini justru selalu Ia hindari, bahkan surat-surat adiknya itupun tak pernah dibacanya, sampai suatu ketika Ia menyesal atas semua perbuatannya itu. Ada dua lagi perempuan yang melakukan perjalanan waktu di kafe Funiculi Funicula, namun kisahnya berbeda dengan tiga perempuan di atas. Wanita bergaun putih itu kembali ke masa lalu untuk menemui suaminya yang sudah meninggal namun karena melanggar peraturan yaitu kembali sebelum kopinya menjadi dingin, sang wanita bergaun putih itu terjebak di sana, selalu duduk di bangku yang sama. Seorang lagi adalah Kei, istri Nagare pemilik kafe. Perempuan yang sedang hamil muda dan menderita penyakit jantung itu memutuskan untuk menjelajah waktu namun bukannya kembali ke masa lalu, Kei justru ingin ke masa depan.
Semua penjelajahan waktu itu dilakukan dengan bantuan Kazu sang barista kafe. Ia hanya akan membantu mereka setelah mengingatkan tentang peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh pelaku penjelajah waktu dan konsekuensi pelanggaran peraturan itu. Kazu juga selalu mengingatkan bahwa kenyataan tidak akan berubah, meskipun mereka berhasil kembali ke masa lalu dan melakukan segala upaya untuk mengubahnya. Entah kenapa pengarang memilih kelima tokoh yang melakukan perjalanan waktu itu semuanya perempuan. Apakah karena perempuan sering menyesali masa lalunya atau karena sebab lain? Novel setebal 223 halaman ini cukup menarik untuk dibaca, dengan catatan pembaca harus tahan dengan lokasi setting cerita yang benar-benar terpusat di kafe Funiculi Funicula, sehingga selesai membaca buku ini rasanya seperti selesai meminum secangkir kopi lalu menyadari kita tidak berada di dalam kafe itu lagi. Cinta Manis 04 Januari 2024

Tuesday, August 31, 2021

A WALK THROUGH NATURE




Picture book atau buku bergambar untuk anak selalu menarik perhatian saya, selain karena ilustrasinya menguatkan cerita yang disampaikan, ia juga bisa menjadi pemantik rasa ingin tahu anak menjadi lebih luas lagi. Kemarin saya tertarik pada sebuah buku dari Big Bad Wolf Online di sebuah market place, judulnya "A Walk Through Nature" yang ditulis oleh Libby Walden dan ilustrasinya dikerjakan oleh Clover Robin. Hari ini ketika bukunya sampai di rumah, sata dan anak-anak terkesima melihat isinya.  Sesuai judulnya buku ini mengajak pembaca untuk ikut berjalan-jalan dan menikmati betapa indah dan ajaibnya hal-hal yang ada dan terjadi di alam sekeliling kita.

Pada cover depan buku tertera bahwa ini adalah "Peek-through Book", pada setiap tema di buku ini terdapat lipatan halaman tambahan dan lubang-lubang untuk mengintip halaman di baliknya, sehingga pembaca diajak menebak apa gerangan yang ada di sana.  Mulai dari biji-biji kecil yang secara menakjubkan menjelma jadi beraneka tumbuhan, burung-burung yang mengembara, hingga pergantian musim serta keberadaan kehidupan di tempat-tempat tersembunyi, melalui buku ini pembaca terutama anak-anak seperti sedang bertualang menjelajahi keajaiban alam.



Buku ini memiliki sampul hard cover, kertas art paper berwarna dengan jilid benang dan ukuran yang cukup besar (27,5 cm x 21cm), diterbitkan oleh caterpillar books pada tahun 2019. Suasana alam dan keanekaragaman hayati yang diceritakan memang mengambil setting benua Eropa, namun secara umum ia mengajak kita untuk berhenti sejenak lalu mengamati, menikmati keindahan alam ini. Dan tentu saja kita bisa sampaikan pada anak-anak kita bahwa keindahan alam semesta ini adalah anugerah dari Allah Yang Maha Kuasa yang patut kita syukuri dan menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestariannya.

Mengutip kata-kata di halaman awal buku ini bahwa 'Dunia alami kita berubah setiap hari, bulan, dan tahun. Tapi, kalau kita tidak menyempatkan diri untuk memperhatikan, keajaiban itu perlahan memudar dan akhirnya hilang. Jadi, ayo kita mulai melangkah dan menemukan keajaiban itu di sekitar kita.

Thursday, April 1, 2021

GARA-GARA PIKO

 

Sejak dulu sampai sekarang saya suka membaca buku cerita anak. Salah satu alasannya adalah buku cerita anak itu ada gambarnya dan biasanya gambarnya bagus-bagus, apalagi buku-buku sekarang, gambarnya bagus, kertasnya bagus dan terutama ceritanya juga bagus-bagus. Gara-Gara Piko, demikian judul buku cerita anak ini, yang menurut saya termasuk salah satu dari buku cerita anak yang bagus itu.

Buku Gara-Gara Piko ditulis oleh M. Fajrur Rahmat dan ilustrasinya dikerjakan oleh Wastana Haikal, diterbitkan oleh Puspa Swara pada tahun 2018. Piko adalah seekor burung merak yang hobi melukis, pada suatu hari si Piko menumpahkan cat dan justru pada saat itu ia menemukan sebuah ide. Rupanya ide yang diwujudkan oleh si Piko membuat seisi desa menjadi kesal kepada dirinya hingga warga desa mengejar Piko sampai ke atas bukit. 

Buku yang saya review kali ini adalah edisi gratisan alias tidak diperjualbelikan karena merupakan edisi kerja sama antara Puspa Swara dan Room to Read Accelerator. Saya sendiri mendapatkannya sebagai donasi bagi Taman Baca yang saya kelola di kampung halaman. Anak-anak yang membaca buku ini menyukai gambar dan ceritanya yang ringan tapi penuh makna dan menemukan kesimpulan "Oh, teryata...".

Terus terang saya sangat menyukai ide cerita dan ilustrasi pada buku ini dan visualisasi tokoh-tokohnya sempat membuat saya teringat pada film Kungfu Panda yang menggemaskan itu, ada Bu Gajah, Pak Kucing, Bu Panda, Pak Harimau, Pak Unta, Bu Kangguru dan masih banyak karakter lain yang tidak disebutkan namanya. Satu lagi, saya juga menyukai gaya bahasa penulis yang menggunakan kata-kata berima.  Misalnya pada bagian " Piko mengecat genta Pak Unta dengan warna Magenta" atau pada bagian lain " Piko mengecat genting Pak Kucing dengan warna Kuning", kata-kata berima ini terdengar indah dan mudah diingat oleh pembaca wabil khusus anak-anak. 

