Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Friday, December 18, 2020

Little Red Riding Hood


Big Bad Wolf disingkat BBW, terbayang seramnya mendengar nama makhluk ini. Membayangkan sosok srigala yang besar dan jahat dengan taring yang tajam dan berkilat, siap memangsa korbannya. Saya juga merasa seram tiap kali ada BBW lewat, tepatnya seram membayangkan godaan buku-buku bagus yang bergentanyangan dengan harga nyungsep, melorot sampai ndelosor. Pertama kali saya tahu ada event BBW lewat postingan salah satu teman di grup crafter. Buku yang pertama saya beli adalah buku tentang menjahit, craft dan buku cerita anak. Ternyata pada event-event berikutnya yang saya beli ya buku jenis itu-itu juga, ditambah novel. Salah satu jenis buku yang saya sukai memang buku cerita anak. Karena setiap buku cerita anak itu biasanya membawa ide besar yang diceritakan secara singkat, kemudian disertai dengan ilustrasi yang indah serta dicetak pada kertas yang bagus pula. Itu sebabnya, meskipun relatif tipis (baca halamannya sedikit) tapi buku anak mahal harganya, konon buku anak juga termasuk yang paling laris penjualannya.


Salah satu buku yang saya beli pada BBW tahun 2020 ini adalah Little Red Riding Hood, yang diangkat dari dongeng karangan Grimms bersaudara.

Wednesday, December 16, 2020

MEMBUAT PLANTER BAG DARI KARUNG BEKAS


Keluarga kami biasa membeli beras satu atau dua kali dalam sebulan, kemasan 10 kg atau 5 kg.  Berasnya saya letakkan dalam sebuah wadah, sedangkan karungnya disimpan.  Ada saja kegunaan dari karung bekas ini, tapi yang paling sering adalah sebagai wadah barang di gudang atau untuk membuang sampah.  Biasanya petugas kebersihan  hanya akan mengangkut sampahnya saja dan mengembalikan karung ke bak sampah di depan rumah.   Setelah Pak Suami dan anak-anak mulai menekuni hobi bercocok tanam, kami pun mulai memanfaatkan apa saja sebagai wadah tanaman, termasuk barang-barang bekas seperti ; botol  air minum, gelas thai tea, ember  dan kaleng cat, perkakas dapur yang tidak terpakai lagi dan karung.

Karung bekas kemasan beras biasanya tebal dan agak kaku, kalau diperhatikan motifnya juga bagus dan warna-warni.  Saya mencoba membuat planter bag dari karung beras kemasan 10 kg dan 5 kg.  Caranya mudah sekali, hanya sedikit menjahit pada bagian bawah dan bagian atas dari karung.  Mari kita mulai!.

 

 

Pertama, siapkan karung yang akan dipakai, lalu balik sehingga bagian dalam menjadi bagian luar.



Rapikan karung, lalu lipat sedemikian hingga bagian ujung-ujungnya membentuk lipatan seperti segitiga, beri garis penanda dengan spidol permanen.

Jahitlah pada bagian yang diberi  tanda garis, penjahitan pada bagian bawah ini berfungsi membentuk alas, sehingga nanti ketika diisi media tanam, planter bag bisa berdiri tegak.



Ini adalah penampakan karung setelah bagian bawahnya dijahit.


Masih dalam posisi terbalik, tarik bagian atas karung ke bawah sampai pada bagian bawah karung yang dijahit, dengan demikian sekarang tinggi karung hanya 1/2 dari tinggi semula.  Sampai di sini posisi karung masih terbalik, lipatan yang dijahit pada bagian  bawah masih terlihat dari luar sebagai mana terlihat pada gambar di sebelah kanan.

 





Sekarang, balik karung  sekali lagi, sehingga bagian bawah dengan lipatan terjahit menjadi bagian dalam karung,rapikan, bentuk planter bag sudah mulai kelihatan.





Jahit tindas bagian atas planter bag supaya rapi, jika planter bag akan sering dipindahkan sebaiknya memberi handle tambahan di kedua sisinya

Planter bag dari karung bekas, siap digunakan. Semakin besar ukuran karung semakin besar juga planter bag yang dihasilkan dan sebaliknya


Saya menggunakan planter bag dari karung beras kemasan 10 kg untuk menanam serai. Sebelumnya, serai yang  saya beli dari tukang sayur keliling ini, sudah direndam dalam air biasa selama sepekan dan sudah mengeluarkan akar.


Selamat mencoba.

Thursday, December 10, 2020

DONGENG PUTRI MIRELA

Raja Dodore dan Ratu Lalami sedang gundah, memikirkan anaknya yaitu putri Mirela yang sedang sakit. Selama ini Putri Mirela tinggal di luar istana, di sebuah rumah besar pedesaan di tepi danau. Sang Raja terpaksa memutuskan Putri Mirela kecil tinggal di sana, karena pada saat masih bayi ia selalu sakit-sakitan. Tabib istana menyarankan agar sang putri tinggal di tempat dengan udara yang bersih dan jauh dari keramaian, sehingga ke rumah tepi danau itulah sang putri tinggal bersama pengasuh dan perawatnya, sedangkan raja dan ratu tetap tinggal di istana untuk menjalankan tugas kerajaan. 


Di rumah itu putri senang sekali berjalan-jalan melihat panorama alam yang ada di sekelilingnya, beraneka tumbuhan dan hewan ada di sana. Putri suka melihat capung, kupu-kupu, katak dan terutama burung-burung yang mencari makan di danau itu. Setiap akhir pekan raja dan ratu selalu mengunjungi putri kesayangannya dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Setelah sepuluh tahun berlalu, putri mirela tumbuh menjadi gadis kecil yang sehat, cerdas, periang dan tentu saja cantik jelita. Raja dan ratu memutuskan membawanya pulang ke istana agar mereka bisa berkumpul kembali sebagai keluarga dan mulai mendidik sang putri untuk melakukan tugas-tugas kerajaan sebagai calon pemimpin negri.

Wednesday, December 9, 2020

PENGALAMAN NYOBLOS SAAT PANDEMI


 

Pandemi Korona yang melanda dunia termasuk Indonesia membuat kita mengalami berbagai peristiwa yang sebelumnya mungkin tidak pernah terbayangkan, misalnya Lockdown, wajib masker, protokol kesehatan, Belajar Dari Rumah, Kerja Dari Rumah dan lain-lain. Kita juga menjadi terbiasa dengan istilah rapid test, swab, OTG, ODP, positif, negatif, reaktif, isolasi mandiri, baksos juga bansos. 

Ketika kegiatan belajar mengajar bahkan bekerja (kantoran) bisa dilakukan dari rumah, ternyata Penyelenggaraan Pilkada serentak secara Nasional pada hari ini rabu 9 Desember 2020 tetap dilakukan di TPS, bukan dari rumah. Padahal saya sempat membayangkan barangkali enak ya kalau bisa nyoblos juga dari rumah. Semua warga wajib punya akun yang akan digunakan pada hari H, tinggal vote pilih no 1, 2, 3 sesuka hatinya dan angka perolehan suaranya bisa dilihat secara langsung saat itu juga.

Sunday, December 6, 2020

STURDY ORIGAMI FABRIC BASKET



A fabric basket is a very cute and useful thing that we can use to store craft supplies such as precut fabric stash, ribbons, and other things in our craft and sewing room. There is so many fabric basket tutorial that we can find on the internet. This time I made an origami fabric basket from my batik fabric stash.  I used a batik cap (stamped batik) as the main fabric and batik Bali for the lining. I also use interfacing to make it sturdy and add some buttons to hold the origami fold. Now, let's dig the stash to make it.

MATERIALS

1 piece of medium weight cotton fabric for the outer cut at 22 x 14 inch

1 piece of medium weight cotton fabric for the lining cut at 22 x 14 inch

1 piece of  medium interfacing cut at 21 x13 inch

4 pieces of buttons


You will also need:

A coordinating thread for the buttons, a hand-sewn needle, some clips, and a really hot iron.

Saturday, December 5, 2020

(BUKAN) RATATOUILLE

 

Sudah pernah nonton film Ratatouille belum?, itu loh film animasi yang menceritakan tentang seekor tikus ingin jadi chef di sebuah restoran Perancis. Di film ini juga ada tokoh seorang kritikus makanan yang terkenal garang dan "kejam" ketika mengkritik makanan sebuah restoran. Pada bagian akhir film, si kritikus makanan ini dibuat terkesan bahkan terharu oleh kemampuan memasak Chef tikus. Rupanya sang chef menghidangkan Ratatouille yang penampakan dan rasanya mengingatkan si kritikus pada masakan ibunya.


Tentu menyenangkan sekali, jika anak-anak menyukai makanan yang dimasak ibunya dan menganggap ibu sebagai koki yang hebat, bahkan ada jingle iklan yang menyatakan masakan emak paling enak. Kalau dipikir-pikir ya tentu saja masakan ibu atau emak itu yang paling enak. Demi menjaga asupan nutrisi anak-anaknya seorang ibu akan memberikan makanan yang terbaik bagi anaknya, bahkan dari segi kuantitas, jika makanan itu tidak cukup untuk seluruh anggota keluarga, ibu yang akan mengalah dengan tidak memakannya. Pokoknya, dulu saya menganggap seorang ibu yang dikenang sebagai orang yang masakan paling enak itu, sangat membanggakan. 

Lalu bagaimana nasib ibu yang tidak pandai memasak? atau sebenarnya bisa memasak tapi tidak sempat karena sibuk bekerja atau berkegiatan yang lain?. 

