Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan
Showing posts with label Film. Show all posts
Showing posts with label Film. Show all posts

Wednesday, January 25, 2023

Rise of Empire : Ottoman, Season 1 Ep 4


RISE OF EMPIRES : OTTOMAN (Resensi Drama) 
 Season 1 : Conquest of Constantinople 
 Episode 4: Loose Lips Sinks Ships 


 Judul episode ke empat ini cukup unik "Loose Lips Sinks Ship" yang kalau diterjemahkan secara bebas artinya bibir yang longgar menenggelamkan kapal. Ini adalah sebuah peribahasa pada zaman perang dunia yang artinya kira-kira tidak bisa menjaga rahasia akan menimbulkan bencana. Bibir siapa yang tidak bisa menjaga rahasia dan menyebabkan bencana akan terungkap di episode ini.
  
Perang adalah tipu daya, selain kekuatan militer untuk bisa memenangkan perang juga dibutuhkan strategi yang tepat, kepemimpinan yang bagus, serta kesolidan pasukan. Di episode empat ini Mehmed benar-benar mencurahkan semua kemampuannya untuk tetap teguh dan memenangkan misi penaklukan Konstantinopel.
Pengepungan benteng Konstantinopel telah memasuki pekan ke 3 dan benteng yang masih terus dihujani tembakan meriam basilika itu tetap berdiri. Mehmed berusaha membuka front lain yaitu dari laut. Ide gila yang Ia sampaikan pada Zaganos Pasha adalah memindahkan kapal perang Turki dari laut Bosporus ke dalam selat Tanduk Emas (Golden Horn) tanpa harus melewati rantai penghadangnya. Jadi sejumlah 76 kapal perang akan diangkat ke darat lalu ditarik melalui hutan sepanjang 2,5 Km di wilayah Galata tepatnnya di belakang pegunungan Pera dan nantinya dicemplungkan lagi langsung ke sisi dalam perairan Tanduk Emas. 

Pohon-pohon sepanjang jalur yang akan dilintasi kapal ditebang dan dijadikan semacam bantalan rel lalu dilapisi lemak hewan agar licin. Untuk menyamarkan kegiatan ini meriam basilika terus ditembakkan dan serangan pasukan ke benteng tetap dilancarkan. Sedangkan untuk menjaga kerahasiaan misi istimewa ini Mehmed menjadikan penguasa Galata Lord Lomellini sebagai sekutunya dan menjanjikan hadiah khusus baginya nanti ketika Konstantinopel ditaklukkan. Sementara itu beredar kabar bahwa armada kapal dari venesia sedang menuju konstantinopel. 

Setelah berhari-hari pembuatan jalan untuk kapal pun selesai, hanya dalam waktu satu malam 76 kapal perang Turki berhasil dipindahkan ke perairan Tanduk Emas, peristiwa ini mengguncangkan konstantinopel. Prajurit yang berjaga di benteng dialihkan sebagian untuk mempertahankan sisi benteng sepanjang pantai Tanduk Emas. Konstantinopel dilanda kecemasan, bahkan bila armada Venesia datang mereka tidak akan bisa berlabuh. 
Konstantinopel merencanakan penyergapan kapal Turki, misi itu dikepalai oleh perwira angkatan laut Venesia bernama Giacomo Coco. Untuk melakukan penyergapan mereka harus melewati perairan yang masuk wilayah Galata yang saat itu adalah daerah koloni Genova (Genoa). Orang-orang Genoa ingin ikut dalam misi penyergapan ini dan minta rencana penyergapan dirancang sempurna hingga penyergapan itu tertunda selama beberapa hari. 

Pada tanggal 28 April malam hari, bertepatan dengan hari ke 23 pengepungan, misi penyergapan dilakukan. Coco dan anak buahnya berencana menggunakan Greek Fire (Api Yunani) untuk menyabotase kapal-kapal Turki dan membakarnya sampai tenggelam. Greek Fire adalah zat yang digunakan oleh John Grant untuk membakar para penggali terowongan (episode 2). Sebelum menjalankan misinya Giacomo Coco menitipkan surat kepada Giovani Giustiniani agar disampaikan kepada anak dan istrinya jika nanti Ia tak kembali hidup-hidup. 

Saat hari benar-benar gelap dan adzan Isya berkumandang, Giacomo Coco memimpin anak buahnya mendekati kapal-kapal Turki dan memerintahkan mereka menyiapkan Greek Fire. 



Namun, tiba-tiba lampu di menara Galata menyala, Giacomo Coco menyadari misi penyergapannya bocor tapi semuanya sudah terlambat, meriam basilika menembaki kapal-kapal kecil pasukan Giacomo Coco yang memuat Greek fire dan pasukan pemanah menghujani mereka dengan panah api. Pasukan penyergap itu justru disergap balik oleh pasukan Turki.

