Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Thursday, December 10, 2020

DONGENG PUTRI MIRELA

Raja Dodore dan Ratu Lalami sedang gundah, memikirkan anaknya yaitu putri Mirela yang sedang sakit. Selama ini Putri Mirela tinggal di luar istana, di sebuah rumah besar pedesaan di tepi danau. Sang Raja terpaksa memutuskan Putri Mirela kecil tinggal di sana, karena pada saat masih bayi ia selalu sakit-sakitan. Tabib istana menyarankan agar sang putri tinggal di tempat dengan udara yang bersih dan jauh dari keramaian, sehingga ke rumah tepi danau itulah sang putri tinggal bersama pengasuh dan perawatnya, sedangkan raja dan ratu tetap tinggal di istana untuk menjalankan tugas kerajaan. 


Di rumah itu putri senang sekali berjalan-jalan melihat panorama alam yang ada di sekelilingnya, beraneka tumbuhan dan hewan ada di sana. Putri suka melihat capung, kupu-kupu, katak dan terutama burung-burung yang mencari makan di danau itu. Setiap akhir pekan raja dan ratu selalu mengunjungi putri kesayangannya dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Setelah sepuluh tahun berlalu, putri mirela tumbuh menjadi gadis kecil yang sehat, cerdas, periang dan tentu saja cantik jelita. Raja dan ratu memutuskan membawanya pulang ke istana agar mereka bisa berkumpul kembali sebagai keluarga dan mulai mendidik sang putri untuk melakukan tugas-tugas kerajaan sebagai calon pemimpin negri.

Hari demi hari putri Mirela diisi dengan berbagai pelajaran, mulai dari tata krama sebagai keluarga kerajaan sejarah, bahasa asing, ketatanegaraan, berhitung, berkuda, juga bela diri . Lama kelamaan putri Mirela bosan dan menjadi tidak bersemangat. Ia merindukan rumah lamanya di tepi danau, sangat rindu, hingga akhirnya putri Mirela jatuh sakit.

Semua tabib istana yang ditugaskan untuk mengobati putri Mirela mengatakan bahwa putri Mirela tidak menderita penyakit berbahaya, ia hanya perlu makan dengan teratur dan berjalan-jalan untuk menghirup udara segar. Namun, kenyataannya, Putri Mirela sering jatuh sakit, ia menjadi lemah, pemurung dan suka melamun di dekat jendela menara istana yang menghadap ke arah danau. Akhirnya raja Dodore dan ratu Lalami mengadakan sayembara untuk menyembuhkan putri Mirela.

"Sebarkan sayembara ini ke seluruh kerajaan, barangsiapa yang bisa menyembuhkan sakit putri Mirela dan membuatnya jadi anak yang periang lagi, akan diberi hadiah satu peti uang emas" titah sang raja.

"Baik yang mulia" jawab para pegawai kerajaan.

Sayembara diumumkan di ibu kota sampai pelosok desa. Banyak peserta sayembara yang datang membawa beraneka macam obat, ramuan dan benda-benda ajaib, bahkan melakukan atraksi-atraksi lucu, namun semuanya gagal. Hingga suatu hari datanglah seorang wanita perpakaian sederhana namun rapi, memanggul sebatang pohon kecil yang sudah kering dan buntalan kain, mengajukan diri sebagai peserta sayembara. Wanita itu pun dibawa menghadap raja dan ratu.

"Siapa namamu dan apa yang kau bawa itu?" tanya raja Dodore.

"Orang-orang di desa memanggil saya nyonya Papirus, dan ini adalah sebatang pohon kering yang mulia" jawab wanita itu dengan sopan.

"Kami tahu itu pohon kering, bagaimana kamu bisa menyembuhkan sakit putriku dengan pohon kering itu?" tanya ratu Lalami

" saya harus berada di dekat sang putri, agar dia bisa melihat apa yang saya lakukan dengan pohon kering ini untuk mengobatinya" jawab Nyonya Papirus.

Raja Dodore dan ratu Lalami, yang sudah mulai putus asa mengijinkan Nyonya Papirus masuk ke kamar Putri Mirela membawa pohon kering itu.

"Putri, apakah kau bisa melihat dan mendengar suaraku?" Tanya Nyonya Papirus kepada putri Mirela yang terbaring di tempat tidur.

Putri Mirela hanya mengangguk pelan.

Nyonya Papirus meletakkan pohon kering kecil yang bercabang-cabang itu ke dalam sebuah guci besar yang ada di kamar, lalu meletakkannya di dekat tempat tidur putri, kemudian ia membuka buntalan kainnya. Buntalan kain itu rupanya sebuah kotak kayu, isinya adalah burung-burung kertas. Nyonya Papirus mulai menggantung satu demi satu burung kertas pada ranting-ranting pohon kering. Sekarang pohon kering itu telah berubah menjadi sebatang pohon yang dipenuhi ratusan burung kertas, cantik sekali. Putri Mirela tersenyum, ia bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri pohon burung kertas itu. Senyumnya makin lebar, ia terlihat senang sekali.

"Bagaimana kau tahu aku menyukai burung bangau ?" tanya putri Mirela pada Nyonya Papirus.

"Aku tinggal di desa dekat danau, dan aku sering melihatmu memetik bunga liar sambil melihat bangau-bangau itu mencari makan" jawab Nyonya Papirus.

"Kau benar Nyonya, aku sangat menyukai mereka dan sekarang aku sangat merindukannya".

"Tentu saja kau merindukannya, itu adalah tempatmu dibesarkan. Tapi, di sinilah tempatmu yang sebenarnya, tinggal bersama orang tuamu dan mempersiapkan diri menjadi penerus mereka" kata nyonya Papirus.

Putri Mirela membenarkan perkataan nyonya Papirus, memang sudah tugasnya sebagai seorang putri untuk bersiap sebagai calon penerus pemimpin kerajaan. Sejak saat itu ia kembali ceria, sehat dan bersemangat untuk belajar. Raja Dodore dan ratu Lalami menjadi sangat bahagia. Mereka berjanji akan mengizinkan putri Mirela untuk sesekali berkunjung ke rumah tepi danau.

Oh ya, nyonya Papirus pulang dengan membawa sekotak uang emas. Dengan uang itu, ia membangun sebuah sekolah bagi anak-anak di desanya, agar mereka juga bisa tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas seperti putri Mirela.

TAMAT

*Dongeng "Putri Mirela" adalah bagian dari kolaborasi dongeng beberapa blogger.  Baca dongeng-dongeng menarik lainnya di sini ya:

Dea : Petualangan Di Hutan Ajaib

Dea : Petualangan Di Hutan Ajaib

Anastasia : Misteri Patung Menangis Di Kerajaan Bintang Perak

Ardhiana : Bil Dan Bul, Hidup Itu anugrah

Idah Ernawati : Omong-Omong Di Belakang

Ira Barus : Meji Si Jago Tak Berekor

Mariana : Si Cantik Yang Sombong Dan Serakah



8 comments:

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...