Tuesday, December 1, 2020

Anak Lumang Dan Putri Serindu


Bagi teman-teman yang berasal dari daerah Bengkulu, mungkin sudah akrab sekali dengan cerita rakyat tentang Putri Serindu. Dikisahkan sang Putri yang hendak menikah mengadakan lomba untuk mencari calon pengantin pria. Uniknya sang Putri menghendaki suaminya nanti adalah seorang raja tidur, sehingga lomba yang digelar adalah lomba tidur. Kali ini buku yang saya baca berjudul Hadiah Istimewa Untuk Putri, ceritanya diangkat dari cerita rakyat tentang Putri Serindu tersebut di atas.

Dalam buku karangan Lia Loeferns (Yulia Loekito) dan dikerjakan ilustrasinya dengan sangat cantik dan detail oleh Azisa Noor ini Putri Serindu sebagai anggota kerajaan diceritakan tidak boleh bermain di luar istana. Padahal sebagai anak-anak lazimnya ia ingin bermain bersama anak-anak lainnya. Hingga tibalah hari ulang tahun sang Putri, semua anak membawa hadiah untuknya. Demikian juga dengan si Anak Lumang, ia ikut mengantri bersama anak-anak lainnya untuk memberi hadiah kepada Putri.



Anak-anak di kerajaan membawa berbagai hadiah yang indah, sementara si Anak Lumang justru membawa sebuah bubu yang besar. Siapa sangka kalau ternyata dengan bubu itu Anak Lumang telah menyiapkan sebuah kejutan istimewa untuk Putri. 
Bubu adalah sebuah alat penangkap ikan tradisional, terbuat dari anyaman bilah bambu kecil-kecil seperti lidi. Bubu berfungsi sebagai perangkap ikan, biasanya dibenamkan di perairan tawar seperti sungai, danau atau rawa-rawa. Dengan desain yang sedemikian rupa, ikan yang masuk ke dalam bubu tidak dapat keluar lagi. Kalau begitu, apakah Anak Lumang akan mengajak Putri untuk menangkap ikan?.

Sunday, November 29, 2020

DIGITAL DETOX

 

Beberapa hari yang lalu, saya membuka notifikasi email baru yang tertera di layar depan ponsel. Salah satunya sebuah email promosi buku, dari pengasuh grup Facebook tentang melukis. Menariknya, si penulis menggunakan tema digital detox untuk mempromosikan buku terbarunya tersebut. Saya jadi tertarik untuk tahu lebih lanjut tentang apa sebenarnya digital detox itu.


Istilah digital detox diartikan sebagai tindakan secara sukarela untuk berhenti sejenak dari mengakses internet utamanya sosial media. Konon, istilah ini mulai terkenal seiring dengan maraknya penggunaan gawai terutama untuk mengakses informasi dari internet dan jejaring media sosial. Bagi beberapa orang, penggunaan gawai yang terhubung dengan internet sudah seperti udara, tak bisa hidup tanpanya. Maka, sering kita melihat orang yang sambil ngobrol main Hape, sebentar-sebentar buka WA, FB, atau medsos lain untuk mengecek apakah ada yang baru. Contoh lain misalnya masakan jadi gosong ditinggal jalan-jalan ke dunia maya, atau bahkan merasa panik dan cemas ketika tiba-tiba hape mati atau kehabisan kuota karena takut ketinggalan berita. 


Di masa pandemi covid-19 ini, kegiatan Kerja Dari Rumah dan Belajar Dari Rumah, mau tidak mau memaksa banyak orang dan bahkan anak-anak terpapar informasi digital lebih banyak dari hari-hari biasa. Jenuh, demikian yang dirasakan oleh salah satu teman saya, yang setiap hari harus berkutat dengan tugas-tugas (miliknya, anaknya dan murid-muridnya)yang saya yakin juga dirasakan oleh banyak orang lain. Pada kasus lain, justru ada orang yang tidak bisa lepas sama sekali dari gawainya, bahkan saat ke toilet di rumahnya sendiri pun, gawai ikut dibawa. Lantas, kapan kita harus melakukan digital detox? untuk berapa lama? apa yang harus dilakukan selama digital detox itu? bagaimana kalau pekerjaan kita mengharuskan untuk selalu terhubung dengan internet?.


Untuk memulai digital detox, bisa dilakukan dengan rehat sejenak dari gawai, cukup selama beberapa menit saja, cabut konektivitas kita dari internet, tidak perlu mematikan gawai, cukup matikan notifikasinya. Saat yang tepat untuk rehat sejenak ini misalnya pada waktu makan. Jika ingin mengabadikan kenangan, lakukan sebelum makan atau sesudahnya. 

Jika punya waktu luang lebih lama kita punya banyak pilihan kegiatan untuk digital detox, misalnya membaca buku, berkebun, olah raga, memasak, memancing, gotong royong membersihkan rumah, menjahit dan lain-lain.


Rehat sejenak dari informasi digital memberi kita kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar di dunia nyata, juga dapat meningkatkan konsentrasi karena kita menjadi terbebas dari pengalih perhatian.  Semestinya teknologi memang memudahkan kita untuk terhubung dengan orang-orang yang berada di luar jangkauan fisik, dan mempercepat akses informasi, tapi seharusnya hal itu tidak malah membuat kita berada di luar jangkauan orang-orang terdekat. Maka dari itu tentukan sendiri waktu dan lamanya digital detox yang akan kita lakukan, dan rasakan sendiri manfaatnya.  Kalau pada saat melakukan digital detox, kita justru merasa lebih gelisah karena berpisah dengan gawai, itu tandanya kita harus sering-sering melakukannya.



Saturday, November 28, 2020

AKU BERANI, KAMU?


Bagaimana kalau suatu ketika kita melakukan kesalahan pada seseorang, beranikah untuk meminta maaf?. Lain waktu, ketika perbuatan kita ternyata merugikan orang lain, beranikah untuk mengaku salah dan bertanggung jawab?. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "Berani" artinya mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut). Kesulitan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari beraneka ragam bentuknya, demikian pula halnya dengan keberanian, bentuknya juga bisa bermacam-macam. Setidaknya ada delapan bentuk keberanian yang diceritakan pada buku "Aku Berani, Kamu?" ini.

Buku "Aku Berani, Kamu?" karangan Naning Chandra, menceritakan kisah-kisah bagaimana anak-anak yang berani menghadapi masalah mereka. Delapan bentuk keberanian yang diceritakan dalam buku ini yaitu; berani mengampuni, berani berbuat benar, berani tampil, berani mengaku salah, berani bertanggung jawab, berani berbuat baik, berani meminta maaf dan berani melawan fitnah. Delapan cerita tersebut ada yang berbentuk fabel, dongeng, cerita rakyat dan cerita anak biasa. Setiap cerita disertai dengan ilustrasi yang cantik dan berwarna buatan Inke Alverinne. Dicetak pada kertas art paper glossy, buku setebal 92 halaman ini diterbitkan oleh Grasindo pada tahun 2018.



Kisah-kisah tentang keberanian dalam buku ini cocok untuk dibaca atau dibacakan pada anak usia Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar sesuai dengan karakter tokoh-tokoh yang ada di dalam kisah-kisah tersebut. Ada salah satu cerita yang berkenaan dengan isu sensitif yaitu masalah suku, menurut saya cerita ini bagus untuk dijadikan salah satu contoh menjaga kerukunan dalam kebhinekaan. Ada pula cerita tentang pangeran yang tidak sengaja memorak-porandakan dapur istana ketika sedang berlatih jurus pukulan silat. Pada cerita ini digambarkan bagaimana suatu perbuatan yang salah, meskipun tidak sengaja, tetap harus dipertanggungjawabkan.

Melalui buku ini, anak-anak bisa mengetahui contoh-contoh keberanian dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua juga dapat menjelaskan bahwa keberanian tidak sebatas mampu dan mau melakukan hal-hal yang berbahaya atau bahkan konyol atau sekedar berani melakukan tantangan (challenge) dari teman sebaya. Saat ini anak-anak kita hidup pada zaman yang penuh dengan tantangan, menjadi berani dalam arti yang positif adalah sebuah keharusan agar mereka kelak dapat mengatasi berbagai tantangan dalam kehidupan ini.




Sunday, November 22, 2020

Belajar Menggambar Hutan

 

Learn To Draw The Forest - Belajar Menggambar Hutan, demikian judul buku ini. Sebuah buku dwi bahasa Inggris-Indonesia yang diterbitkan oleh Eaststar Adhi Citra pada tahun 2010. Buku tentang bagaimana cara menggambar step by step ini ditulis dan dikerjakan ilustrasinya oleh Rosa Maria Curto, seorang guru dan juga ilustrator dari Spanyol. Pada edisi ini terjemahan bahasa Inggris dilakukan oleh Sally-Ann Hopwood, sedangkan bahasa Indonesianya oleh Ir. Triwiharto. Karena penulisnya berasal dari Eropa maka tidak mengherankan jika hutan yang digambarkan dalam buku yang dicetak pada kertas art paper dan bersampul tebal ini bernuansa Eropa juga, bukan seperti hutan tropis di Indonesia. Ada sekitar seratus contoh gambar yang bisa dibuat dari buku setebal sembilan puluh enam halaman ini, semuanya disertai langkah-langkah dari awal sampai akhir dan berwarna. 


Saya sudah lupa kapan persisnya mengunggah sebuah gambar, hasil karya anak saya yang waktu itu usianya sekitar 4 tahun. Menariknya salah satu orang berkomentar yang intinya bahwa semua anak itu waktu kecil suka menggambar, tapi kemudian seiring bertambah usia, mereka menemukan minat yang lain. Banyaknya tugas dari sekolah juga bisa menjadi faktor anak tidak lagi punya banyak waktu luang untuk menggambar. Ketika anak mulai tertarik membuat gambar, maka biasanya referensi pertamanya adalah Ibu, Ayah atau pengasuhnya. Kenyataannya banyak orang tua (termasuk saya) yang mengaku tidak bisa menggambar, sehingga ketika anaknya minta dibuatkan gambar, maka dibuatlah gambar sebisanya, syukur-syukur kalau anaknya tidak protes. Padahal menggambar secara umum bisa meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih kesabaran, mengasah konsentrasi, juga sebagai media menuangkan emosi dan berkomunikasi. Kabar baiknya, kemampuan menggambar bisa dipelajari, baik oleh anak maupun orang dewasa.