Melalui buku Gara-Gara Piko ini anak bisa belajar untuk berpikir kreatif dan tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain. Saya kira tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga perlu membaca buku ini.

Saturday, March 27, 2021

10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga

 


Judul Buku : 10 Sahabat Dijamin Masuk Surga

Pengarang : Izzah Annisa

Ilustrator : Fajar Istiqlal

Tahun terbit : 2017

Penerbit : Al-Kautsar Kids

Jumlah Halaman : 143

Jenis Buku : Komik


Coba sebutkan nama sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga!, begitu salah satu bunyi pertanyaan yang pernah saya dapat dulu ketika mengikuti sebuah kajian keislaman. Dalam benak saya yang terlintas justru sebuah pertanyaan juga, memangnya ada orang yang dijamin masuk surga selain para nabi dan rasul?, ternyata jawabannya memang ada, di antara mereka itu adalah para sahabat nabi yang terpilih, jumlahnya ada sepuluh orang.


Buku 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga ini adalah sebuah buku bacaan anak berupa komik yang dikemas dalam gaya jenaka. Pengarangnya Izzah Annisa mengisahkan keutamaan masing-masing dari sepuluh sahabat nabi itu dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami oleh anak-anak tanpa mengurangi nilai-nilai keutamaan para sahabat tersebut. Ilustrasi pada buku ini juga lucu sekali ditambah dengan tampilan yang full colour alias warna-warni anak-anak benar-benar merasa sedang membaca buku komik (bukan sebuah buku bertema pelajaran agama).


Ketika membaca buku komik 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga ini saya jadi teringat masa kecil di mana dulu juga ada komik-komik bertema cerita nabi dan rasul, tentang surga dan neraka, juga cerita-cerita hikmah. Pada masa lalu komik-komik tersebut dicetak pada kertas tipis dan warnanya hanya hitam putih serta bahasanya dewasa sekali terlalu kaku untuk anak-anak. Sekarang ini sudah ada banyak buku bacaan anak bertema keislaman yang mengisahkan tentang sahabat nabi, tetapi kebanyakan berupa buku bergambar masih jarang yang dalam bentuk komik. 


Mungkin sebagian besar dari kita sudah bisa menebak bahwa empat dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga adalah para khulafaur rasyidin yaitu Abu Bakar Ash Shidik, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Talib. Kalau begitu, siapakah yang enam orang lagi? silakan temukan jawabannya sendiri dengan membaca buku ini, selain mendapat pengetahuan, anak-anak dan kita yang ikut membaca niscaya akan merasa terhibur dengan cerita-cerita di dalamnya.





Wednesday, March 24, 2021

HARI MENANGKAP , Kerja sama si Ikan Toman Dan Burung Udang

 



Judul Buku           : Hari Menangkap

Pengarang             : Dian Sukma Kuswardhani

Ilustrator               : Gilang Ayyoubi Hartanto

Tahun terbit          : 2019

Penerbit                 : Bestari

Jumlah Halaman : 24

Jenis Buku             : Buku Bergambar


Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna dan salah satu cara memperkenalkan anak pada kekayaan alam Indonesia itu adalah melalui buku cerita dengan gambar-gambar yang menarik sehingga kesannya tidak terlalu kaku sebagaimana buku-buku teks pelajaran di sekolah. Buku bacaan anak yang berjudul "Hari Menangkap" ini menceritakan tentang kerja sama antara ikan toman dan burung udang untuk menangkap mangsa mereka.


Diceritakan bahwa ikan toman kecil uang hidup di sebuah sungai mulai belajar menangkap mangsanya sendiri, demikian juga dengan temannya si burung udang. Ikan toman kecil dan burung udang berkali-kali gagal menangkap mangsa mereka tapi rupanya mereka tidak berputus asa. Pada akhirnya kedua hewan tersebut menemukan cara yang tepat untuk menangkap mangsanya. Ikan toman adalah ikan air tawar yang banyak terdapat di perairan sumatra dan kalimantan. Secara fisik penampilan ikan toman mirip dengan ikan gabus dan sama-sama termasuk ikan pemangsa atau predator. Salah satu pembeda antara toman dan gabus adalah bercak-bercak pada ikan toman berwarna kekuningan sedangkan pada ikan gabus berwarna hitam. Sementara itu burung udang adalah jenis burung pemangsa ikan dan hewan kecil lain yang hidup atau berada di dekat perairan.


Buku Hari Menangkap menceritakan dan menggambarkan dengan cantik melalui ilustrasinya tentang tempat hidup dan perilaku ikan toman. Suasana kehidupan bawah air tawar lengkap dengan kehadiran satwa lain menjadikan cerita pada buku ini lebih hidup. Di dunia nyata bisa jadi burung udang akan memangsa anak-anak ikan toman yang masih kecil, namun dalam buku ini mereka justru bekerja sama.


Ikan toman biasanya ditangkap untuk dikonsumsi karena dagingnya yang lezat, ikan ini juga biasanya diawetkan dalam bentuk ikan asin. Buku Hari Menangkap ini bisa menjadi sarana mengenalkan ikan toman dan burung udang pada anak-anak sebagai salah satu satwa perairan Indonesia. Keberadaan hewan-hewan tersebut penting bagi keseimbangan ekosistem sehingga harus dijaga kelestariannya. 

Saturday, March 6, 2021

MAGICAL UNICORN (Seperti Apa Suara Unicorn?)

 

Judul buku : Magical Unicorn

Ilustrator    : Amy Zhing

Desain        : Amy Bradford

Penerbit     : Igloo Books

Tahun Terbit: 2019

Bahasa       : Inggris

Tebal           : 8 Halaman

Jenis buku : Buku bersuara (Sound Book)


Saya pertama kali berjumpa dengan buku bersuara (sound book) sekitar tahun 2009, saat itu di sebuah toko buku di Yogyakarta saya menemukan sebuah buku tentang kakak tua yang suka menirukan suara hewan-hewan lain di peternakan. Sejak saat itu saya mulai mempertimbangkan untuk membeli buku jenis sound book yang menurut saya menarik dan sesuai usia anak, termasuk yang satu ini " Magical Unicorn".