#KLIP2023
#KelasLiterasiIbuProfesional

Friday, January 20, 2023

Rise Of Empire : Ottoman (Resensi Drama) Season 1 Ep 1

Judul : Rise of Empires : Ottoman 
Jumlah Musim : 2 
Jumlah episode: 12 
 Genre : Dokudrama 
 Negara asal: Turki 
 Bahasa asli: Inggris, Turki 
 Penulis : Kelly McPherson 
 Sutradara: Emre şahin 
 Pemeran utama : Cem Yiğit Üzümoğlu 
 Durasi : 45 menit 
 Jaringan distribusi : Netflix 

Serial ini menceritakan tentang kebangkitan dan masa kejayaan kesultanan Turki Usmani pada masa kepemimpinan sultan Muhammad Al Fatih (dalam drama ini disebut Mehmed). Terbagi menjadi dua musim (season) tayang, season pertama bertajuk The Conquest of Constantinople terdiri atas 6 episode. Season kedua Mehmed vs Vlad juga terdiri atas 6 episode. Masing-masing episode memiliki judul sesuai dengan tema besarnya.
Sebagai serial dengan kategori dokudrama maka selain adegan-adegan seperti layaknya serial lain, dalam serial ini terdapat juga narasi dari beberapa tokoh. Buat saya pribadi awalnya komentar dan narasi para tokoh ini terasa agak mengganggu karena tiba-tiba muncul di tengah jalannya cerita, kenapa keterangan yang mereka sampaikan kok tidak dimasukkan saja dalam adegan atau dalam bentuk narasi baik teks atau suara saja di awal. Tapi, dokudrama ternyata memang begitu, karena berdasarkan fakta sejarah yang pernah terjadi. Jadi ya dinikmati saja tayangannya. 
Resensi ini dibuat berdasarkan tayangan dramanya ya, jadi kalau ada yang tidak sama atau tidak ada ceritanya di fakta sejarah itu biasa saja, karena dalam dokudrama fakta-faktanya memang didramatisir.

Season 1: The Conquest of Constantinople 
Episode 1 : The New Sultan 

Pada tahun 1451 Mehmed, sang pangeran berusia 19 tahun yang sedang menjabat sebagai gubernur Manisa Provinsi Aegea menerima berita wafatnya sang ayah sultan Murad II. Ia dan orang kepercayaannya Zaganos Pasha bergegas kembali ke Ibu Kota untuk mengklaim tahta. Berdasarkan tradisi saat itu, jika seorang sultan mangkat maka tahtanya tidak hanya bisa diwarisi oleh keturunannya melainkan seluruh dinasti kerabat kerajaan bisa saja mengklaim tahta. Salah satu kerabat Mehmed yang memiliki hak klaim itu adalah pangeran Orhan yang pada saat itu "ditawan" di konstantinopel oleh kekaisaran Romawi. 

Mehmed memulai pemerintahannya dengan membasmi pemberontakan di Anatolia. Kemudian tekanan mulai datang dari pihak Romawi, mereka meminta pembayaran tiga kali lipat sebagai biaya pemeliharaan dan keamanan pangeran Orhan. Romawi mengancam akan membebaskan dan membiayai serta mempersenjatai pangeran Orhan untuk mengklaim tahta. Artinya jika pangeran Orhan dibebaskan maka kesultanan turki terancam mengalami konflik horisontal paling mengerikan yaitu perang saudara.

Mehmed menolak permintaan Romawi bahkan membalasnya dengan membangun benteng di depan selat Bosphorus, prinsipnya semua yang di dalam benteng adalah milik Romawi sedangkan semua yang di luar benteng adalah miliknya (Kesultanan Turki). Hal ini sama saja dengan menabuh genderang perang, maka Constatine segera menggalang dukungan dari wilayah-wilayah kekaisaran Romawi. Sementara itu Mehmed pantang mundur, Ia berhasil mendapat dukungan wazir agung Halil Pasha yang dulunya juga wazir agung sultan Murad II, cita-citanya sudah jelas, menaklukkan konstatinopel.

Mehmed mulai mengumpulkan pasukan dan bergerak bertahap menghancurkan pos-pos Romawi, Ia juga meng-upgrade persenjataannya dengan mempekerjakan Orban dan Jacob, Ayah beranak pembuat senjata asal Hungaria. Orban menawarkan sebuah senjata baru yang diyakini bisa menjebol benteng konstantinopel, meriam basilika. 
Diam-diam Constantine juga rupanya punya senjata rahasia, tentara bayaran dari Genova yang dipimpin oleh Giovanni Giustiniani Longo, aslinya orang ini adalah bajak laut dan buronan di negrinya sendiri. Sebagai penyemangat, Contantine menjadikannya kepala pasukan Darat. 