Di dalam buku Learn To Draw The Forest-Belajar Menggambar Hutan, mula-mula kita akan dikenalkan pada beraneka alur, bentuk, cahaya dan warna yang ada di dunia ini. Selanjutnya belajar menggambar dimulai, diawali dengan menggambar sebuah bentuk (shape) lalu membuat gambar obyek-obyek yang ada di hutan dari bentuk itu. Maka pada lembar-lembar berikutnya Rosa Maria Curto mengajak pembaca untuk menggambar daun, bunga, buah, jamur, pohon, binatang-binatang kecil, serangga, burung, tupai, tikus, landak, rusa, bahkan rubah dan serigala.

Dalam dunia dongeng, hutan adalah sebuah setting tempat yang umum dijumpai, maka Buku Menggambar Hutan juga menghadirkan tokoh-tokoh dalam dongeng. Ada karakter anak laki-laki, anak perempuan, Nenek, Kurcaci, Peri, Monster, Raja, penyihir juga Si Kecil Berkerudung Merah. Semuanya lengkap dengan cara membuat struktur tubuh, model rambut, akaesoris dan ekspresi wajah.



Secara pribadi, saya dan 2 di antara 4 anak-anak saya (usia 8 tahun dan 5,5 tahun) suka sekali dan menikmati buku ini. Melalui buku ini kami bisa belajar menggambar bersama-sama. Ternyata menggambar itu mudah asalkan kita tahu bagaimana caranya.  Satu lagi yang menarik dari buku ini adalah, pengarang mengajak pembaca untuk menggambar dengan "rasa".  Pembaca diminta untuk memperhatikan, menyentuh dan memahami obyek yang akan digambar, dengan demikian ini akan melatih kemampuan menggambar tidak hanya secara teknis tapi melibatkan perasaan penggambarnya. Maka dari itu, wajar saja jika ada salah satu bentuk terapi untuk menghilangkan stres yang kegiatannya adalah menggambar. Jadi, tunggu apa lagi, mari menggambar, meskipun barangkali itu sekedar gambar kecil di sela-sela buku catatan.

Monday, November 9, 2020

RUMAH NO 1




Rumah itu letaknya di ujung jalan komplek, bersebelahan dengan sebidang tanah yang ditumbuhi pohon-pohon jati tinggi menjulang. Di seberang area tanaman jati itu terdapat sebuah taman luas yang terlantar, sebuah panggung permanen berdiri kesepian di tengah-tengahnya, sementara kolam besar yang ada di belakangnya penuh dengan azolla, teratai, kiambang dan aneka tanaman air lainnya yang tumbuh subur secara liar.
Rumah itu sendiri, konon sudah lebih dari 6 tahun kosong tanpa penghuni, menurut kabar yang beredar penghuni sebelumnya pindah karena sang Nyonya penghuni rumah tersebut telah meninggal dunia, sebagian lagi mengatakan pindah karena sudah pensiun.

Perempuan itu melangkah turun dari pintu mobil sambil menggendong bayi berusia 3 bulan. Sudah hampir magrib ketika ia dan keluarga yang mengantarkannya kota Bandar Lampung sampai ke komplek pabrik gula di pelosok bumi sriwijaya ini. Cahaya lampu bohlam kuning temaram berpadu dengan suasana senja, rumput alang-alang yang hampir setinggi lutut orang dewasa memenuhi halaman, sebatang pohon salam yang tingginya melebihi atap rumah tumbuh di halaman samping melengkapi suasana magis yang mereka rasakan. Di sinilah petualangan sebagai perantau dimulai.

Beberapa hari kemudian...
Seorang tetangga datang menyapa, ketika itu Ia sedang membersihkan halaman.

"Bu Fahmi, anaknya apa lagi sakit?" tanya sang tetangga.

"Enggak Bu, Alhamdulillah. Memangnya kenapa ya?".

"Semalam saya dengar kaya suara bayi nangis terus dari sini".

"Semalam anak saya tidur nyenyak Bu, jadi mungkin itu suara anak lain".

"Oh...." .

Setelah bercakap-cakap sebentar, tetangga itu pun pulang.


Perempuan yang dipanggil Bu Fahmi itu masuk ke dalam rumah, telepon genggamnya berdering, ibunya dari kampung, menanyakan kabar.

" Anakmu nangis terus nggak di situ, kayak pas baru datang itu"?

"Alhamdulillah Enggak, ya kadang nangis terus diam, kayak umumnya bayi-bayi"

"Syukurlah... kamu sendiri ngalami yang aneh-aneh nggak?"

"Hmmm...enggak ada kayaknya, biasa aja, memangnya kenapa?"

"Waktu itu ya... malam -malam pas kita nyampe Makwo kamu dengar suara anak-anak kecil pada main ketawa-tawa di bawah pohon salam itu".

"Ya, mungkin ada anak-anak lewat pada bercanda, kan di sebelahnya pohon salam dan kebun jati itu ada jalan".


Hari-hari berlalu dan kisah-kisah bertambah. Sosok perempuan berambut panjang, makhluk tinggi besar berbulu hitam, ular sebesar tiang listrik, suara tangis, suara tawa, berselang-seling diceritakan orang-orang yang katanya melihat, berpapasan atau mendengarnya di sekitar rumah keluarga Bu Fahmi.

Bu Fahmi tidak pernah ambil pusing dengan cerita-cerita tetangganya. Selama musim giling, suaminya mendapat giliran shift malam dua kali dalam sepekan, otomatis selama dua malam itu ia berdua saja dengan bayinya. Ia tidak pernah takut dengan hantu atau setan, ia justru lebih khawatir kalau ada orang jahat yang menyelinap masuk rumah, apalagi rumah mereka halaman depan dan belakangnya masih terbuka tanpa pagar. Itulah sebabnya tiap kali ditinggal shift malam, Bu Fahmi selalu memastikan untuk mengunci pintu dan Jendela sebelum tidur dan banyak-banyak berdoa agar tidak diganggu baik oleh golongan jin, setan maupun manusia.

Suatu malam, suara orang tertawa terkikik-kikik terdengar dari belakang rumahnya. Anaknya yang sekarang sudah sekolah di Taman Kanak-Kanak, hampir menangis karena ketakutan. Bu Fahmi mengambil sebilah parang dan senter, ia tidak keluar rumah, melainkan menggedor pintu dapur kuat-kuat sambil membentak dengan lantang

"Woy, ngapain kamu di situ?, pergi !"

Kemudian ia mengajak anaknya masuk ke kamar, mengunci pintunya rapat-rapat. 

"Jangan takut sayang, itu cuma musang", Bu Fahmi memeluk anaknya agar bocah itu tidak ketakutan.

"Tapi, kok, suaranya kayak setan Mi?"

"Suara musang memang begitu, kayak orang ketawa".

Akhirnya ibu dan anak itu tertidur, sampai pagi hari, tidak kejadian apa-apa malam itu.


Pada malam berikutnya, suami Bu Fahmi sedang libur, mungkin karena kelelahan, ia tertidur di depan TV yang masih menyala. Sementara itu Bu Fahmi dan anaknya tidur di kamar. Tiba-tiba terdengar suara yang keras sekali 

"Brakk!!", "Gedebugh!".

Plafon kamar yang terbuat dari asbes ambrol, tepat di atas tempat tidur Bu Fahmi dan anaknya. Tidak hanya itu, seekor binatang berbulu lebat, seukuran kambing kecil jatuh di atas kasur.

"Allahu Akbar!", Bu Fahmi bertakbir kuat-kuat saking kagetnya. 
Ia langsung memeluk anaknya yang nampak syok, pecahan plafon berserakan di kasur. 
 
"Kamu luka nggak sayang?"

"Enggak Mi, tapi aku takut".

Di sudut kamar, seekor hewan liar berkaki empat mendengking-dengking, sepertinya hewan itu juga kebingungan dan ketakutan. Suami Bu Fahmi yang kaget, terbangun dan masuk ke kamar sambil membawa sebuah pentungan kayu, mencoba mengusir hewan itu.

"Jangan dibunuh!" Kata Bu Fahmi.

"Kenapa?Binatang apa ini?" Tanya Pak Fahmi.

"Kayaknya itu musang, makan buah rambutan di sebelah rumah, itu lihat kotorannya berceceran".

Di lantai kamar dan ruang tengah kotoran hewan itu berceceran, terlihat jelas kalau itu adalah biji rambutan. Pak Fahmi membuka pintu-pintu belakang dan menghalau hewan itu keluar. Keesokan paginya, Pak Fahmi mendatangi rumah tetangga sebelah, minta izin untuk memangkas dahan yang tumbuh ke arah atap dapur, dari sanalah musang itu bisa masuk melalui celah Plafon yang rusak.
Selain musang itu, beberapa kali rumah nomor satu itu didatangi ular. Sebagian ular-ular itu mati diterkam kucing yang tinggal di rumah. Sebagian lagi dihalau Bu Fahmi ke kebun jati.