Buttercup adalah nama tokoh unicorn dalam buku ini, ia sedang berada di desa teman-temannya yaitu para peri. Ketika peri-peri kecil bermain, Buttercup ingin bergabung tapi karena ukuran badannya yang jauh lebih besar dari makhluk-makhluk kecil itu maka ia pun selalu gagal berpartisipasi. Buku ini saya peroleh dari event Big Bad Wolf (BBW) di sebuah market place. Dulu saya biasa memakai jasa titip untuk membeli buku-buku BBW tetapi sejak pandemi Corona BBW sesekali membuka penjualan online di awal Bulan.

Dalam buku ini tersedia tombol yang jika ditekan akan mengeluarkan suara Buttercup si unicorn diiringi dengan musik latar yang bunyinya gemerincing seperti taburan bintang-bintang kecil. Desain buku yang berlubang pada setiap halaman memungkinkan untuk anak mendengar suara unicornya setiap kali membuka halaman bukunya. Anak saya sempat bertanya kenapa suara unicorn seperti suara kuda, saya jawab saja karena unicorn adalah salah satu jenis kuda, tepatnya kuda dalam dongeng.


Bisa dibilang buku ini cewek banget. Warna-warni cerah ceria yang mendominasi ilustrasi pada buku ini membuatnya sangat girly ditambah semua peri yang juga perempuan serta meskipun tidak disebutkan sebagai unicorn betina, Buttercup adalah nama bunga yang umum dipakai untuk karakter perempuan. Saya pribadi menggunakan buku ini sebagai buku cerita pengantar tidur sekaligus media belajar bahasa Inggris untuk anak-anak. Persahabatan Buttercup dan para peri serta bagaimana upaya mereka mencari solusi untuk masalah yang sedang mereka hadapi adalah poin plus untuk buku ini.

Friday, March 5, 2021

GOOD NIGHT SLEEPY CATERPILLAR

Judul buku : Good Night Sleepy Caterpillar 

Pengarang : Patricia Hegarty

Ilustrator : Thomas Elliot

Penerbit : Caterpillar Books

Tahun Terbit: 2018

Bahasa : Inggris

Tebal : 20 Halaman

Jenis buku : Buku bergambar (Picture Book)

Di antara semua jenis serangga barangkali Kupu-kupu adalah jenis yang paling sering dijadikan tokoh dalam sebuah cerita. Bukan hanya karena wujudnya yang indah dengan sayap warna-warni memesona tapi kupu-kupu juga melalui beberapa tahapan proses perubahan bentuk sejak menetas dari telur hingga menjadi serangga dewasa. Buku Good Night Sleepy Caterpillar ini juga menceritakan bagaimana proses perubahan wujud yang lazim disebut metamorfosis terjadi pada ulat sehingga berubah menjadi kupu-kupu.

Saya mendapatkan buku ini secara online di salah satu akun facebook, jujur saja bukunya melebihi ekspektasi saya. Sebagai buku bergambar untuk anak-anak, proses metamorfosis si ulat menjadi kupu-kupu diceritakan dengan sangat halus dan bahasa yang mudah difahami oleh anak. Beberapa karakter binatang lain juga dimunculkan dalam cerita sebagai bagian dari penggambaran kehidupan sehari-hari si ulat, masing-masing karakter binatang lain itu diceritakan juga aktivitasnya.



Ketika sampai pada bagian ulat bangun dari tidur lamanya dan berubah menjadi kupu-kupu, anak saya yang berumur 5 tahun bertanya apakah jika kupu-kupu tidur maka dia akan bangun sebagai ulat?, anak saya itu juga kaget ketika saya katakan padanya meskipun telah menjadi kupu-kupu kelak ketika telur kupu-kupu menetas maka anak-anaknya akan berwujud ulat bukan kupu-kupu kecil. Dari sini saya mulai menjelaskan padanya bahwa metamorfosis adalah perubahan satu arah, selesai pada tahap ketika ulat sudah menjadi kupu-kupu.



Menurut saya buku ini sangat cocok untuk dijadikan buku read aloud untuk anak sebagai buku pengetahuan tentang serangga juga sebagai buku cerita pengantar tidur. Gambar-gambar yang menarik dengan gaya khas kekanakan sangat mendukung narasi ceritanya. Tokoh ulat juga diceritakan sebagai "anak" yang ramah dan sopan ketika bertemu dengan binatang lain. Ketika selesai membaca buku ini, baik saya maupun anak-anak saya sepakat bahwa rasanya seperti ada semacam perasaan ikut bahagia, sebahagia si ulat yang sudah berubah menjadi kupu-kupu.


Sunday, February 28, 2021

THE PIED PIPER OF HAMELIN (Peniup Seruling Dari Hamelin, Sebuah Cerita Lama Dalam Gaya Baru)

 




Judul Buku : The Pied Piper of Hamelin
Pengarang : Russell Brands
Ilustrator : Chriss Riddell
Penerbit : Cannongate, London
Tahun terbit : 2014
Tebal : 132 halaman
Bahasa : Inggris
Kategori : Cerita Bergambar

Peniup seruling dari Hamelin adalah salah satu buku bersejarah dalam kehidupan pribadi saya, buku itu termasuk buku cerita pertama yang dibelikan ibu untuk saya sekitar 35 tahun yang lalu. Jadi, ketika sebuah akun toko buku online memajang iklan buku ini, secara impulsif saya langsung mengetik "mau". Singkat cerita sampailah buku The Pied Piper of Hamelin ini ke rumah saya dan tertawa-tawa saya dibuatnya mengenang serta membandingkan buku yang lama dan buku baru ini.

Inti ceritanya tetap sama, tentang warga kota Hamelin yang pelit lalu dilanda wabah serangan tikus. Untuk mengusir tikus-tikus itu warga kota menyewa jasa seorang peniup seruling yang musiknya bisa menghipnotis para tikus, namun ternyata mereka berkhianat sehingga sang peniup seruling tidak hanya melenyapkan tikus-tikus tapi sekaligus membawa pergi semua anak-anak Hamelin, kecuali satu.

