Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Saturday, December 5, 2020

(BUKAN) RATATOUILLE

 

Sudah pernah nonton film Ratatouille belum?, itu loh film animasi yang menceritakan tentang seekor tikus ingin jadi chef di sebuah restoran Perancis. Di film ini juga ada tokoh seorang kritikus makanan yang terkenal garang dan "kejam" ketika mengkritik makanan sebuah restoran. Pada bagian akhir film, si kritikus makanan ini dibuat terkesan bahkan terharu oleh kemampuan memasak Chef tikus. Rupanya sang chef menghidangkan Ratatouille yang penampakan dan rasanya mengingatkan si kritikus pada masakan ibunya.


Tentu menyenangkan sekali, jika anak-anak menyukai makanan yang dimasak ibunya dan menganggap ibu sebagai koki yang hebat, bahkan ada jingle iklan yang menyatakan masakan emak paling enak. Kalau dipikir-pikir ya tentu saja masakan ibu atau emak itu yang paling enak. Demi menjaga asupan nutrisi anak-anaknya seorang ibu akan memberikan makanan yang terbaik bagi anaknya, bahkan dari segi kuantitas, jika makanan itu tidak cukup untuk seluruh anggota keluarga, ibu yang akan mengalah dengan tidak memakannya. Pokoknya, dulu saya menganggap seorang ibu yang dikenang sebagai orang yang masakan paling enak itu, sangat membanggakan. 

Lalu bagaimana nasib ibu yang tidak pandai memasak? atau sebenarnya bisa memasak tapi tidak sempat karena sibuk bekerja atau berkegiatan yang lain?. 

Apakah dia tidak masuk kategori hebat dan membanggakan?. Ibu-ibu model begini biasanya berprinsip yang penting makanan tersedia, soal apakah makanannya dimasak sendiri, beli di warung, katering, dimasakin ART, atau order go food cuma masalah teknis saja. Setiap keluarga tentu punya prinsip sendiri-sendiri soal makanan ini, mengenai harus masakan sendiri atau tidaknya tergantung pada situasi dan kondisi. Bahkan soal rasa dan jenis makanan kesukaan tiap keluarga pun berbeda, dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.


Buat saya pribadi, menjadi ibu yang pandai memasak itu bonus, karena yang paling penting adalah menjadi ibu yang baik bagi anak-anak, sesuatu yang sampai sekarang saya masih harus banyak belajar dan masih sering banyak salah dalam prakteknya. Kata senior saya, anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang, kehadiran, dan pengasuhan yang baik dari orang tua terutama ibunya, jangan mau jadi ibu yang cuma dikenang sebagai koki yang hebat, yang cuma dirindukan makanannya.  Saya setuju dengan pendapatnya,

bukan karena saya memang tidak pandai memasak saja, tapi selain itu sebagai mantan anak-anak, saya tahu makanan apapun yang dimasak atau dihidangkan ibu selalu terasa enak. Rasa yang enak itu bukan semata-mata karena bahan dan teknik memasaknya, tapi karena ibu menaburkan banyak cinta ke dalamnya.


Kalau sekiranya ada yang berbeda pendapat, ya, silakan saja. Dan saya tegaskan sekali lagi, foto di atas bukan Ratatouille.

4 comments:

  1. Ngmgn film ratatouille jd ingat saya salah masuk ruang bioskop waktu mau nonton premier Harry Potter 5. Malah masuk ke studio'y film ratatouille. Wkwkwk..

    Tp setelahnya saya nonton juga sih filmnya dan lumayan oke juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku malah tahunya dari nonton TV, kayaknya pas liburan gitu deh 😊

      Delete
  2. Film yang membuat saya kagum sama pembuatnya mba, bisa menghadirkan tokoh tikus di tengah2 masakan🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, padahal kan untuk bisnis makanan, tikus itu hama banget, tikus yang ini out of the box mikirnya. eh, tikus mikir nggak sih? hehehe

      Delete

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...