Hari-hari berikutnya masih banyak cerita-cerita seram tentang rumah itu disampaikan oleh warga komplek kepada Bu Fahmi, tapi perempuan itu bergeming. Ia dan keluarganya bertahan di rumah itu sampai sembilan tahun, hingga akhirnya mereka harus pindah karena suaminya dimutasi. Ia sendiri percaya keberadaan makhluk-makhluk tak kasat mata. Sebagian dari mereka hidup dalam keadaan yang berbeda dengan manusia dan berstatus sesama makhluk Tuhan, mereka bukan majikan bukan pula pelayan yang perlu ditakuti atau diberi sesajian. 


Sebuah kisah nyata, Bandar Lampung 31 Oktober 2020

Cerita ini ditulis sebagai partisipasi dalam Kolaborasi cerita horror.

Baca cerita-cerita horor lainnya di sini ya:

01. Ria http://omahria.blogspot.com/2020/11/tabir-nuraini.html

02. Evi https://biruisbluish.blogspot.com/2020/11/sampaikan-salam-sayangku-i.html

03. Iim
https://iimhappypills.blogspot.com/2020/11/misteri-aroma-melati.html

04. Widhi
https://ecchan.wordpress.com/2020/11/10/horror-mencoba-eksis/

05. Idah Ernawati
https://terpakukilaukata.blogspot.com/2020/11/kembar.html?m=1

06. Anastasia
https://anastasialovich.blogspot.com/2020/11/pathok.html?m=1

07. Dea
https://dee-arnetta.blogspot.com/2020/11/jangan-bermain-denganku.html?m=1

8. Imelda
https://imelcraftdiary.blogspot.com/2020/11/cerita-horor-anak-kost.html?m=1

9. Ira barus
https://menjile.blogspot.com/2020/11/gazebo-bambu-tua.html

10. Delia
https://deliaswitlof.blogspot.com/2020/11/rumah-no-1.html?m=1

Saturday, November 7, 2020

TUING-TUING SI IKAN TERBANG

 











Ini adalah salah satu buku koleksi Taman Baca Beniso, yang berasal dari donasi. Sebuah buku cerita bergambar dengan ilustrasi kehidupan ikan tuing-tuing yang indah dengan warna-warni cerah dan informatif. Penulis buku ini adalah Dian Onasis, sedangkan ilustrasinya dikerjakan oleh Vannia Rizky, dicetak pada kertas art paper glossy yang tebal, diterbitkan pertama kali pada tahun 2018 oleh penerbit Puspa Swara. Sebagaimana umumnya buku cerita bergambar untuk anak, buku ini juga tidak banyak jumlah halamannya, hanya dua puluh empat halaman saja.

Buku ini mengisahkan perjalanan ikan tuing-tuing sejak dari berbentuk telur sampai dewasa. Salah satu keistimewaan yang dimiliki ikan tuing-tuing adalah kemapuannya untuk terbang, keluar dari dalam air, sehingga ia dikenal juga sebagai ikan terbang. Kemampuan terbangnya dapat mencapai 100m dalam waktu 10 detik. Dengan waktu selama itu, ikan ini bisa menghindar dari pemangsa yang mencoba memakannya di dalam air. Ikan tuing-tuing banyak terdapat di perairan Sulawesi, dan ditemukan juga di sekitar pulau seram, Flores, hingga Papua. Olahan ikan-ikan tuing-tuing di antaranya adalah ikan asin, ikan asap dan ada juga telur ikan kering.

Salah satu kekhasan buku cerita bergambar adalah selain teks, gambarnya juga bisa bercerita. Gambar- gambar pada buku ini, dengan jelas menceritakan daur hidup ikan tuing-tuing, lengkap dengan perilaku, habitat, dan sebaran lokasi ditemukannya. Diceritakan bagaimana ikan yang masih kecil mulai mencari makan, jenis-jenis makanannya, menggunakan kemampuannya untuk terbang, menghindari pemangsa dan berkembang biak. Semuanya dalam bentuk gambar yang indah dan menarik bagi anak-anak. Barangkali karena buku ini berlatar belakang kehidupan di laut, maka nuansa warna biru mendominasi pada gambar-gambarnya.

Membacakan buku Tuing-Tuing Si Ikan Terbang, tidak hanya menjadikannya dongeng pengantar tidur, tetapi juga sebagai sarana mengenalkan salah satu bahan pangan bergizi khas dari Indonesia tepatnya daerah Sulawesi. Juga sebagai sarana menanamkan kesadaran untuk menjaga kelestarian laut Indonesia, agar Ikan tuing-tuing dan ikan-ikan lainnya juga dapat terus lestari. Buku ini juga membuka pengetahuan bahwa ikan terbang benar-benar ada, dan punya nama yang terdengar sangat imut, ikan tuing-tuing.

Saturday, October 31, 2020

A Little Bug And The Sunflower

 



"What a beautiful day" !, Said a little brown smelly bug. It sat on a leaf of a blooming sunflower. 

"What a bright and warm morning" said the sunflower.

"Tell me bug, why did you smell so bad when someone do bad things to you?"

"Well... in short i've found out that crying doesn't solve my problems, yet i have this smelly thing inside me and it keeps me save".

"Well done little bug, its a lovely morning isn't it? 

"It is..., by the way why did they called you Sunflower?"

" it needs a lot of time to tell the whole story"

"Don't worry, i have plenty of time, nobody bothers me, i have the smelly thing"

So they talked and talked and talked...happily ever after.


The End.


Bukit Kemuning, Lampung Utara 01 November 2018

EKSPRESI CINTA DALAM MAULID NABI

 

Engkaulah rasul mulia

Pembawa pelita jiwa

Engkaulah rasul idola

Tauladan ummat sedunia


Shalawatku kepadamu

yang merindu syafaatmu

di hari yang tak menentu

Ya Rabb kabulkan harapanku


Duhai kekasih ilahi

kekasih hati imani

hadirlah engkau disini

walau sekedar dalam mimpi


Kutahu engkau bimbangkan

ummatmu yang kau tinggalkan

terjerembab dalam ujian

ridhokan seruan setan


(Rasul Idola, Nasyid Suara Persaudaraan)


Beberapa hari ini, masjid-masjid di sekitar tempat tinggal saya meriah dengan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Syahdu suara pengajian Al Quran dan ceramah-ceramah yang disampaikan terdengar sampai ke rumah. Langit yang cerah menjelang purnama, membuat saya terbawa suasana, rasanya seperti sedang menikmati malam puasa Ramadan.

Saya teringat kembali pada masa kanak-kanak, ketika perayaan maulid Nabi selalu menjadi salah satu acara yang ditunggu-tunggu. Jujur saja dulu kami tidak terlalu faham apa itu maulid Nabi, selain sebagai peringatan kelahiran sang rasul. Sebagai anak-anak kampung, yang kami tahu malam itu sangat hidup, mushola ramai didatangi warga, laki-laki dan perempuan, yang biasa ikut sholat berjama'ah maupun tidak. Anak-anak apalagi, tumpah ruah, baik yang sehari-hari mengaji di mushola maupun tidak. Malam itu kami semua bergembira merayakan maulid. Pak Ustadz berceramah mengingatkan sejarah kelahiran sang rasul akhir zaman, dan kami anak-anak mendengar dengan khidmat sambil sesekali menjahili kawan, menunggu acara pembagian makanan.

Semakin dewasa, semakin kusadari maulid Nabi bukan sekedar sebuah perayaan biasa. Ia adalah perayaan cinta kepada manusia paling sempurna, bentuk syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas diutusnya sang Nabi bagi seluruh umat manusia, pembebas umat dari kejahiliyahan. Sebuah ungkapan rasa syukur bahwa kami telah menjadi salah satu umatmu, yang berharap kelak mendapat bagian syafa'at di hari manusia mempertanggungjawabkan apa-apa yang ia lakukan selama hidup di dunia.

Maafkan kami ya rasulallah, yang baru mampu mencintaimu lewat kata-kata. Maafkan kami yang tertatih-tatih mengikuti sunnahmu. Maafkan kami ya rasulallah, yang mengaku mengidolakanmu tapi merasa sangat berat mengikuti jalanmu.  Sesungguhnya kami sangat ingin menjadi umat yang layak engkau banggakan.  Semoga Allah yang berkuasa membolak-balikkan hati, menetapkan kami dalam agama ini, menguatkan cinta kami kepada Sang Nabi dan memampukan kami menjadi seorang muslim sejati, Aamin.

Tanjung Senang, Bandar Lampung 31 Oktober 2020

Friday, October 30, 2020

MENGENAL SATWA INDONESIA DALAM BUKU HUS! HUS! (REVIEW BUKU)

 

Kira-kira setahun yang lalu, Taman Baca Beniso mendapat kiriman donasi buku dari salah satu donatur dari Jakarta. Semuanya buku baru, di antara buku-buku yang dikirimkan itu adalah buku cerita bergambar yang berjudul 'Hus! Hus!". Buku ini dikarang oleh Izzah Annisa sedangkan ilustrasinya dibuat oleh Aprilia Muktirina. Dicetak pertama kali pada bulan Januari 2019 oleh Noura Books, menggunakan kertas art paper yang glossy dan cukup tebal, terdiri atas 24 halaman.

Cerita dimulai dengan gambar beberapa badak yang sedang kepanasan karena matahari bersinar terang dan menyengat. Para badak terlihat kegerahan, berkeringat dan berusaha mendinginkan badan dengan minum jus, berkipas-kipas dengan daun bahkan juga dengan kipas angin. Salah satu badak ada yang memakai baju batik, berarti ini badak Indonesia, bukan badak Afrika. Rupanya beberapa saat kemudian para badak sudah menemukan solusi menghilangkan rasa gerah, yaitu dengan berkubang dalam lumpur. Tapi ada satu badak kecil yang enggan berkubang karena takut kotor dan bau, namanya Sero.