Perbedaan paling mendasar edisi ini dengan yang pernah saya baca dulu adalah pada gaya bahasa dan penonjolan karakter Sam, si anak yang tidak ikut dibawa pergi sang peniup seruling. Bisa dibilang buku ini menggunakan bahasa yang terlalu jujur, apa adanya sebagai kata lain dari vulgar. Penggambaran warga Hamelin sebagai orang-orang yang materialistis, pongah dan serakah sekaligus jahiliyah alias bodoh terasa sangat nyata didukung dengan ilustrasi dan catatan khusus tentang kata-kata penting pada halaman tertentu.

Warga Hamelin sangat memuja kesempurnaan, sehingga orang-orang yang tidak masuk dalam kategori sempurna versi mereka akan dikucilkan, dirundung dan dianggap sebagai aib. Sam, bocah yang terlahir dengan kaki tidak sempurna adalah salah satu aib itu, hanya ada satu orang yang mau menerima bahkan mencintai Sam apa adanya, tentu saja siapa lagi kalau bukan ibunya.

Russel Brands juga memberi nama pada tokoh pemimpin tikus, Casper, Gianna dan Paul. Karakter para bos tikus itu lebih vulgar lagi dari para warga Hamelin. Menurut saya buku ini adalah versi dewasa dari sebuah buku anak. Saya pribadi memberi rating R with PG alias remaja dengan bimbingan orang tua. Bagaimanapun buku ini benar-benar unik dan ending ceritanya cukup masuk akal. Satu lagi, jika anda adalah orang yang mudah mual-mual pada sesuatu yang katakanlah kotor dan jorok, mungkin buku ini tidak cocok dibaca sambil makan camilan.





Friday, December 18, 2020

Little Red Riding Hood


Big Bad Wolf disingkat BBW, terbayang seramnya mendengar nama makhluk ini. Membayangkan sosok srigala yang besar dan jahat dengan taring yang tajam dan berkilat, siap memangsa korbannya. Saya juga merasa seram tiap kali ada BBW lewat, tepatnya seram membayangkan godaan buku-buku bagus yang bergentanyangan dengan harga nyungsep, melorot sampai ndelosor. Pertama kali saya tahu ada event BBW lewat postingan salah satu teman di grup crafter. Buku yang pertama saya beli adalah buku tentang menjahit, craft dan buku cerita anak. Ternyata pada event-event berikutnya yang saya beli ya buku jenis itu-itu juga, ditambah novel. Salah satu jenis buku yang saya sukai memang buku cerita anak. Karena setiap buku cerita anak itu biasanya membawa ide besar yang diceritakan secara singkat, kemudian disertai dengan ilustrasi yang indah serta dicetak pada kertas yang bagus pula. Itu sebabnya, meskipun relatif tipis (baca halamannya sedikit) tapi buku anak mahal harganya, konon buku anak juga termasuk yang paling laris penjualannya.


Salah satu buku yang saya beli pada BBW tahun 2020 ini adalah Little Red Riding Hood, yang diangkat dari dongeng karangan Grimms bersaudara.

Tuesday, December 1, 2020

Anak Lumang Dan Putri Serindu


Bagi teman-teman yang berasal dari daerah Bengkulu, mungkin sudah akrab sekali dengan cerita rakyat tentang Putri Serindu. Dikisahkan sang Putri yang hendak menikah mengadakan lomba untuk mencari calon pengantin pria. Uniknya sang Putri menghendaki suaminya nanti adalah seorang raja tidur, sehingga lomba yang digelar adalah lomba tidur. Kali ini buku yang saya baca berjudul Hadiah Istimewa Untuk Putri, ceritanya diangkat dari cerita rakyat tentang Putri Serindu tersebut di atas.

Dalam buku karangan Lia Loeferns (Yulia Loekito) dan dikerjakan ilustrasinya dengan sangat cantik dan detail oleh Azisa Noor ini Putri Serindu sebagai anggota kerajaan diceritakan tidak boleh bermain di luar istana. Padahal sebagai anak-anak lazimnya ia ingin bermain bersama anak-anak lainnya. Hingga tibalah hari ulang tahun sang Putri, semua anak membawa hadiah untuknya. Demikian juga dengan si Anak Lumang, ia ikut mengantri bersama anak-anak lainnya untuk memberi hadiah kepada Putri.



Anak-anak di kerajaan membawa berbagai hadiah yang indah, sementara si Anak Lumang justru membawa sebuah bubu yang besar. Siapa sangka kalau ternyata dengan bubu itu Anak Lumang telah menyiapkan sebuah kejutan istimewa untuk Putri. 
Bubu adalah sebuah alat penangkap ikan tradisional, terbuat dari anyaman bilah bambu kecil-kecil seperti lidi. Bubu berfungsi sebagai perangkap ikan, biasanya dibenamkan di perairan tawar seperti sungai, danau atau rawa-rawa. Dengan desain yang sedemikian rupa, ikan yang masuk ke dalam bubu tidak dapat keluar lagi. Kalau begitu, apakah Anak Lumang akan mengajak Putri untuk menangkap ikan?.

Saturday, November 28, 2020

AKU BERANI, KAMU?


Bagaimana kalau suatu ketika kita melakukan kesalahan pada seseorang, beranikah untuk meminta maaf?. Lain waktu, ketika perbuatan kita ternyata merugikan orang lain, beranikah untuk mengaku salah dan bertanggung jawab?. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "Berani" artinya mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut). Kesulitan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari beraneka ragam bentuknya, demikian pula halnya dengan keberanian, bentuknya juga bisa bermacam-macam. Setidaknya ada delapan bentuk keberanian yang diceritakan pada buku "Aku Berani, Kamu?" ini.

Buku "Aku Berani, Kamu?" karangan Naning Chandra, menceritakan kisah-kisah bagaimana anak-anak yang berani menghadapi masalah mereka. Delapan bentuk keberanian yang diceritakan dalam buku ini yaitu; berani mengampuni, berani berbuat benar, berani tampil, berani mengaku salah, berani bertanggung jawab, berani berbuat baik, berani meminta maaf dan berani melawan fitnah. Delapan cerita tersebut ada yang berbentuk fabel, dongeng, cerita rakyat dan cerita anak biasa. Setiap cerita disertai dengan ilustrasi yang cantik dan berwarna buatan Inke Alverinne. Dicetak pada kertas art paper glossy, buku setebal 92 halaman ini diterbitkan oleh Grasindo pada tahun 2018.



