Season 1 : Conquest of Constantinople
Episode 6/Finale : (Ashes to Ashes)Bagian 2
Mehmed terjatuh dari punggung kudanya, Giustiniani segera memerintahkan untuk membunuhnya. Komandan tentara bayaran dari Genova itu tahu betul bahwa mental pasukan akan melemah jika pemimpinnya terbunuh. Mehmed bangkit menangkis setiap serangan yang ditujukan padanya, pasukannya segera membantu dan menyerang balik, di antara mereka terdapat Zaganos Pasha dan Bartaoğlu yang masih setia. Pasukan Giustiniani keluar gerbang St. Romanus menyambut serbuan pasukan Turki.
Pasukan elite Janissary terus menyerbu, mereka adalah pasukan yang paling terlatih, fanatik, setia dan paling ditakuti. Kekuatan pasukan Janissari mulai menyudutkan pasukan Konstantinopel hingga mereka terdesak, tidak ingin pasukannya mati sia-sia, Giustiniani memerintahkan mundur masuk kembali ke dalam benteng, pasukan konstantinopel kocar-kacir. Ketika gerbang St. Romanus ditutup sebagian pasukan Konstantinopel masih berada di luar benteng dan menjadi sasaran empuk pasukan Turki lalu mereka masuk benteng lewat celah-celah benteng yang rusak. Dalam suatu kesempatan sebuah tembakan melukai Giustiniani, Ia terjatuh, pedangnya terlepas, saat hendak bangkit sebuah panah berhasil bersarang di pundaknya. Anak buah Giustiniani menolongnya, membawanya mundur dari medan tempur. Sementara itu warga Konstantinopel semakin panik dan berusaha melarikan diri dari peperangan itu.
Selama pengepungan kekuatan pasukan Giustiniani menjadi andalan Konstantinopel, sehingga kaisar Constantine menghalangi mundurnya sang komandan dari medan tempur karena hal itu pasti akan meruntuhkan mental seluruh pasukan. Namun, Giustiniani tetap mundur dan menyarankan hal yang sama pada kaisar karena semuanya sudah tidak ada gunanya, kota itu pasti akan hancur. Melihat kekalahan di depan mata, Sphrantzes menyarankan agar kaisar melarikan diri tapi kaisar menolak dan mempersilakan jika Sphrantzes ingin pergi. Kaisar Constantine terlihat terjun ke medan pertempuran dan tak pernah terlihat lagi.
Gelombang pengungsi warga Konstantinopel telah menaiki kapal, termasuk Therma yang mencemaskan keberadaan ayah dan kekasihnya. Di antara para pengungsi itu ada Giustiniani, Ia meninggalkan medan perang dalam keadaan terluka dan akhirnya mati. Sebagai tentara bayaran sebenarnya Giustiniani sudah melakukan tugasnya sampai maksimal, sayangnya Ia mundur di saat paling genting ketika pasukan justru sangat membutuhkan keberadaannya sehingga mental pasukan benar-benar runtuh. Adapun armada pasukan dari Venesia yang digadang-gadang sebagai bala bantuan dari Eropa tidak pernah tiba.
Pada tanggal 29 Mei 1453 Mehmed memasuki kota Konstantinopel, saat itu umurnya 21 tahun, Ia menamai dirinya kayser-i Rum (kaisar roma yang baru) namun para pengikutnya bangsa Ottoman (Turki) akan selamanya mengenalnya sebagai "Fatih" yang artinya "sang penakluk". Mehmed atau Muhammad Al Fatih telah berhasil melakukan apa yang telah dilakukan orang lain selama 1700 tahun dan gagal yaitu menaklukkan Konstantinopel. Dengan kekalahan kaisar Constantine maka nama Konstantinopel berubah menjadi Istanbul ibu kota kekaisaran Ottoman (Turki Usmani).
Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel Mehme langsung memasuki Hagia Sophia, di sana Ia terkagum-kagum dan benar-benar merasa diberkati dengan kemenangan ini. Setelah itu barulah Mehmed duduk di singgasana tahtanya di istana Konstantinopel. Orang pertama yang menghadap Mehmed adalah Loukas Notaras yang mengakui dirinya sebagai Grand Duke dan panglima tertinggi angkatan bersenjata, Ia datang membawa sekotak koin emas sebagai hadiah untuk Mehmed dan menawarkan jasanya. Sambil tersenyum Mehmed menghampiri Notaras sambil bertanya mengapa harta itu tidak diberikan kepada kaisar Constantine ketika sangat dibutuhkan, kenapa Ia justru menimbun harta saat anak-anak dan wanita kelaparan. Notaras berusaha membela dirinya dengan mengatakan bahwa selama ini Ia dan Halil Pasha berusaha menghentikan pengepungan agar pertumpahan darah cepat dihentikan. Mehmed justru semakin marah, Ia menyuruh anak buahnya membawa pergi Notaras dan berkata bahwa Loukas Notaras terlihat lebih baik tanpa kepalanya.
Orang berikutnya yang menghadap Mehmed adalah Halil Pasha yang datang untuk memberinya selamat atas kemenangan besarnya. Ketika Halil Pasha menanyakan apa yang akan dilakukan Mehmed dengan Konstantinopel, dengan tegas Mehmed menjawab Ia akan menjadikan kota ini ibu kota kekaisarannya yang baru.
Mehmed mengingatkan Halil Pasha tentang kejadian di masa lalu ketika sultan Murad II mengambil kembali tahtanya. Saat itu sebagai gurunya, Halil Pasha berkata bahwa kelak kekuasaan akan kembali pada Mehmed dan Ia akan menyingkirkan apa yang menjadi perangkapnya. Mendengar itu Halil Pasha menyadari bahwa Mehmed akan menghukum dirinya, Ia berkata akan pergi ke pengasingan dengan sukarela. Alih-alih mengasingkan, Mehmed justru memerintahkan agar Halil Pasha dipertemukan dengan sahabatnya yaitu Loukas Notaras.
Ibu Mara menepati janjinya untuk menemui Mehmed di singgana Konstantinopel, dan sang kaisar baru menyambut ibunya dengan bahagia. Mehmed memang layak mendapat gelar Al Fatih karena keberhasilannya menaklukkan konstantinopel. Kelak selama 300 tahun kekuasaan dinasti Ottoman bertahan dan menyebar, menguasai dan mendominasi sepertiga wilayah eropa, sebagian Afrika Utara, seluruh Timur Tengah, menuju Teluk Persia, bahkan mencapai Asia Tenggara.
Dari episode 1 sampai episode 6 drama ini isinya perang terus, serbu-kalah-serbu lagi, serbu-menang-serbu lagi, wajar saja ya namanya juga drama tentang perang. Menariknya, drama ini meskipun tema utamanya adalah penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih (Mehmed) tapi penggambaran karakternya mendapatkan porsi yang seimbang antara pihak Ottoman maupun Konstantinopel, jadi adegan-adegannya tidak melulu fokus pada pihak Mehmed. Di sisi lain bagi mereka yang sudah membaca kisah kepahlawanan Muhammad Al Fatih mungkin akan merasa bahwa penggambaran karakter Mehmed di drama ini masih kurang heroik dan kurang religius, fokus drama ini memang sepertinya hanya pada strategi perang dengan tambahan sedikit sekali bumbu kisah-kisah lain. Untuk mereka yang kurang suka membaca, menonton drama ini bisa menambah pengetahuan tentang perlistiwa penaklukan terbesar yang pernah terjadi di dunia.
(Tamat)