Menulis mengikat pengetahuan, mengabadikan kenangan, membagi kebahagiaan

Friday, January 20, 2023

Rise Of Empire : Ottoman (Resensi Drama) Season 1 Ep 1

Judul : Rise of Empires : Ottoman 
Jumlah Musim : 2 
Jumlah episode: 12 
 Genre : Dokudrama 
 Negara asal: Turki 
 Bahasa asli: Inggris, Turki 
 Penulis : Kelly McPherson 
 Sutradara: Emre şahin 
 Pemeran utama : Cem Yiğit Üzümoğlu 
 Durasi : 45 menit 
 Jaringan distribusi : Netflix 

Serial ini menceritakan tentang kebangkitan dan masa kejayaan kesultanan Turki Usmani pada masa kepemimpinan sultan Muhammad Al Fatih (dalam drama ini disebut Mehmed). Terbagi menjadi dua musim (season) tayang, season pertama bertajuk The Conquest of Constantinople terdiri atas 6 episode. Season kedua Mehmed vs Vlad juga terdiri atas 6 episode. Masing-masing episode memiliki judul sesuai dengan tema besarnya.
Sebagai serial dengan kategori dokudrama maka selain adegan-adegan seperti layaknya serial lain, dalam serial ini terdapat juga narasi dari beberapa tokoh. Buat saya pribadi awalnya komentar dan narasi para tokoh ini terasa agak mengganggu karena tiba-tiba muncul di tengah jalannya cerita, kenapa keterangan yang mereka sampaikan kok tidak dimasukkan saja dalam adegan atau dalam bentuk narasi baik teks atau suara saja di awal. Tapi, dokudrama ternyata memang begitu, karena berdasarkan fakta sejarah yang pernah terjadi. Jadi ya dinikmati saja tayangannya. 
Resensi ini dibuat berdasarkan tayangan dramanya ya, jadi kalau ada yang tidak sama atau tidak ada ceritanya di fakta sejarah itu biasa saja, karena dalam dokudrama fakta-faktanya memang didramatisir.

Season 1: The Conquest of Constantinople 
Episode 1 : The New Sultan 

Pada tahun 1451 Mehmed, sang pangeran berusia 19 tahun yang sedang menjabat sebagai gubernur Manisa Provinsi Aegea menerima berita wafatnya sang ayah sultan Murad II. Ia dan orang kepercayaannya Zaganos Pasha bergegas kembali ke Ibu Kota untuk mengklaim tahta. Berdasarkan tradisi saat itu, jika seorang sultan mangkat maka tahtanya tidak hanya bisa diwarisi oleh keturunannya melainkan seluruh dinasti kerabat kerajaan bisa saja mengklaim tahta. Salah satu kerabat Mehmed yang memiliki hak klaim itu adalah pangeran Orhan yang pada saat itu "ditawan" di konstantinopel oleh kekaisaran Romawi. 

Mehmed memulai pemerintahannya dengan membasmi pemberontakan di Anatolia. Kemudian tekanan mulai datang dari pihak Romawi, mereka meminta pembayaran tiga kali lipat sebagai biaya pemeliharaan dan keamanan pangeran Orhan. Romawi mengancam akan membebaskan dan membiayai serta mempersenjatai pangeran Orhan untuk mengklaim tahta. Artinya jika pangeran Orhan dibebaskan maka kesultanan turki terancam mengalami konflik horisontal paling mengerikan yaitu perang saudara.

Mehmed menolak permintaan Romawi bahkan membalasnya dengan membangun benteng di depan selat Bosphorus, prinsipnya semua yang di dalam benteng adalah milik Romawi sedangkan semua yang di luar benteng adalah miliknya (Kesultanan Turki). Hal ini sama saja dengan menabuh genderang perang, maka Constatine segera menggalang dukungan dari wilayah-wilayah kekaisaran Romawi. Sementara itu Mehmed pantang mundur, Ia berhasil mendapat dukungan wazir agung Halil Pasha yang dulunya juga wazir agung sultan Murad II, cita-citanya sudah jelas, menaklukkan konstatinopel.

Mehmed mulai mengumpulkan pasukan dan bergerak bertahap menghancurkan pos-pos Romawi, Ia juga meng-upgrade persenjataannya dengan mempekerjakan Orban dan Jacob, Ayah beranak pembuat senjata asal Hungaria. Orban menawarkan sebuah senjata baru yang diyakini bisa menjebol benteng konstantinopel, meriam basilika. 
Diam-diam Constantine juga rupanya punya senjata rahasia, tentara bayaran dari Genova yang dipimpin oleh Giovanni Giustiniani Longo, aslinya orang ini adalah bajak laut dan buronan di negrinya sendiri. Sebagai penyemangat, Contantine menjadikannya kepala pasukan Darat. 

Pada tanggal 2 April 1453 pasukan Mehmed sampai di depan benteng konstantinopel. Di antara pasukan itu terdapat kesatuan khusus yang paling ditakuti, Janissary. Di dalam benteng Giustiniani berkenalan dengan Therma, putri dari George Sphrantzes, seorang sejarawan sekaligus perwira romawi. Empat hari kemudian pada tanggal 6 April 1453 Mehmed mengirim utusan dan penawaran terakhir untuk gencatan senjata kepada kaisar Constantine. Isi penawaran itu adalah seluruh rakyat konstantinopel tidak akan disakiti, tidak dijarah hartanya dengan syarat kaisar Constantine menyerah, membuka gerbang dan mencium tangan sang sultan. Tawaran ini ditolak, dan Mehmed memerintahkan agar Meriam basilika ditembakkan. 

Secara umum episode satu ini tidak banyak nuansa dramanya, ceritanya maju terus mengisahkan langkah-langkah Mehmed menuju penaklukan konstantinople. Satu-satunya bagian yang agak ringan justru pada saat sultan bertemu Orban si pembuat meriam basilika. Saran saya kalau mau nonton drama ini jangan sambil ngemil, nanti tahu-tahu cemilan habis ceritanya belum selesai. 

#KLIP2023 
#KelasLiterasiIbuProfesional

No comments:

Post a Comment

Catatan Delia

PERANGKAP HEBAT SOMA

Saya sedang berusaha merapikan koleksi buku bacaan anak yang saya bawa dari rumah Bandar Lampung ke rumah Cinta Manis. Tadinya buku-buku i...