Kisah-kisah tentang keberanian dalam buku ini cocok untuk dibaca atau dibacakan pada anak usia Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar sesuai dengan karakter tokoh-tokoh yang ada di dalam kisah-kisah tersebut. Ada salah satu cerita yang berkenaan dengan isu sensitif yaitu masalah suku, menurut saya cerita ini bagus untuk dijadikan salah satu contoh menjaga kerukunan dalam kebhinekaan. Ada pula cerita tentang pangeran yang tidak sengaja memorak-porandakan dapur istana ketika sedang berlatih jurus pukulan silat. Pada cerita ini digambarkan bagaimana suatu perbuatan yang salah, meskipun tidak sengaja, tetap harus dipertanggungjawabkan.

Melalui buku ini, anak-anak bisa mengetahui contoh-contoh keberanian dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua juga dapat menjelaskan bahwa keberanian tidak sebatas mampu dan mau melakukan hal-hal yang berbahaya atau bahkan konyol atau sekedar berani melakukan tantangan (challenge) dari teman sebaya. Saat ini anak-anak kita hidup pada zaman yang penuh dengan tantangan, menjadi berani dalam arti yang positif adalah sebuah keharusan agar mereka kelak dapat mengatasi berbagai tantangan dalam kehidupan ini.




Sunday, November 22, 2020

Belajar Menggambar Hutan

 

Learn To Draw The Forest - Belajar Menggambar Hutan, demikian judul buku ini. Sebuah buku dwi bahasa Inggris-Indonesia yang diterbitkan oleh Eaststar Adhi Citra pada tahun 2010. Buku tentang bagaimana cara menggambar step by step ini ditulis dan dikerjakan ilustrasinya oleh Rosa Maria Curto, seorang guru dan juga ilustrator dari Spanyol. Pada edisi ini terjemahan bahasa Inggris dilakukan oleh Sally-Ann Hopwood, sedangkan bahasa Indonesianya oleh Ir. Triwiharto. Karena penulisnya berasal dari Eropa maka tidak mengherankan jika hutan yang digambarkan dalam buku yang dicetak pada kertas art paper dan bersampul tebal ini bernuansa Eropa juga, bukan seperti hutan tropis di Indonesia. Ada sekitar seratus contoh gambar yang bisa dibuat dari buku setebal sembilan puluh enam halaman ini, semuanya disertai langkah-langkah dari awal sampai akhir dan berwarna. 


Saya sudah lupa kapan persisnya mengunggah sebuah gambar, hasil karya anak saya yang waktu itu usianya sekitar 4 tahun. Menariknya salah satu orang berkomentar yang intinya bahwa semua anak itu waktu kecil suka menggambar, tapi kemudian seiring bertambah usia, mereka menemukan minat yang lain. Banyaknya tugas dari sekolah juga bisa menjadi faktor anak tidak lagi punya banyak waktu luang untuk menggambar. Ketika anak mulai tertarik membuat gambar, maka biasanya referensi pertamanya adalah Ibu, Ayah atau pengasuhnya. Kenyataannya banyak orang tua (termasuk saya) yang mengaku tidak bisa menggambar, sehingga ketika anaknya minta dibuatkan gambar, maka dibuatlah gambar sebisanya, syukur-syukur kalau anaknya tidak protes. Padahal menggambar secara umum bisa meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih kesabaran, mengasah konsentrasi, juga sebagai media menuangkan emosi dan berkomunikasi. Kabar baiknya, kemampuan menggambar bisa dipelajari, baik oleh anak maupun orang dewasa.

Di dalam buku Learn To Draw The Forest-Belajar Menggambar Hutan, mula-mula kita akan dikenalkan pada beraneka alur, bentuk, cahaya dan warna yang ada di dunia ini. Selanjutnya belajar menggambar dimulai, diawali dengan menggambar sebuah bentuk (shape) lalu membuat gambar obyek-obyek yang ada di hutan dari bentuk itu. Maka pada lembar-lembar berikutnya Rosa Maria Curto mengajak pembaca untuk menggambar daun, bunga, buah, jamur, pohon, binatang-binatang kecil, serangga, burung, tupai, tikus, landak, rusa, bahkan rubah dan serigala.

Dalam dunia dongeng, hutan adalah sebuah setting tempat yang umum dijumpai, maka Buku Menggambar Hutan juga menghadirkan tokoh-tokoh dalam dongeng. Ada karakter anak laki-laki, anak perempuan, Nenek, Kurcaci, Peri, Monster, Raja, penyihir juga Si Kecil Berkerudung Merah. Semuanya lengkap dengan cara membuat struktur tubuh, model rambut, akaesoris dan ekspresi wajah.



Secara pribadi, saya dan 2 di antara 4 anak-anak saya (usia 8 tahun dan 5,5 tahun) suka sekali dan menikmati buku ini. Melalui buku ini kami bisa belajar menggambar bersama-sama. Ternyata menggambar itu mudah asalkan kita tahu bagaimana caranya.  Satu lagi yang menarik dari buku ini adalah, pengarang mengajak pembaca untuk menggambar dengan "rasa".  Pembaca diminta untuk memperhatikan, menyentuh dan memahami obyek yang akan digambar, dengan demikian ini akan melatih kemampuan menggambar tidak hanya secara teknis tapi melibatkan perasaan penggambarnya. Maka dari itu, wajar saja jika ada salah satu bentuk terapi untuk menghilangkan stres yang kegiatannya adalah menggambar. Jadi, tunggu apa lagi, mari menggambar, meskipun barangkali itu sekedar gambar kecil di sela-sela buku catatan.

Saturday, November 7, 2020

TUING-TUING SI IKAN TERBANG

 











Ini adalah salah satu buku koleksi Taman Baca Beniso, yang berasal dari donasi. Sebuah buku cerita bergambar dengan ilustrasi kehidupan ikan tuing-tuing yang indah dengan warna-warni cerah dan informatif. Penulis buku ini adalah Dian Onasis, sedangkan ilustrasinya dikerjakan oleh Vannia Rizky, dicetak pada kertas art paper glossy yang tebal, diterbitkan pertama kali pada tahun 2018 oleh penerbit Puspa Swara. Sebagaimana umumnya buku cerita bergambar untuk anak, buku ini juga tidak banyak jumlah halamannya, hanya dua puluh empat halaman saja.