Sero si badak kecil berusaha mendinginkan badan dengan cara lain.  Tapi, masalah lain muncul, Sero dihinggapi serangga, lalat-lalat mulai mengerumuni Sero, makin lama makin banyak. Sero dan burung kecil yang selalu menemaninya berusaha mengusir mereka,tapi karena tidak berhasil, Sero dan temannya pun berusaha kabur. Sialnya, kemanapun Sero pergi, lalat-lalat itu tetap mengikuti, sampai Sero hampir jatuh ke kubangan lumpur. Kira-kira Sero mencebur ke dalam lumpur tidak ya?.

Cerita dan ilustrasi dalam buku ini menarik sekali. Tokoh Sero si badak kecil dan teman-temannya dalam buku ini, ditampilkan memiliki dua cula, artinya Sero bukan badak Ujung Kulon yang bercula satu. Memangnya ada badak di tempat lain di Indonesia selain di Ujung Kulon?. Ada dong, namanya Badak Sumatra nama ilmiahnya Dicerorhinus sumatrensis. Sepertinya dari sini lah asal muasal nama Sero. Sesuai namanya, Badak ini bercula dua dan berasal dari pulau Sumatra. Untuk lebih menambah kesan lebih khas Indonesia, ada badak yang digambarkan memakai baju batik. Burung kecil yang selalu berada di dekat Sero sesuai dengan kenyataan bahwa biasanya burung jenis jalak menghinggapi badak untuk memakan kutu-kutu yang ada di kulit badak tersebut.

Buku ini sangat cocok untuk dibacakan kepada anak-anak. Selain menambah pengetahuan anak tentang kekayaan fauna Indonesia, orang tua juga bisa menanamkan nilai-nilai lainnya. Misalnya, persahabatan antara Sero dan burung yang setia, patuh pada nasehat orang tua, dan membiasakan berfikir untuk mencari soulusi suatu masalah. Jangan lupa untuk menyampaikan bahwa badak sumatra termasuk ke dalam satwa yang dilindungi dan dalam keadaan terancam punah. Dari sini kita bisa mengajak anak-anak untuk lebih mengenal keanekaragaman fauna Indonesia dan ikut menjaga kelestarian alam agar kekayaan flora dan fauna Indonesia tetap lestari. Selamat Membaca!.

Tanjung Senang 30 Oktober 2020, usai menikmati rengginang yang dikirim dari Serang.




Wednesday, October 28, 2020

92 TAHUN SUMPAH PEMUDA

Sejak tahun 1959, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 28 Oktober sebagai hari sumpah pemuda. Itu artinya sejak tahun 1959 pula rakyat Indonesia secara bersama-sama kembali mengingat keputusan kongres pemuda Indonesia tahun 1928, yang konon dituliskan pada secarik kertas. Saya jadi membayangkan, kalau saja pada zaman itu sudah ada medsos, mungkin ada peserta kongres yang mengunggah peristiwa bersejarah tersebut lengkap dengan foto kertas teksnya dan caption yang menarik.


Para pemuda yang berkumpul di kongres pemuda itu adalah orang-orang hebat yang visioner. Mereka sadar betul, sebagai bangsa yang saat itu masih terjajah oleh bangsa lain, maka kekuatan terbesar yang harus dibangun dan disusun adalah persatuan dan kesatuan, dan tentu kita semua tahu bahwa nama resmi negara Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Coba bayangkan, gagasan bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia itu bergaung pada tahun 1928 sedangkan Indonesia merdeka pada tahun 1945, artinya ada jeda selama tujuh belas tahun. Selama kurun waktu itu gagasan persatuan ini disebarkan secara masif oleh para pemuda ke seluruh penjuru nusantara dan pada akhirnya berhasil mengangkat  harkat dan martabat bangsa Indonesia dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka.


Kini, 92 tahun sudah berlalu. Apakah semangat sumpah pemuda itu masih tertanam dalam benak pemuda Indonesia zaman sekarang? Berhasilkah para orang tua mewariskan nilai-nilai sumpah pemuda kepada anak cucunya?. Ingin sekali saya menjawab tentu saja masih. Lihatlah, sampai sekarang Indonesia masih ada. Ada banyak anak-anak muda Indonesia yang berprestasi bahkan sampai tingkat dunia. Tapi saya juga tidak mau berpura-pura tidak tahu, bahwa sampai hari ini masih ada anak bangsa, muda maupun tua yang dengan mudah meremehkan bahkan merendahkan suku, agama, ras, yang berbeda dengan dirinya baik secara diam-diam di kalangannya sendiri maupun secara terbuka dan mudah terprovokasi dengan isu-isu SARA itu.


Jadi, kemana perginya semangat sumpah pemuda itu?. Sebenarnya semangat itu tidak pergi kemana-mana. Apinya masih bersemayam di dalam diri setiap pemuda Indonesia, bahkan yang sekarang sudah tidak muda lagi. Hanya saja, sebagaimana dulu api ini dinyalakan beramai-ramai oleh para pemuda zaman pra kemerdekaan, maka tugas kita adalah menyalakan kembali semangat sumpah pemuda itu di dalam diri pemuda-pemuda zaman sekarang. Stop ujaran kebencian, tanamkan semangat kebangsaan pada anak-anak kita, ajari mereka untuk mencintai budaya dan hasil karya negrinya sendiri dan beri teladan yang baik agar tidak rakus melahap kekayaan bangsa ini untuk perutnya sendiri. Didik anak-anak muda Indonesia untuk bisa berdiri tegak, bangga sebagai orang Indonesia, yang merdeka, berdaulat, terhormat dan bermartabat. Selamat Hari Sumpah Pemuda yang ke 92, Bersatu dan Bangkit bangsaku.


Tanjung Senang, Bandar Lampung 28 Oktober 2020

Tuesday, October 27, 2020

Hari Blogger Nasional



Hari ini 27 Oktober 2020, diperingati sebagai Hari Blogger Nasional di Indonesia. Sebagai blogger pemula saya ikut senang, ternyata para blogger di Indonesia diakui eksistensinya. Saya mulai mengenal blog sekitar tahun 2000an, waktu itu saya kira blog hanya semacam catatan harian pribadi yang diunggah ke internet, mungkin ini terjadi karena beberapa blog yang sempat saya kunjungi isinya berupa catatan-catatan pribadi layaknya buku diary.


Pada tahun 2011, saya mencoba membuat sebuah blog. Saat itu saya bermaksud mengabadikan kegiatan harian keluarga kami. Minimnya ilmu dan inkonsistensi membuat blog itu terbengkalai, saya akhirnya hanya menjadi pembaca saja. Beberapa catatan kejadian yang menurut saya penting, saya tulis secara manual dan sebagian tertulis sebagai status di media sosial Facebook.

Beberapa tahun belakangan ini, saya menemukan bahwa blog telah berkembang demikian rupa. Hampir semua tema yang kita cari di internet, ternyata ada blognya. Mulai dari memasak, travelling, review makanan, berkebun, menjahit, komputer, drama korea, Craft dan lain-lain. Saya jadi berpikir sepertinya blog lebih enak untuk menulis daripada media sosial lain. Secara kebetulan sekitar 2 bulan yang lalu, saya membaca sebuah iklan tentang kelas menulis dan ngeblog. Sebelumnya saya sudah pernah beberapa kali ikut kelas menulis online, tapi belum pernah ikut kelas blog, saya pun mendaftar ikut kelas itu.

Singkat cerita, saya membuat blog baru, selanjutnya membuat tulisan untuk mengisinya. Beberapa tulisan yang sempat saya buat di Facebook dan menurut saya cukup bagus, saya masukkan ke blog. Materi yang saya dapat selama pelatihan sangat berguna bagi saya, yang belajar membuat blog dari nol. Selama dua bulan, blog saya mendapat sekitar 600an viewer, beberapa tulisan saya bahkan ada yang 0 (nol) pembaca. Tapi bagi saya tidak mengapa, karena saat ini saya menulis untuk bersenang-senang. Lagipula harus diakui saya terlambat belajar, saat ini usia saya sudah 40 tahun dan baru belajar ngeblog dengan sungguh-sungguh 😁.

Kadang-kadang saya mengalami kebingungan, tentang konten apa yang mau saya unggah, sehingga isi blog jadi campur-campur seperti Capcay. Meskipun begitu saya tetap ingin suatu saat blog saya akan jadi blog yang bagus, bermanfaat, menebar kebaikan, banyak pengunjung dan menjadi rujukan bagi yang membutuhkan, lebih jauh lagi semoga bisa jadi amal jariyah buat saya.
Akhirnya pada hari ini selasa, 27 Oktober 2020 saya ucapkan "Selamat Hari Blogger Nasional" untuk semua blogger Indonesia di manapun berada. Mari berkarya dan menebar manfaat melalui blog kita.

Tanjung Senang 27 Oktober 2020, Sambil rebahan di samping Baby Ghazu.



Sunday, October 25, 2020

TOMODACHI FUYASO (SENANGNYA PUNYA BANYAK TEMAN) REVIEW BUKU



Beberapa waktu yang lalu saya membeli sebuah buku cerita anak yang berjudul "Senangnya Punya Banyak Teman". Buku ini menampilkan cover bergambar sebuah pohon besar dengan tajuk penuh bunga warna merah jambu dengan sebongkah batu yang nampak senang di bawahnya, mereka dikelilingi hewan-hewan dan anak-anak yang sedang piknik. Ini adalah sebuah buku terjemahan dari buku aslinya yang berjudul "Tomodachi Fuyaso" karangan Machiko Kumagai. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Amenotoki dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2016. Buku ini cukup tipis, hanya 24 halaman saja. Ilustrasinya dibuat pada tiap dua halaman, dengan gambar yang indah, ekspresif dan kombinasi warna yang cantik. Menurut keterangan pada buku, baik cerita maupun gambar dibuat sendiri oleh sang pengarang.




Dikisahkan bahwa di atas sebuah bukit, ada sebongkah batu besar yang kesepian. Meskipun banyak hewan yang bermain di puncak bukit tapi tidak satupun yang mau bermain dengannya. Hingga pada suatu hari sebutir biji merah jatuh di dekatnya. Batu sangat menyayangi biji ini, ia melindunginya dari panas, angin kencang dan hujan. Biji merah yang telah tumbuh menjadi sebatang pohon dan batu besar itu menjadi teman baik.


Ketika si pohon mulai besar, burung-burung beristirahat di dahannya, juga di atas batu. Ketika hujan turun, hewan-hewan berteduh di bawah pohon itu sambil duduk di atas batu. Ketika tahun-tahun berlalu dan si pohon makin besar, puncak bukit menjadi makin ramai di musim semi. Batu dan pohon menjadi sangat bahagia, sekarang mereka punya banyak teman dan tidak kesepian lagi.


Buku menggambarkan bagaimana kehadiran (seorang) teman bisa mengubah keadaan. Seperti tokoh Batu, yang tadinya kesepian dan bosan menjadi lebih ceria sejak kehadiran si biji merah, apalagi setelah mereka dikunjungi oleh hewan-hewan dan anak-anak. Gambar-gambar yang disajikan juga sangat mendukung ceritanya. Ekspresi wajah si Batu yang bosan, kaget, cemas dan gembira, sangat menggemaskan. 




Buku ini layak dikoleksi untuk penambah bacaan anak atau dibacakan untuk anak-anak usia dini. Menemani si bocah sambil membacakan buku ini dan mengamati gambarnya, akan jadi saat-saat yang menyenangkan. Selain membacakan teksnya, orang tua bisa mengenalkan beraneka nama hewan yang ada pada gambar, menyebutkan warna-warna, juga mengenali berbagai ekspresi wajah yang ditampilkan si Batu dan temannya. Selamat Membaca!.

RESENSI BUKU LETTIE LET’S PLAY OUTSIDE

 



Judul Buku                          : Lettie Let’s Play Outside (Yuk Bermain Di Luar)

Pengarang                          : Hardi Lim

Bahasa                                : Bilingual (Indonesia-Inggris)

Alih Bahasa                        : Cindy Kristanto

Penerbit                              : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan                               : Pertama

Tahun Terbit                        : 2017

Tebal                                     : 44 Halaman

Sampul                                 : Soft cover

Kertas                                   : Art Paper, glossy

Lettie adalah gadis kecil berambut keriting berwarna oranye yang sangat suka bermain gawai, sehingga ia tidak suka melakukan kegiatan lain di waktu luangnya.  Semua bermula ketika Lettie  memperhatikan bahwa ibunya sering menggunakan gawai untuk melihat resep masakan dan juga sering melihat ayahnya menggunakan gawai untuk bekerja.  Orang tuanya lah yang mula-mula mengenalkan Lettie pada gawai.

 

Lettie memiliki sebuat tablet, dia suka sekali bermain dengan gawainya itu, ada permainan memasak, merajut, mewarnai dan lain-lain.  Sejak saat itu Lettie selalu sibuk dengan gawainya, ia tidak lagi peduli dengan teman-temannya, Ayahnya, dan ibunya.  Sehingga, ketika suatu hari ayah dan Ibu mengambil tabletnya, Lettie menangis.  Karena lettie sudah sangat terbiasa bersama gawainya, saat makan, sehabis mandi, gosok gigi, bahkan tidur bersama tablet kesayangannya.

 

Suatu pagi, Ayah dan Ibu mengajak Lettie bertualang.  Sepanjang perjalanan Ibu tampak menikmati pemandangan, sedangkan ayah menyetir sambil memperhatikan Lettie yang selalu sibuk bermain dengan gawainya.  Akhirnya mereka sampai di hutan dan mendirikan tenda,tetapi Lettie kembali bermain dengan gawainya sampai baterenya habis.  Lettie menjadi bosan.

 



Ibu mengajak Lettie untuk mengumpulkan ranting untuk membuat api unggun, semakin banyak ranting akan semakin hangat apinya sama seperti permainan di tablet.  Lettie pun bersemanfat mengumpulkan ranting, ia berjalan makin jauh masuk hutan.  Lettie menemukan seekor kupu-kupu yang cantik, mengikutinya, dan makin jauh lagi dari kemahnya.  Lettie mencoba bertanya pada hewan-hewan yang ia temui, tapi mereka semua sibuk bermain dengan gawainya dan mengabaikan lettie.  Akhirnya lettie pun menangis dan menangis.  Sampai seekor beruang kecil menghampirinya.  Ternyata beruang  yang baik hati itu mau menolong Lettie.  Ia mengajak Lettie untuk ke rumahnya dan meminta tolong kedua orangtuanya untuk mengantarkan Lettie kembali ke perkemahan.  Bagaimanakah perjalanan Lettie dan Beruang kecil itu menuju rumah beruang?.  Apakah keluarga beruang itu benar-benar menolongnya?. Dapatkah Lettie kembali ke kemah dan berkumpul kembali dengan kedua orang tuanya?.  Yuk baca sendiri kisah Lettie dalam buku ini.

 

Buku ini secara apik membahas masalah anak-anak yang banyak dihadapi orang tua sekarang, yaitu kecanduan gawai.  Menariknya, sejak awal penulis sudah membeberkan bahwa kecanduan gawai pada anak dimulai dari orang tuanya.  Pada akhirnya orang tuanya juga yang harus menyelesaikan masalah kecanduan ini.  Meskipun membidik segmen anak-anak, buku ini layak dibaca oleh para orang tua, terutama yang anaknya mulai kecanduan gawai.  Bagi anak-anak yang belum bisa membaca, buku ini bisa dijadikan buku dongeng sebelum tidur, kata-kata dalam buku ini jelas dan ringkas, disertai ilustrasi yang menarik.   Membacakan buku bagi anak akan merangsang daya imajinasinya dan memperkaya kosakatanya, serta membangun ikatan emosional antara anak dan orangtuanya.  Selamat membaca.

 

Friday, October 23, 2020

REVIEW BUKU INDONESIAN DELICACIES

 


Judul buku:

INDONESIAN DELICACIES 

165 popular snacks across the archipelago

Penulis: 
Hayatinufus A.L. Tobing
Cherry Hadibroto

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: Pertama

Tahun Terbit: 2015

Tebal : 167 Halaman

Bahasa: Inggris

Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi tentang aneka jajanan tradisional khas nusantara. Beraneka kudapan dengan variasi rasa dari gurih, manis, sampai asam pedas dijabarkan semua. Meskipun menggunakan istilah dari jawa yaitu jajan pasar, tetapi jajanan yang dicantumkan di buku ini berasal dari seluruh penjuru nusantara.

Bagian awal buku menceritakan tentang keanekaragaman jajan pasar, jenis-jenisnya bahan-bahan utama yang digunakan dalam resep, sampai dengan aneka peralatan yang digunakan untuk membuatnya. Misalnya, di sini dijabarkan tentang jenis tepung, diantaranya tepung beras, tepung ketan, tapioka dan tepung kacang hijau, lengkap dengan contoh jajanan yang dibuat dari bahan tersebut.
Dijelaskan juga tentang perbedaan antara gula kelapa dan gula aren, penggunaan kelapa dan olahannya juga penggunaan bahan-bahan pelengkap sebagai pewarna, penambah citarasa, hiasan maupun sebagai pembungkus jajanan.
Pada bagian awal ini juga dijelaskan tentang teknik dan peralatan dalam pembuatan jajanan tradisional, mulai dari beraneka cetakan, alat masak sampai teknik membuat bungkusan dari aneka daun. Pada bagian ini penulis menekankan pentingnya persiapan dan praktek(latihan) agar dapat menghasilkan jajanan yang cantik dan lezat.

Selanjutnya, buku ini menampilkan aneka resep yang dibagi berdasarkan bahan dasarnya yaitu:
Beras dan tepung beras
Ketan dan tepung ketan
Singkong dan tepung tapioka
Pisang
Bahan-bahan lain
Kue kering
Minuman hangat dan minuman dingin serta hidangan penutup.


Semua resep mencantumkan bahan, teknik pembuatan yang jelas dan foto-foto yang sangat cantik dan menggugah selera. Pada beberapa jenis jajanan disertai keterangan khusus, terutama jajanan yang memiliki nama berbeda di daerah lain, tetapi pada dasarnya adalah jenis yang sama. Misalnya, Krasikan di Jawa Tengah ternyata bernama Alu Padeh di Sumatra Barat, atau beberapa jajanan yang berbahan sama tapi dengan sentuhan akhir yang berbeda sehingga menghasilkan jenis jajanan berbeda pula.

Menurut penulis, buku ini sangat layak untuk dimiliki, dan dapat dijadikan referensi untuk membuat aneka jajanan khas Indonesia. Dengan sampul hard cover, kertas art paper yang glossy dan lay out yang cantik, buku ini membuat pembaca bisa membayangkan kelezatan aneka jajanan yang menggugah selera.








Saturday, October 3, 2020

ANTARA AKU, HUJAN DAN KETAN

 



Aku masih penasaran dengan benda bercahaya biru di langit semalam. Maka pagi-pagi aku naik ke tempat menjemur pakaian, memastikan cahaya yang kulihat bukan dari menara pemancar sinyal telepon seluler, lagipula biasanya lampu pemancar berwarna merah atau jingga. Tidak nampak lagi benda biru itu di langit, tapi di kejauhan aku melihat sebuah menara. Mungkin cahaya semalam asalnya dari sana. Aku mengingat baik-baik posisi menara di kejauhan itu dan akan kupastikan nanti malam apakah cahaya biru itu datang dari sana. Sementara itu matahari mulai terbit, langit bersih, hanya tersaput awan sirus tipis-tipis menampilkan warna jingga yang makin lama makin terang dan memutih.

Rupanya cuaca cerah pagi ini hanya sebagai sambutan. Menjelang pukul sembilan langit mulai gelap. Suara klakson sepeda motor Bude sayur terdengar nyaring memasuki komplek. Iseng-iseng kuperhatikan klakson itu memiliki pola pendek-pendek empat kali di awal dan satu kali panjang di akhir, jika diterjemahkan sebagai sandi morse, maka polanya seperti ini ". . . . _" , pola itu artinya angka "4". Entah sengaja atau tidak si Bude berulang-ulang membunyikan angka empat, mungkin maksudnya agar kami, ibu-ibu komplek ini cepat-cepat (keluar dan membeli dagangannya).

Ketika sedang memilih sayuran, si Bude berkata :
"Besok saya nggak jualan Bu"
"Lho, mau ke mana Bude, liburan?" tanyaku.

"Enggak, kemarin itu diomongin, ponakan saya mau nikah, mau nganter"

"Oh gitu, berarti saya tak belanja sekalian buat besok", "Yang ini apa, tape?" tanyaku sambil menunjuk plastik bening berisi bungkusan daun pisang.

"Bukan, itu ketan, pakai serundeng, enak ini Bu, awet juga sampai sore nggak basi, serundengnya dipisah" jawabnya, sambil promosi.

"Oh, yang bungkusnya kecil-kecil ini serundengnya, berapa bude?"

"Tiga ribuan, ambil semua ya".

Akhirnya plastik bungkusan isi ketan itupun masuk ke dalam belanjaanku pagi ini.

Beberapa menit setelah Bude sayur berlalu, hujan pun turun. Ah, untung saja aku sudah selesai mencuci. Tadi pagi satu bak besar cucian berhasil kuselesaikan sambil memasak. Tentu saja gerombolan cucian itu tidak dikucek, alias langsung berendam air sabun sambil berputar-putar di mesin cuci. Teknologi memang seharusnya membuat pekerjaan jadi semakin ringan, Alhamdulillah.

Hujan turun terus hari ini, sampai menjelang adzan zuhur, hujan berhenti sebentar kemudian turun lagi. Barangkali, seperti bumi yang kering merindukan kehadirannya, hujan juga sebenarnya tidak kuat lagi bergelantungan di awan dan hanya melihat bumi dari atas sana. Karena ini adalah hari ketiga hujan turun berturut-turut, artinya sudah tiga hari juga aku tidak perlu menyiram bunga di halaman.

Akhir pekan, cuaca syahdu diguyur hujan, membuat mulutku kesepian. Dan itu membuatku teringat pada bungkusan ketan yang kubeli tadi pagi. Tidak lengkap rasanya kalau ketan serundeng dimakan begitu saja tanpa ditemani pelengkapnya, teh tubruk nasgitel. Maka aku menjerang air, menyeduh segelas teh dan membuka bungkusan ketan. Di luar dugaan, alih-alih ketan putih, ternyata isinya ketan hitam.

Duduklah aku menghadapi meja berkaki pendek di dekat jendela. Kunikmati manis gurihnya ketan hitam dengan serundengnya sambil menyesap teh tubruk yang masih panas. Hujan yang kulihat di luar jendela, menambah nikmat rasa hidangan ini. Hingga ketika ketan itu tersisa dua-tiga suap lagi, kudengar suara tangis bayi. Kusempatkan menyesap teh tubruk sekali, lalu bergegas menuju suara itu sambil berseru "i'm coming!". Singkat cerita, beberapa puluh menit kemudian, selesailah tulisan ini.

Thursday, October 1, 2020

THANK YOU

 



Thank you

For waking up so early in the morning

For leaving your home in the cold rainy morning

For bathing in the sun, or being stuck between the walls 

and going home so late at night

To provide your family


Thank you

For teaching us how to ride, how to drive, how to dream and how to fight

For make us know which one is wrong which one is right

For being our super hero day and night


Thank you 

For every thing you do to make us survive 

For reminding us the true happiness in the afterlife

For make us know that You love us 

with all your heart.


#KLIPMARET2020

#24_03_2020

MAWAR, PESONA SI CANTIK BERDURI


Lihat kebunku penuh dengan bunga

Ada yang putih dan ada yang merah

Setiap hari kusiram semua

Mawar melati semuanya indah


Lagu di atas pasti sangat akrab di telinga orang Indonesia. Lagu anak-anak yang diciptakan oleh Ibu Saridjah Niung atau yang lebih dikenal dengan nama Ibu Soed, biasanya menjadi salah satu lagu yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak pada tema tanaman. Bunga mawar dan bunga melati adalah bunga yang umum terdapat di halaman rumah pada masa lalu, adapun sekarang tanaman hias di pekarangan sangat bervariasi baik berupa aneka bunga maupun tanaman-tanaman eksotis. Jika bunga melati dikenal dengan warna putihnya yang indah namun bersahaja, bunga mawar justru dikenal keindahannya dengan warna merah merona. 


Monday, September 28, 2020

BELAJAR BERKUALITAS MELALUI KOMUNITAS

Manusia memiliki kebutuhan untuk hidup atau berkumpul bersama dengan manusia lainnya. Menyenangkan sekali jika kita bisa berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengan kita. Kesamaan inilah yang mendasari terbentuknya suatu komunitas dan menarik minat orang lain untuk bergabung ke dalamnya. Ketika saya mengikuti suami yang ditugaskan ke propinsi lain  (Sumatera Selatan) dan tinggal di lingkungan perkebunan dan pabrik gula pada tahun 2008, di sanalah awal saya masuk dalam beberapa komunitas baru yang memberi warna-warni pada hari-hari yang saya jalani.


Saya memilih mengikuti komunitas secara online saja, karena terbatas pada masalah transportasi untuk dapat bertatap muka dengan anggota lain. Komunitas yang pertama saya ikuti saat itu adalah sebuah grup crafter di Facebook yang dimotori oleh Nurul Septiani Tareem, namanya Ibu-Ibu Hobi Craft. Saat itu saya tertarik dengan aneka tutorial craft yang ada, terutama yang berupa jahitan (Sewing Craft). Ketika diadakan event Craft Swab atau pertukaran hasil karya, saya mendapat sebuah dompet rajut berbentuk kepik, dan mengirimkan sebuah dompet kain yang dijahit tangan, karena belum bisa menjahit dengan mesin. Inilah awal munculnya keinginan saya untuk memiliki dan bisa menggunakan mesin jahit.

Beberapa waktu kemudian saya juga bergabung dengan Grup Craftalova Fabric Club yang dibuat oleh mbak Ayu Ovira. Di grup ini saya mendapat banyak ilmu melalui berbagai tutorial yang dibagikan oleh sesama member. Saya juga menjadi percaya bahwa siapa pun bisa belajar menjahit, asalkan mau dan bersungguh-sungguh. Grup ini juga memiliki semacam sub grup yang dikhususkan untuk jual beli bahan Craft sehingga memudahkan member untuk mendapatkan alat dan bahan craft yang dibutuhkan. Sampai sekarang sebagian besar bahan tas dan kerajinan lain yang saya gunakan, diperoleh dari anggota grup ini.

Selain dunia craft, saya juga tertarik dengan kegiatan menulis. Lagi-lagi saya bergabung dengan sebuah grup Facebook bernama Komunitas Bisa Menulis, yang dibuat oleh sepasang suami istri penulis, Isa Alamsyah dan Asma Nadia. Setiap hari ada ratusan tulisan yang masuk, baik yang ditulis oleh para "penulis" maupun oleh member yang baru belajar menulis. Melalui komunitas ini saya juga melihat bahwa siapapun bisa menulis, dan siapapun yang tidak bisa, ia bisa belajar asalkan mau dan bersungguh-sungguh, termasuk belajar menulis yang baik dan benar sesuai kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia.

Meskipun hanya menjadi anggota biasa pada komunitas-komunitas yang saya ikuti di atas, pada akhirnya saya menyadari bahwa dengan bergabung bersama sebuah komunitas, selain menambah jumlah teman, kita juga bisa lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dukungan teman-teman dengan minat yang sama, menjadi semacam penyemangat untuk bisa berkarya dan meningkatkan kualitas karya berikutnya.  Di kampung halaman saya, di Lampung Utara,  saya mencoba membangun komunitas membaca, yang diawali dengan membuat sebuah taman baca dengan target anak usia sekolah SD-SMP.  Tujuan kami sederhana saja, meningkatkan minat baca dan menyediakan fasilitas bacaan anak yang berkualitas.  Kami berharap dengan membaca itu lah jendela-jendela pengetahuan terbuka dan anak-anak bergerak, bersemangat untuk meraih cita-cita mereka.

Sunday, September 27, 2020

 MELATI

Dulu, waktu saya masih SD, ada buku bacaan pelajaran Bahasa Indonesia yang salah satu halamannya bercerita tentang bunga melati. Gambar pada buku terbitan Balai Pustaka itu tidak berwarna, tepatnya hanya berwarna hitam putih, tanaman melatinya digambarkan rimbun dan berbunga lebat. Saya suka sekali dengan gambar dan narasi tentang melati pada halaman itu. Saya suka dengan penampakan dan aroma bunga melati, harumnya lembut dan awet. 

Saya ingat dulu neneknya sepupu saya sering memetik bunga melati untuk dijadikan campuran teh tubruk buatannya. Sampai sekarang saya masih suka melati, Alhamdulillah di halaman rumah ada perdu melati yang rimbun dan rajin berbunga. Aroma bunga melati tercium lebih harum semerbak pada sore dan pagi hari, ketika udara dingin dan agak basah.