Pada tanggal 2 April 1453 pasukan Mehmed sampai di depan benteng konstantinopel. Di antara pasukan itu terdapat kesatuan khusus yang paling ditakuti, Janissary. Di dalam benteng Giustiniani berkenalan dengan Therma, putri dari George Sphrantzes, seorang sejarawan sekaligus perwira romawi. Empat hari kemudian pada tanggal 6 April 1453 Mehmed mengirim utusan dan penawaran terakhir untuk gencatan senjata kepada kaisar Constantine. Isi penawaran itu adalah seluruh rakyat konstantinopel tidak akan disakiti, tidak dijarah hartanya dengan syarat kaisar Constantine menyerah, membuka gerbang dan mencium tangan sang sultan. Tawaran ini ditolak, dan Mehmed memerintahkan agar Meriam basilika ditembakkan. 

Secara umum episode satu ini tidak banyak nuansa dramanya, ceritanya maju terus mengisahkan langkah-langkah Mehmed menuju penaklukan konstantinople. Satu-satunya bagian yang agak ringan justru pada saat sultan bertemu Orban si pembuat meriam basilika. Saran saya kalau mau nonton drama ini jangan sambil ngemil, nanti tahu-tahu cemilan habis ceritanya belum selesai. 

#KLIP2023 
#KelasLiterasiIbuProfesional

Tuesday, September 15, 2020

PENDEKAR TONGKAT EMAS (Resensi Film)



Judul: Pendekar Tongkat Emas
Tahun Produksi: 2014
Tanggal Tayang: 18 Desember 2014
Jenis Film: Laga/ Silat
Durasi: 112 menit
Negara Asal: Indonesia
Sutradara: Ifa Isfansyah
Penulis Naskah: Jujur Prananto, Mira Lesmana, Seno Gumira Ajidarma

Produser: Mira Lesmana, Riri Riza
Produksi: Miles Film
Pemain: Christine Hakim, Eva Celia, Reza Rahardian, Tara Basro, Aria Kusumah, Nicholas Saputra, Darius Sinathrya, Prisia Nasution, Slamet Raharjo


Film dibuka dengan adegan Cempaka (Christine Hakim) seorang pesilat hebat bergelar Pendekar Tongkat Emas, sedang berlatih, disambung dengan narasi tentang kehidupan seorang pendekar dan beberapa pertarungan. Cempaka kemudian memperkenalkan murid-murid sekaligus anak angkatnya, yaitu Mirah Dara (Eva Celia), Daya Gerhana (Tara Basro), dan Lembah Angin (Aria Kusumah). Kecuali Angin, ketiga anak angkat Cempaka adalah anak dari musuh-musuh yang dikalahkan dan terbunuh oleh Cempaka sendiri. Ia mengasuh mereka sebagai bentuk pertanggungjawaban karena telah membunuh orang tua mereka. Sedangkan Angin adalah anak yang dibuang dan ia temukan, kemudian juga diasuh sebagai anak sekaligus murid.

Hari itu, Cempaka mengutus Biru dan Gerhana menyaksikan pertandingan silat di Perguruan Sayap Merah dan berpesan agar mereka kembali pada malam hari, untuk menemuinya, bersama Dara dan Angin. Ternyata, Cempaka mewariskan senjata pusaka Tongkat Emas sekaligus jurus pamungkasnya. Alih-alih mewariskan pada Biru yang merupakan murid tertua dan terkuat, Cempaka justru memilih Dara. Ia akan pergi membawa Dara untuk berlatih jurus itu dan juga membawa angin dengan alasan untuk menjaga kesehatannya yang kian memburuk.

Keesokan harinya, di tengah perjalanan, Biru dan Gerhana menyergap guru dan adik seperguruan mereka. Biru tidak terima tongkat emas jatuh ke tangan orang lain. Cempaka berusaha melindungi Dara dan angin, hingga ia tewas di tangan muridnya sendiri. Meskipun awalnya Dara dan Angin berhasil melarikan diri, namun Biru dan Gerhana berhasil mengejar mereka. Dara dan Angin terjatuh ke dalam jurang setelah terkena pukulan Biru, namun mayat mereka dan tongkat emas tidak ditemukan di dasar jurang.