Buku ini mengisahkan perjalanan ikan tuing-tuing sejak dari berbentuk telur sampai dewasa. Salah satu keistimewaan yang dimiliki ikan tuing-tuing adalah kemapuannya untuk terbang, keluar dari dalam air, sehingga ia dikenal juga sebagai ikan terbang. Kemampuan terbangnya dapat mencapai 100m dalam waktu 10 detik. Dengan waktu selama itu, ikan ini bisa menghindar dari pemangsa yang mencoba memakannya di dalam air. Ikan tuing-tuing banyak terdapat di perairan Sulawesi, dan ditemukan juga di sekitar pulau seram, Flores, hingga Papua. Olahan ikan-ikan tuing-tuing di antaranya adalah ikan asin, ikan asap dan ada juga telur ikan kering.

Salah satu kekhasan buku cerita bergambar adalah selain teks, gambarnya juga bisa bercerita. Gambar- gambar pada buku ini, dengan jelas menceritakan daur hidup ikan tuing-tuing, lengkap dengan perilaku, habitat, dan sebaran lokasi ditemukannya. Diceritakan bagaimana ikan yang masih kecil mulai mencari makan, jenis-jenis makanannya, menggunakan kemampuannya untuk terbang, menghindari pemangsa dan berkembang biak. Semuanya dalam bentuk gambar yang indah dan menarik bagi anak-anak. Barangkali karena buku ini berlatar belakang kehidupan di laut, maka nuansa warna biru mendominasi pada gambar-gambarnya.

Membacakan buku Tuing-Tuing Si Ikan Terbang, tidak hanya menjadikannya dongeng pengantar tidur, tetapi juga sebagai sarana mengenalkan salah satu bahan pangan bergizi khas dari Indonesia tepatnya daerah Sulawesi. Juga sebagai sarana menanamkan kesadaran untuk menjaga kelestarian laut Indonesia, agar Ikan tuing-tuing dan ikan-ikan lainnya juga dapat terus lestari. Buku ini juga membuka pengetahuan bahwa ikan terbang benar-benar ada, dan punya nama yang terdengar sangat imut, ikan tuing-tuing.

Friday, October 30, 2020

MENGENAL SATWA INDONESIA DALAM BUKU HUS! HUS! (REVIEW BUKU)

 

Kira-kira setahun yang lalu, Taman Baca Beniso mendapat kiriman donasi buku dari salah satu donatur dari Jakarta. Semuanya buku baru, di antara buku-buku yang dikirimkan itu adalah buku cerita bergambar yang berjudul 'Hus! Hus!". Buku ini dikarang oleh Izzah Annisa sedangkan ilustrasinya dibuat oleh Aprilia Muktirina. Dicetak pertama kali pada bulan Januari 2019 oleh Noura Books, menggunakan kertas art paper yang glossy dan cukup tebal, terdiri atas 24 halaman.

Cerita dimulai dengan gambar beberapa badak yang sedang kepanasan karena matahari bersinar terang dan menyengat. Para badak terlihat kegerahan, berkeringat dan berusaha mendinginkan badan dengan minum jus, berkipas-kipas dengan daun bahkan juga dengan kipas angin. Salah satu badak ada yang memakai baju batik, berarti ini badak Indonesia, bukan badak Afrika. Rupanya beberapa saat kemudian para badak sudah menemukan solusi menghilangkan rasa gerah, yaitu dengan berkubang dalam lumpur. Tapi ada satu badak kecil yang enggan berkubang karena takut kotor dan bau, namanya Sero.

Sero si badak kecil berusaha mendinginkan badan dengan cara lain.  Tapi, masalah lain muncul, Sero dihinggapi serangga, lalat-lalat mulai mengerumuni Sero, makin lama makin banyak. Sero dan burung kecil yang selalu menemaninya berusaha mengusir mereka,tapi karena tidak berhasil, Sero dan temannya pun berusaha kabur. Sialnya, kemanapun Sero pergi, lalat-lalat itu tetap mengikuti, sampai Sero hampir jatuh ke kubangan lumpur. Kira-kira Sero mencebur ke dalam lumpur tidak ya?.

Cerita dan ilustrasi dalam buku ini menarik sekali. Tokoh Sero si badak kecil dan teman-temannya dalam buku ini, ditampilkan memiliki dua cula, artinya Sero bukan badak Ujung Kulon yang bercula satu. Memangnya ada badak di tempat lain di Indonesia selain di Ujung Kulon?. Ada dong, namanya Badak Sumatra nama ilmiahnya Dicerorhinus sumatrensis. Sepertinya dari sini lah asal muasal nama Sero. Sesuai namanya, Badak ini bercula dua dan berasal dari pulau Sumatra. Untuk lebih menambah kesan lebih khas Indonesia, ada badak yang digambarkan memakai baju batik. Burung kecil yang selalu berada di dekat Sero sesuai dengan kenyataan bahwa biasanya burung jenis jalak menghinggapi badak untuk memakan kutu-kutu yang ada di kulit badak tersebut.

Buku ini sangat cocok untuk dibacakan kepada anak-anak. Selain menambah pengetahuan anak tentang kekayaan fauna Indonesia, orang tua juga bisa menanamkan nilai-nilai lainnya. Misalnya, persahabatan antara Sero dan burung yang setia, patuh pada nasehat orang tua, dan membiasakan berfikir untuk mencari soulusi suatu masalah. Jangan lupa untuk menyampaikan bahwa badak sumatra termasuk ke dalam satwa yang dilindungi dan dalam keadaan terancam punah. Dari sini kita bisa mengajak anak-anak untuk lebih mengenal keanekaragaman fauna Indonesia dan ikut menjaga kelestarian alam agar kekayaan flora dan fauna Indonesia tetap lestari. Selamat Membaca!.

Tanjung Senang 30 Oktober 2020, usai menikmati rengginang yang dikirim dari Serang.




Sunday, October 25, 2020

TOMODACHI FUYASO (SENANGNYA PUNYA BANYAK TEMAN) REVIEW BUKU



Beberapa waktu yang lalu saya membeli sebuah buku cerita anak yang berjudul "Senangnya Punya Banyak Teman". Buku ini menampilkan cover bergambar sebuah pohon besar dengan tajuk penuh bunga warna merah jambu dengan sebongkah batu yang nampak senang di bawahnya, mereka dikelilingi hewan-hewan dan anak-anak yang sedang piknik. Ini adalah sebuah buku terjemahan dari buku aslinya yang berjudul "Tomodachi Fuyaso" karangan Machiko Kumagai. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Amenotoki dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2016. Buku ini cukup tipis, hanya 24 halaman saja. Ilustrasinya dibuat pada tiap dua halaman, dengan gambar yang indah, ekspresif dan kombinasi warna yang cantik. Menurut keterangan pada buku, baik cerita maupun gambar dibuat sendiri oleh sang pengarang.




