Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Thursday, January 4, 2024

FUNICULI FUNICULA Jika engkau bisa kembali ke masa lalu, apa yang ingin kau lakukan?. Apakah kau ingin memperbaiki kesalahan? Menerima cinta yang dulu kau tolak? atau sebaliknya menolak cinta yang dulu kau terima? Meminta maaf? atau sekedar bertemu lagi dengan seseorang yang telah pergi?. Namun jika kau benar-benar bisa kembali ke masa lalu namun kedatanganmu itu tidak akan bisa mengubah kenyataan yang telah terjadi, apakah kau tetap ingin melakukannya?
Setidaknya ada empat perempuan yang memilih melakukannya, Fumiko, kotake, Hirai, dan seorang perempuan bergaun putih. Mereka memilih tetap kembali ke masa lalu, dan itu mereka lakukan di sebuah kafe kecil yang antik di sudut Tokyo, nama cafenya Funiculi Funicula. Ketika saya dan anak-anak berkunjung ke Gramedia Lampung, anak sulung saya memasukkan buku ini ke dalam tas belanja. Sejenak saya berpikir "kok, sepertinya Funiculi Funicula ini ada hubungannya dengan dunia tumbuhan atau sistem reproduksi". Rupanya secara tidak sadar ingatan saya sedang menggali sisa-sisa pelajaran di bangku kuliah dulu tentang sistem reproduksi manusia dan menemukan istilah funiculus spermaticus. Buku ini adalah terjemahan dari novel jepang yang judul aslinya Kohi Ga Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) karangan Toshikazu Kawaguchi yang terbit pada tahun 2015 di Tokyo. Edisi terjemahan bahasa Indonesia diberi judul Funiculi Funicula sesuai dengan nama kafe yang menjadi setting novel. Fumiko Kiyokawa memutuskan kembali ke masa lalu (tepatnya seminggu yang lalu) untuk menemui kekasihnya Goro Katada yang saat itu menyatakan akan pergi ke Amerika untuk meniti karir impiannya dan meninggalkan Fumiko, kekasihnya. Adapun Kotake adalah seorang perawat yang suaminya menderita Alzheimer dini dan lupa dengan keberadaan istrinya. Kotake ingin kembali ke masa ketika Fusagi suaminya masih mengingat dirinya dan membawa sebuah surat yang Ia kira adalah surat cinta yang tidak sempat diberikan Fusagi kepada Kotake. Lain lagi dengan Hirai, Ia memilih kembali ke masa lalu untuk menemui Kumi adiknya yang selama ini justru selalu Ia hindari, bahkan surat-surat adiknya itupun tak pernah dibacanya, sampai suatu ketika Ia menyesal atas semua perbuatannya itu. Ada dua lagi perempuan yang melakukan perjalanan waktu di kafe Funiculi Funicula, namun kisahnya berbeda dengan tiga perempuan di atas. Wanita bergaun putih itu kembali ke masa lalu untuk menemui suaminya yang sudah meninggal namun karena melanggar peraturan yaitu kembali sebelum kopinya menjadi dingin, sang wanita bergaun putih itu terjebak di sana, selalu duduk di bangku yang sama. Seorang lagi adalah Kei, istri Nagare pemilik kafe. Perempuan yang sedang hamil muda dan menderita penyakit jantung itu memutuskan untuk menjelajah waktu namun bukannya kembali ke masa lalu, Kei justru ingin ke masa depan.
Semua penjelajahan waktu itu dilakukan dengan bantuan Kazu sang barista kafe. Ia hanya akan membantu mereka setelah mengingatkan tentang peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh pelaku penjelajah waktu dan konsekuensi pelanggaran peraturan itu. Kazu juga selalu mengingatkan bahwa kenyataan tidak akan berubah, meskipun mereka berhasil kembali ke masa lalu dan melakukan segala upaya untuk mengubahnya. Entah kenapa pengarang memilih kelima tokoh yang melakukan perjalanan waktu itu semuanya perempuan. Apakah karena perempuan sering menyesali masa lalunya atau karena sebab lain? Novel setebal 223 halaman ini cukup menarik untuk dibaca, dengan catatan pembaca harus tahan dengan lokasi setting cerita yang benar-benar terpusat di kafe Funiculi Funicula, sehingga selesai membaca buku ini rasanya seperti selesai meminum secangkir kopi lalu menyadari kita tidak berada di dalam kafe itu lagi. Cinta Manis 04 Januari 2024

No comments:

Post a Comment

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...