Biru dan Gerhana kembali ke Perguruan Sayap Merah, mereka menyebarkan fitnah bahwa Dara telah membunuh Cempaka dan kabur membawa tongkat emas. Para pendekar dikerahkan untuk memburu Dara. Biru dan Gerhana kemudian mengajukan diri menjadi murid Perguruan Sayap Merah. Sementara itu, Dara dan Angin rupanya diselamatkan oleh Elang (Nicholas Saputra), yang membawa mereka ke sebuah perkampungan. Ketika kondisi Dara dan Angin membaik dan mereka hendak melanjutkan perjalanan, Elang bertanya apakah mereka tahu kemana harus mencari Pendekar Naga Putih. Hal ini mengejutkan Dara dan Biru dan mempertanyakan identitas Elang, sebab pada malam Cempaka mewariskan tongkat emas, sang Guru berwasiat apabila ia meninggal sebelum sempat mengajarkan jurus pamungkas yaitu tongkat emas melingkar bumi, Dara dan Angin harus menemui Pendekar Naga Putih. Rupanya hanya ada dua orang yang menguasai jurus pamungkas tongkat emas yaitu Cempaka dan Naga Putih.

Ketika Elang sedang keluar dari perkampungan, para pendekar menyerbu untuk menangkap Dara. Angin mengorbankan dirinya agar Dara dapat selamat. Namun, keesokan harinya Dara kembali ke perkampungan dan mendapat pesan agar menyerahkan tongkat emas jika ingin membebaskan Angin. Dara terpaksa menukar tongkat emas dengan Angin. Tidak puas hanya mendapat tongkat emas, Biru dan Gerhana mengejar Dara dan Angin. Kali ini Angin mengorbankan nyawanya menyelamatkan Dara. Kembali ke Perguruan Sayap Merah, Gerhana dan Biru berhasil memperdaya pimpinan Perguruan sehingga Biru menjadi pewaris perguruan. Ia kemudian mengganti nama Perguruan Sayap Merah menjadi Perguruan Tongkat Emas. Perguruan-perguruan silat lain kemudian lebih memilih bergabung dengan Biru, daripada menentang yang beresiko dihancurkan.

Dara kembali bertemu dengan Elang, yang ternyata adalah anak dari Cempaka dan Pendekar Naga Putih (Darius Sinathrya). Elang juga menguasai jurus pamungkas tongkat emas. Bertekad untuk merebut kembali tongkat emas dan menuntut keadilan atas kematian guru dan adik seperguruannya, Dara pun dengan mantap memohon untuk menjadi murid Elang dan diizinkan berlatih jurus pamungkas yang ternyata harus dilakukan berpasangan. Berhasilkah Dara menjalankan misi itu? pembaca harus menonton sendiri kelanjutan film ini.

Kehadiran film silat berlatar jaman para pendekar merupakan angin segar di dunia perfilman Indonesia. Film ini menjadi semacam pengobat rindu bagi penggemar film silat, katakanlah generasi penikmat film Saur Sepuh, Tutur Tinular, Si Buta dari Goa Hantu dan sejenisnya, juga generasi yang sempat membaca novel sejenis Wiro Sableng atau Pendekar Rajawali Sakti. 
Pemilihan lokasi syuting di Sumba Timur yang eksotis juga menambahkan nilai tersendiri. Panorama padang rumput yang luas dan bukit-bukit hijau di bawah langit biru, seakan membawa penonton ke sebuah negri para peri. Sayangnya, meskipun judulnya Pendekar Tongkat Emas, namun permainan tongkat sebagai senjata pada film ini terkesan biasa saja, tidak ada adegan memainkan tongkat sambil beratraksi seperti para murid kuil shaolin misalnya. Selain itu dalam film ini juga masih ada adegan klise khas film silat, yaitu ketika sang tokoh utama jatuh ke jurang namun tetap selamat, karena ditangkap oleh sang penolong yang entah bagaimana kebetulan lewat di lokasi itu.

Tokoh Cempaka, meskipun hanya ada di bagian awal film, tetap menjadi tokoh sentral film ini, ia adalah gambaran seorang guru yang terpaksa 'menelantarkan' anaknya sendiri, demi sebuah tanggung jawab. Sekaligus sebuah penggambaran upaya membayar hutang nyawa yang gagal, meskipun Cempaka mengasuh anak-anak musuhnya, ternyata dendam tetap bersemayam dalam hati anak-anak itu. Film ini meraih penghargaan pada Festival Film Indonesia tahun 2015 untuk kategori pemeran pendukung wanita terbaik yang diraih oleh Christine Hakim dan pemeran anak-anak terbaik oleh Aria Kusumah, yang tampil menawan dengan kepala gundulnya.


Pematang Wangi 15 September 2020, Berkejaran dengan waktu.

#KLIP_SEPT_2020
#15_09_2020_01 

Catatan Delia

CABE JAWA

Pagi itu adalah hari kedua kami liburan ke rumah Eyang. Saya bermaksud membuat sarapan namun beberapa bahan dapur sudah habis. Masih pukul...