Dikisahkan bahwa di atas sebuah bukit, ada sebongkah batu besar yang kesepian. Meskipun banyak hewan yang bermain di puncak bukit tapi tidak satupun yang mau bermain dengannya. Hingga pada suatu hari sebutir biji merah jatuh di dekatnya. Batu sangat menyayangi biji ini, ia melindunginya dari panas, angin kencang dan hujan. Biji merah yang telah tumbuh menjadi sebatang pohon dan batu besar itu menjadi teman baik.


Ketika si pohon mulai besar, burung-burung beristirahat di dahannya, juga di atas batu. Ketika hujan turun, hewan-hewan berteduh di bawah pohon itu sambil duduk di atas batu. Ketika tahun-tahun berlalu dan si pohon makin besar, puncak bukit menjadi makin ramai di musim semi. Batu dan pohon menjadi sangat bahagia, sekarang mereka punya banyak teman dan tidak kesepian lagi.


Buku menggambarkan bagaimana kehadiran (seorang) teman bisa mengubah keadaan. Seperti tokoh Batu, yang tadinya kesepian dan bosan menjadi lebih ceria sejak kehadiran si biji merah, apalagi setelah mereka dikunjungi oleh hewan-hewan dan anak-anak. Gambar-gambar yang disajikan juga sangat mendukung ceritanya. Ekspresi wajah si Batu yang bosan, kaget, cemas dan gembira, sangat menggemaskan. 




Buku ini layak dikoleksi untuk penambah bacaan anak atau dibacakan untuk anak-anak usia dini. Menemani si bocah sambil membacakan buku ini dan mengamati gambarnya, akan jadi saat-saat yang menyenangkan. Selain membacakan teksnya, orang tua bisa mengenalkan beraneka nama hewan yang ada pada gambar, menyebutkan warna-warna, juga mengenali berbagai ekspresi wajah yang ditampilkan si Batu dan temannya. Selamat Membaca!.

RESENSI BUKU LETTIE LET’S PLAY OUTSIDE

 



Judul Buku                          : Lettie Let’s Play Outside (Yuk Bermain Di Luar)

Pengarang                          : Hardi Lim

Bahasa                                : Bilingual (Indonesia-Inggris)

Alih Bahasa                        : Cindy Kristanto

Penerbit                              : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan                               : Pertama

Tahun Terbit                        : 2017

Tebal                                     : 44 Halaman

Sampul                                 : Soft cover

Kertas                                   : Art Paper, glossy

Lettie adalah gadis kecil berambut keriting berwarna oranye yang sangat suka bermain gawai, sehingga ia tidak suka melakukan kegiatan lain di waktu luangnya.  Semua bermula ketika Lettie  memperhatikan bahwa ibunya sering menggunakan gawai untuk melihat resep masakan dan juga sering melihat ayahnya menggunakan gawai untuk bekerja.  Orang tuanya lah yang mula-mula mengenalkan Lettie pada gawai.

 

Lettie memiliki sebuat tablet, dia suka sekali bermain dengan gawainya itu, ada permainan memasak, merajut, mewarnai dan lain-lain.  Sejak saat itu Lettie selalu sibuk dengan gawainya, ia tidak lagi peduli dengan teman-temannya, Ayahnya, dan ibunya.  Sehingga, ketika suatu hari ayah dan Ibu mengambil tabletnya, Lettie menangis.  Karena lettie sudah sangat terbiasa bersama gawainya, saat makan, sehabis mandi, gosok gigi, bahkan tidur bersama tablet kesayangannya.

 

Suatu pagi, Ayah dan Ibu mengajak Lettie bertualang.  Sepanjang perjalanan Ibu tampak menikmati pemandangan, sedangkan ayah menyetir sambil memperhatikan Lettie yang selalu sibuk bermain dengan gawainya.  Akhirnya mereka sampai di hutan dan mendirikan tenda,tetapi Lettie kembali bermain dengan gawainya sampai baterenya habis.  Lettie menjadi bosan.

 



Ibu mengajak Lettie untuk mengumpulkan ranting untuk membuat api unggun, semakin banyak ranting akan semakin hangat apinya sama seperti permainan di tablet.  Lettie pun bersemanfat mengumpulkan ranting, ia berjalan makin jauh masuk hutan.  Lettie menemukan seekor kupu-kupu yang cantik, mengikutinya, dan makin jauh lagi dari kemahnya.  Lettie mencoba bertanya pada hewan-hewan yang ia temui, tapi mereka semua sibuk bermain dengan gawainya dan mengabaikan lettie.  Akhirnya lettie pun menangis dan menangis.  Sampai seekor beruang kecil menghampirinya.  Ternyata beruang  yang baik hati itu mau menolong Lettie.  Ia mengajak Lettie untuk ke rumahnya dan meminta tolong kedua orangtuanya untuk mengantarkan Lettie kembali ke perkemahan.  Bagaimanakah perjalanan Lettie dan Beruang kecil itu menuju rumah beruang?.  Apakah keluarga beruang itu benar-benar menolongnya?. Dapatkah Lettie kembali ke kemah dan berkumpul kembali dengan kedua orang tuanya?.  Yuk baca sendiri kisah Lettie dalam buku ini.

 

Buku ini secara apik membahas masalah anak-anak yang banyak dihadapi orang tua sekarang, yaitu kecanduan gawai.  Menariknya, sejak awal penulis sudah membeberkan bahwa kecanduan gawai pada anak dimulai dari orang tuanya.  Pada akhirnya orang tuanya juga yang harus menyelesaikan masalah kecanduan ini.  Meskipun membidik segmen anak-anak, buku ini layak dibaca oleh para orang tua, terutama yang anaknya mulai kecanduan gawai.  Bagi anak-anak yang belum bisa membaca, buku ini bisa dijadikan buku dongeng sebelum tidur, kata-kata dalam buku ini jelas dan ringkas, disertai ilustrasi yang menarik.   Membacakan buku bagi anak akan merangsang daya imajinasinya dan memperkaya kosakatanya, serta membangun ikatan emosional antara anak dan orangtuanya.  Selamat membaca.

