Season 1 : Conquest of Constantinople
Episode 6/Finale : (Ashes to Ashes)
Part 1
Kepanikan melanda seisi benteng Konstantinopel, Armada kapal dari Venesia yang diharapkan sebagai bala bantuan tak kunjung tiba, padahal kabar kedatangannya sudah beredar berminggu-minggu. Setelah memastikan bahwa mereka harus mempertahankan bentengnya tanpa bantuan Kaisar memilih tetap bertahan, meskipun Loukas Notaras menawarkan agar kaisar dan seisi istana mengungsi ke Galata. Giustiniani yakin Mehmed akan menyerang benteng sisi darat melalui gerbang St. Romanus sehingga ia menempatkan lebih banyak pasukan dan tambahan meriam di sana. Tambahan meriam itu berasal dari meriam yang dipakai Loukas Notaras untuk mempertahankan sisi benteng yang menghadap selat Tanduk Emas. Semula Loukas Notaras menolak menyerahkan meriam-meriamnya tapi kaisar lebih mendukung strategi pertahanan yang diusulkan Giustiniani.
Pasukan Mehmed mulai menyerang dengan tembakan meriam ke arah benteng yang rusak untuk semakin melemahkannya dan membuka jalan masuk. Di dalam benteng warga sipil berlarian mencari perlindungan, Giustiniani meminta Therma untuk pergi bersama sebanyak orang yang bisa dibawanya keluar Konstantinopel menuju ke Chios sebuah pulau di Yunani. Therma sebenarnya tidak ingin meninggalkan Giustiniani tapi Ia meyakinkan bahwa keselamatan Therma akan memberinya semangat lebih untuk menang. Kisah cinta Giustiniani-Therma ini satu-satunya kisah romantis yang diselipkan di sepanjang season 1 mulai dari episode 1 sampai 6.
Semantara itu Mehmed terus membakar semangat pasukannya untuk mengerahkan seluruh kekuatan mereka, Ia mengutip hadits Nabi :
"Kalian akan menaklukan Konstantinopel, sungguh luar biasa pemimpinnya nanti, betapa luar biasa pasukannya nanti"
Mehmed meyakinkan pasukannya inilah takdir mereka dan mereka akan membangun zaman baru dari abu.
Serangan gelombang pertama dari pasukan Mehmed adalah dari pasukan Bashi-Bazouk (kepala gila), mereka ini ada pasukan sukarelawan yang garang dan serangannya tak terduga. Giustiniani berhasil mempertahankan benteng dari serangan Bashi-Bazouk, pasukan kepala gila berakhir tragis di tangan pasukan Giustiniani.
Pada serangan gelombang kedua Mehmed mengirimkan pasukan reguler yang terkenal dengan kedisiplinannya. Namun, pasukan reguler ini juga rupanya dapat dikalahkan pasukan bayaran pimpinan Giustiniani. Setelah empat jam pertempuran pihak Konstantinopel masih unggul, hal ini membuat Sprantzhes dan kaisar Cinstantine yakin bahwa mereka bisa bertahan dari serangan Turki. Tapi, Mehmed mengambil keputusan akhir, melanjutkan gelombang serangan ketiga dengan mengirim pasukan elite Janissary. Halil Pasha menentang keras keputusan ini karena Janissary adalah pasukan terakhir mereka, jika pasukan ini kalah dalam pertempuran artinya mereka kalah dalam perang ini. Alih-alih menuruti nasehat Halil Pasha, Mehmed justru memimpin sendiri serangan pasukan Janissary.
Dengan gegap gempita pasukan Janissary maju menyerbu benteng Konstantinopel. Mehmed memimpin pasukannya, Ia memacu kudanya dengan gagah, namun naas, tiba-tiba Mehmed terlempar dari punggung kuda tunggangannya dan terhempas ke tanah. Melihat kejadian ini Giustiniani segera mengambil kesempatan, Ia perintahkan pasukannya untuk membunuh Mehmed secepatnya.
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment