Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Sunday, November 29, 2020

DIGITAL DETOX

 

Beberapa hari yang lalu, saya membuka notifikasi email baru yang tertera di layar depan ponsel. Salah satunya sebuah email promosi buku, dari pengasuh grup Facebook tentang melukis. Menariknya, si penulis menggunakan tema digital detox untuk mempromosikan buku terbarunya tersebut. Saya jadi tertarik untuk tahu lebih lanjut tentang apa sebenarnya digital detox itu.


Istilah digital detox diartikan sebagai tindakan secara sukarela untuk berhenti sejenak dari mengakses internet utamanya sosial media. Konon, istilah ini mulai terkenal seiring dengan maraknya penggunaan gawai terutama untuk mengakses informasi dari internet dan jejaring media sosial. Bagi beberapa orang, penggunaan gawai yang terhubung dengan internet sudah seperti udara, tak bisa hidup tanpanya. Maka, sering kita melihat orang yang sambil ngobrol main Hape, sebentar-sebentar buka WA, FB, atau medsos lain untuk mengecek apakah ada yang baru. Contoh lain misalnya masakan jadi gosong ditinggal jalan-jalan ke dunia maya, atau bahkan merasa panik dan cemas ketika tiba-tiba hape mati atau kehabisan kuota karena takut ketinggalan berita. 


Di masa pandemi covid-19 ini, kegiatan Kerja Dari Rumah dan Belajar Dari Rumah, mau tidak mau memaksa banyak orang dan bahkan anak-anak terpapar informasi digital lebih banyak dari hari-hari biasa. Jenuh, demikian yang dirasakan oleh salah satu teman saya, yang setiap hari harus berkutat dengan tugas-tugas (miliknya, anaknya dan murid-muridnya)yang saya yakin juga dirasakan oleh banyak orang lain. Pada kasus lain, justru ada orang yang tidak bisa lepas sama sekali dari gawainya, bahkan saat ke toilet di rumahnya sendiri pun, gawai ikut dibawa. Lantas, kapan kita harus melakukan digital detox? untuk berapa lama? apa yang harus dilakukan selama digital detox itu? bagaimana kalau pekerjaan kita mengharuskan untuk selalu terhubung dengan internet?.


Untuk memulai digital detox, bisa dilakukan dengan rehat sejenak dari gawai, cukup selama beberapa menit saja, cabut konektivitas kita dari internet, tidak perlu mematikan gawai, cukup matikan notifikasinya. Saat yang tepat untuk rehat sejenak ini misalnya pada waktu makan. Jika ingin mengabadikan kenangan, lakukan sebelum makan atau sesudahnya. 

Jika punya waktu luang lebih lama kita punya banyak pilihan kegiatan untuk digital detox, misalnya membaca buku, berkebun, olah raga, memasak, memancing, gotong royong membersihkan rumah, menjahit dan lain-lain.


Rehat sejenak dari informasi digital memberi kita kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar di dunia nyata, juga dapat meningkatkan konsentrasi karena kita menjadi terbebas dari pengalih perhatian.  Semestinya teknologi memang memudahkan kita untuk terhubung dengan orang-orang yang berada di luar jangkauan fisik, dan mempercepat akses informasi, tapi seharusnya hal itu tidak malah membuat kita berada di luar jangkauan orang-orang terdekat. Maka dari itu tentukan sendiri waktu dan lamanya digital detox yang akan kita lakukan, dan rasakan sendiri manfaatnya.  Kalau pada saat melakukan digital detox, kita justru merasa lebih gelisah karena berpisah dengan gawai, itu tandanya kita harus sering-sering melakukannya.



No comments:

Post a Comment

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...