Melati atau nama ilmiahnya Jasminum sambac adalah perdu yang tumbuh merambat dan dapat hidup bertahun-bertahun, daun melati berwarna hijau tua dan duduk berhadapan, bunganya putih kecil dengan aroma wangi yang kuat. Bunga melati terpilih menjadi salah satu puspa bangsa. Gambar bunga melati tertera pada pecahan uang logam 500 rupiah keluaran tahun 1990-an dan tahun 2000-an. Melati juga banyak disebut dalam syair lagu, misalnya; Lihat Kebunku, Melati dari Jayagiri, Rangkaian Melati, Melati Suci dan lain-lain.


Bunga melati banyak dimanfaatkan untuk alasan kecantikan dan kesehatan. Dalam tradisi jawa dan sunda pengantin wanita biasanya memakai hiasan kepala yang terbuat dari rangkaian bunga melati. Minyak yang disuling dari bunga melati dijadikan bahan parfum, kosmetik dan juga aroma terapi. Penggemar minuman teh, pasti tahu nikmatnya menyesap teh aroma melati baik panas maupun dingin. Secara tradisional air rendaman bunga melati dapat digunakan sebagai penyegar wajah.

Tanaman asli daerah tropis ini cocok untuk dibudidayakan di Indonesia. Cara menanamnya pun sangat mudah, batang melati yang sudah berkayu tapi belum terlalu tua, dipangkas, lalu dipotong menjadi beberapa bagian. Potongan batang ini kemudian dapat langsung ditanam di tanah atau media tanam dalam pot dan disiram secara teratur, dalam waktu kurang lebih satu minggu, akan mulai muncul tunas baru. 


Meskipun tanaman hias dan bunga populer selalu muncul silih berganti, kepopuleran melati tetap bersemi. Keindahan dan wangi bunga melati memberikan efek menenangkan. Mungkin karena terkenal sebagai bunga biasa itu lah, tanaman melati jarang ditemui dijual di lapak-lapak bunga. Umumnya kita justru menemukan melati pada penjual bunga tabur. Padahal, menghirup udara pagi yang segar dengan aroma wangi melati yang menguar adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Tanaman melati juga tergolong bunga yang aman untuk ditanam, setidaknya kita tidak perlu repot-repot mengeluarkan tanaman ini di pagi hari lalu memasukkannya ke rumah di malam hari, agar tidak diambil pencuri.

Tuesday, September 15, 2020



SAYANGKU

Sayang, lihatlah pohon yang dulu kita tanam
Sekarang ia sudah tumbuh lebih besar
Batangnya yang dulu lemah, kini mulai kuat
Ranting-rantingnya bertambah dan berdaun lebat.

Sayang, bantu aku merawat tanaman kita
Menyiram, memupuk dan menyiangi gulma di sekitarnya
Lihat, pohon itu menari-nari bersama hembusan angin
Dan bernyanyi bersama rinai hujan

Sayang, nanti jika telah tiba saatnya
Biarkan kuncup-kuncup pohon ini mekar dengan sempurna
Biar aku dan kamu bisa menikmati keindahan itu
Dan memetik buah yang telah lama kita tunggu.

Pematang Wangi 16 September 2020, 
Mengenang tanggal yang sama di tempat yang berbeda, 14 tahun yang lalu

LASMI

Senja itu langit berwarna keemasan dan awan merah mulai nampak di cakrawala. Di depan toko besi Mega Baja dekat bundaran Haji Mena, sebuah bus antar kota jurusan Rajabasa-Kasui berhenti. Beberapa penumpang turun dan segera berlalu dengan kendaraan yang menjemput mereka, sebagian lagi memilih naik ojek yang banyak terdapat di sana. Suasana semakin ramai, warung-warung tenda sudah berdiri, harum aroma beraneka masakan merebak di udara. Pada kabel-kabel listrik yang membentang, kerumuman burung Sriti bertengger berjajar, sebagiannya lagi terbang kesana-kemari, hiruk pikuk menyambut datangnya malam. Sementara itu Lasmi mulai gelisah. Sudah lebih dari satu jam ia berdiri di tempatnya menunggu jemputan. Melalui pesan WA yang dikirimnya kemarin, Andri, calon suaminya, berjanji akan menjemputnya.


Sekarang langit sudah benar-benar gelap. Lasmi sudah lelah berdiri, perutnya juga kelaparan. Ia memutuskan untuk masuk ke salah satu warung tenda, memesan seporsi pecel lele dan segelas teh panas. Segar sekali rasanya ketika teh manis panas itu melewati kerongkongannya. Perlahan, ia keluarkan Hape dari dalam tas, dibacanya lagi pesan-pesan dari Andri. Hari ini kekasihnya itu pasti sibuk sehingga susah untuk dihubungi. Lelaki itu, dikenalnya Tiga bulan yang lalu. Mereka bertemu di Pinusan, sebuah lokasi ekowisata di Lampung Barat. Andri mengaku tinggal di Bandar Lampung dan bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta, sedangkan Lasmi sendiri tinggal di Ujan Mas, sebuah desa di dekat area Pinusan, sehari-hari Lasmi bekerja di toko pakaian milik kerabatnya. Setelah bertukar nomor telepon, mereka berdua mulai sering mengirim pesan dan video call. Hingga suatu hari Andri menyatakan cintanya dan bermaksud meminang Lasmi sebagai istri. Hati Lasmi berbunga-bunga menerima cinta Andri. Bayangan pernikahan dan pergi dari desanya menari-nari dibenaknya. Ya, sudah lama Lasmi merasa bosan tinggal di desanya. Gadis Dua puluh tiga tahun itu merasa terperangkap di kampungnya sendiri. Teman-teman seusianya sudah menikah, bekerja atau merantau ke Jawa. Lasmi juga ingin melihat dunia di luar sana. Kedua orang tua Lasmi sudah meninggal ketika ia berusia tujuh tahun. Sejak saat itu, Lasmi diasuh oleh Bibi, adik dari ibunya. Kini Lasmi bekerja di sebuah toko dan mengerjakan tugas sehari-hari di rumah bibinya itu.

Nasi di piring Lasmi sudah habis, rupanya Ia benar-benar kelaparan. Teh dalam gelas Lasmi masih tersisa seperempat lagi, ketika dua lelaki muda masuk ke warung tenda itu. Mereka duduk di meja sebelah Lasmi, sehingga ia bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka.

"Makan yang banyak Bro, gua yang traktir" kata lelaki yang memakai jaket hitam itu pada temannya.
"Aseek, tumben nih, lagi banyak duit lo?" Jawab si teman kegirangan. Sambil membuka topi merahnya, diraihnya daftar menu warung itu.
" Gua barusan dapet duit dari Andri" jawab si jaket hitam.
"Utangnya waktu main dulu itu?" Sahut si topi merah.
"Yoi, lumayan lah, baru bayar setengahnya dia, Lima juta, setengahnya lagi ntar katanya, minggu-minggu ini. Awas aja kalo dia nggak bayar, gua kan tahu rumah sama keluarganya"
"Udah kerja lagi tah si Andri, punya duit dia sekarang " si Topi merah bertanya, sambil meraih gelas kopi.
" Tau deh, cuman denger-denger sih dia dapet cewek waktu jalan-jalan ke Pinusan, suka ngasih duit tuh ceweknya, cinta mati kayaknya" jawab si jaket hitam.

Lasmi terkesiap, mendengar nama Andri dan Pinusan. Mungkinkah itu Andri yang dikenalnya, pikir Lasmi. Laki-laki itu memang pernah meminjam uang padanya, Sepuluh juta rupiah. Lasmi tidak punya uang sebanyak itu, maka mula-mula ia mengambil tabungannya sebanyak tiga juta rupiah, mengirimkannya pada Andri yang mengaku harus membiayai operasi Ayahnya. Lalu Lasmi mengirimkan semua gaji dan bonus yang didapat bulan berikutnya sebanyak dua juta rupiah. Karena masih kurang, Lasmi menjual kalung dan cincin hasil kerjanya bertahun-tahun sejak lulus SMA, uang itu ia kirimkan kemarin dengan tergesa-gesa karena Andri mengaku Ayahnya harus dioperasi hari itu juga. Hari ini Lasmi bermaksud menjenguk calon ayah mertuanya, meskipun awalnya melarang, tapi akhirnya Andri berjanji akan menjemputnya. Kekasihnya itu menyuruhnya menunggu di bundaran Haji Mena, ia berjanji akan menjemputnya.

Lasmi menggeser posisi duduknya, ia harus memastikan apakah Andri yang dibicarakan oleh kedua lelaki itu adalah kekasihnya.
Kedua lelaki itu sudah selesai makan. Si Jaket merah membaca pesan yang baru masuk di Hapenya.
"Cabut yok, ngambil duit tempat Andri udah dapet dia yang lima juta" ajaknya pada temannya.
" Aseek, besok-besok ajak main lagi si Andri Bos, pesta terus kita, hahaha".

Lutut Lasmi bergetar, tungkainya terasa lemas. Dia hampir tak mendengar apa yang dikatakan pemilik warung, saat menanyakan apakah Lasmi sudah selesai makan. Tiba-tiba Lasmi sadar, dia harus mengejar kedua lelaki tadi dan mencari tahu di mana rumah Andri. Tapi terlambat, sepeda motor kedua lelaki itu sudah melaju di jalan raya. Lasmi mematung beberapa saat, lalu masuk kembali ke dalam warung, membayar makanannya dan meraih tasnya. Lasmi ingin pulang, malam ini juga.

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...