 

Friday, October 23, 2020

REVIEW BUKU INDONESIAN DELICACIES

 


Judul buku:

INDONESIAN DELICACIES 

165 popular snacks across the archipelago

Penulis: 
Hayatinufus A.L. Tobing
Cherry Hadibroto

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: Pertama

Tahun Terbit: 2015

Tebal : 167 Halaman

Bahasa: Inggris

Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi tentang aneka jajanan tradisional khas nusantara. Beraneka kudapan dengan variasi rasa dari gurih, manis, sampai asam pedas dijabarkan semua. Meskipun menggunakan istilah dari jawa yaitu jajan pasar, tetapi jajanan yang dicantumkan di buku ini berasal dari seluruh penjuru nusantara.

Bagian awal buku menceritakan tentang keanekaragaman jajan pasar, jenis-jenisnya bahan-bahan utama yang digunakan dalam resep, sampai dengan aneka peralatan yang digunakan untuk membuatnya. Misalnya, di sini dijabarkan tentang jenis tepung, diantaranya tepung beras, tepung ketan, tapioka dan tepung kacang hijau, lengkap dengan contoh jajanan yang dibuat dari bahan tersebut.
Dijelaskan juga tentang perbedaan antara gula kelapa dan gula aren, penggunaan kelapa dan olahannya juga penggunaan bahan-bahan pelengkap sebagai pewarna, penambah citarasa, hiasan maupun sebagai pembungkus jajanan.
Pada bagian awal ini juga dijelaskan tentang teknik dan peralatan dalam pembuatan jajanan tradisional, mulai dari beraneka cetakan, alat masak sampai teknik membuat bungkusan dari aneka daun. Pada bagian ini penulis menekankan pentingnya persiapan dan praktek(latihan) agar dapat menghasilkan jajanan yang cantik dan lezat.

Selanjutnya, buku ini menampilkan aneka resep yang dibagi berdasarkan bahan dasarnya yaitu:
Beras dan tepung beras
Ketan dan tepung ketan
Singkong dan tepung tapioka
Pisang
Bahan-bahan lain
Kue kering
Minuman hangat dan minuman dingin serta hidangan penutup.


Semua resep mencantumkan bahan, teknik pembuatan yang jelas dan foto-foto yang sangat cantik dan menggugah selera. Pada beberapa jenis jajanan disertai keterangan khusus, terutama jajanan yang memiliki nama berbeda di daerah lain, tetapi pada dasarnya adalah jenis yang sama. Misalnya, Krasikan di Jawa Tengah ternyata bernama Alu Padeh di Sumatra Barat, atau beberapa jajanan yang berbahan sama tapi dengan sentuhan akhir yang berbeda sehingga menghasilkan jenis jajanan berbeda pula.

Menurut penulis, buku ini sangat layak untuk dimiliki, dan dapat dijadikan referensi untuk membuat aneka jajanan khas Indonesia. Dengan sampul hard cover, kertas art paper yang glossy dan lay out yang cantik, buku ini membuat pembaca bisa membayangkan kelezatan aneka jajanan yang menggugah selera.








Sunday, September 13, 2020

MUHDI (Review Buku)



Ayah adalah pemimpin keluarga, hal ini sudah difahami oleh kita semua. Sayangnya banyak orang yang membatasi peran kpemimpinan itu hanya dalam hal tanggung jawab pemenuhan nafkah, sehingga sebagian besar ayah tidak atau jarang terlibat aktif dalam hal pengasuhan anak. Kehadiran ayah dalam kehidupan anak sama pentingnya dengan kehadiran ibu. Meskipun cara ayah mendidik anaknya berbeda dengan cara sang ibu, namun, justru itulah yang menjadikan ayah seistimewa ibu. Kehilangan sosok ayah menjadi sebuah kehilangan yang besar bagi sebuah keluarga, namun kenangan yang dibangun bersama ayah dan nilai-nilai yang diwariskan akan hidup selamanya.


Buku "Muhdi" menceritakan kisah-kisah inspiratif bagaimana seorang ayah mendidik sepuluh anaknya. Lebih tepatnya buku ini menceritakan pengalaman dan kenangan masing-masing anak bersama sang ayah. Muhdi adalah seorang ayah yang bekerja sebagai PNS Departemen Agama di Banten. Ia secara bersahaja berusaha memberikan semua yang terbaik bagi anak-anaknya terutama dalam hal pendidikan, dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. Kesepuluh orang anak-anak Muhdi membagikan kisah mereka dengan bahasa tutur masing-masing. Delapan anak laki-laki dan dua perempuan, yang sekarang sudah dewasa, mengabadikan saat-saat istimewa mereka bersama ayah sebagai bentuk catatan kerinduan ketika sang ayah telah pergi untuk selamanya.

Parenting ala santri, demikian label yang disematkan pada buku yang ditulis dalam rangka mengenang empat puluh hari kepergian sang ayah ini. Keseharian hidup sang ayah dan keluarga sebagai santri NU yang lekat dengan kesederhanaan dan keteguhan dalam menerapkan nilai-nilai islami, diceritakan dengan bahasa yang ringan dan mengalir. Ada kisah yang dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, bahkan menangis, mengikuti kisah anak-anak Muhdi, terutama pengalaman di masa kanak-kanak dan remaja.
Sosok almarhum Muhdi menjadi sampul muka buku ini, sementara foto masing-masing anak dan keluarganya dicantumkan dalam setiap sub judul yang berisi kisah mereka secara berurutan, dari anak pertama sampai ke sepuluh.

Secara tampilan, buku ini memang terkesan biasa saja, hal ini mungkin bisa dimaklumi karena keseluruhan proses dari menulis, editing dan penerbitan terkendala waktu yang sangat terbatas. Adapun sebagai sebuah buku yang ditulis dan diterbitkan sendiri oleh sebuah keluarga, berdasarkan pengalaman nyata dan telah dirasakan manfaatnya, buku ini layak untuk dibaca terutama oleh para ayah dan calon ayah di sekitar kita. Buku ini juga mengingatkan bahwa selamanya kenangan bersama ayah terlalu manis untuk dilupakan.

Catatan Delia

CABE JAWA

Pagi itu adalah hari kedua kami liburan ke rumah Eyang. Saya bermaksud membuat sarapan namun beberapa bahan dapur sudah habis. Masih pukul...